Abu Mush’ab Al Fatih Bala*: Virus Corona Sebuah Konspirasi AS atau Kemalangan Ekonomi China?

Opini450 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Virus Corona salahsatu virus ganas dengan kecepatan menular yang tinggi. Kantor berita Internasional Reuters memberitahukan kepada dunia bahwa virus Corona telah membunuh 106 orang di China dan menginfeksi lebih dari 4.520 orang (27/1/2020).

Rumah Sakit di Wuhan Ibukota Provinsi Hubei tak lagi sanggup menahan jumlah pasien. Di kota besar seperti Beijing dan Shanghai, banyak orang antri untuk mendapatkan perawatan preventif dari dokter.

Setiap orang hanya mendapatkan jatah 2 menit untuk perawatan. Sedangkan rumah sakit kecil kehabisan masker dan obat flu.

Netizen Weibo atau Wechat, sebuah aplikasi media sosial populer di China seperti whatsapp atau facebook, menceritakan keadaan di sana sangat gawat.

Ribuan orang mendirikan tenda di luar rumah sakit, banyak dari mereka yang tampak sekarat. Warga China yang tak bisa mendapatkan masker dan obat flu di rumah sakit terpaksa harus mengembara ke banyak apotek.

Dampak penyakit ini meresahkan Presiden China Xi Jin Ping. China tampaknya belum siap untuk menghadapi bencana berskala global ini. Dan mulai menghantam ekonomi China. Banyak negara telah melarang tour dari dan ke China. Misalnya Thailand, Vietnam, Korea Utara, Rusia, Korea Selatan, Jepang dan masih banyak negara lainnya.

China yang semula membuat penjara terbesar berisi satu juta Muslim Uighur sekarang menjadi “Negara Tahanan” yang diblokade semua negara dari berbagai arah.

Ini hantaman ekonomi pertama yaitu menurunnya sektor pemasukan negara via pariwisata. Visitors dari negara lain akan mencari destinasi pariwisata yang baru selain China. Pemasukannya menurun drastis.

Seperti diketahui dari World Factbook produksi CIA, agen intelijen AS, ada tiga negara terkuat ekspornya di dunia yakni Jerman 1.530 Triliun USD, China 1.465 Triliun USD dan Amerika 1.377 USD.

Ketika kasus virus Corona terjadi banyak orang yang memindahkan sahamnya dari Asia (baca: China) ke Eropa dan Amerika Utara. Para produsen minyak menurunkan harga minyak karena rendahnya permintaan.

Selanjutnya diprediksikan virus Corona akan menjadi semacam “black campaign” yang merusak daya pemasukan kas negara. China bergantung pada devisa agribudaya 9,2%, industri 42,6% dan pelayanan 48,2%.

Di bidang industri, Kota Wuhan adalah salahsatu Kota Industri terbesar di China. Virus Corona mematikan aktivitas penduduk. Libur Imlek sengaja diperpanjang untuk mencegah meluasnya kasus endemik virus Corona.

Industri mati tidak bergerak karena pegawainya diminta tetap di rumah dan hal ini akan mereduksi pendapatan bidang industri sebesar 42,6 % hampir setengah dari devisa China. Ditambah ada isu beberapa negara akan menghentikan pengolahan baja di smelter negara China karena kuatnya kasus Corona.

Isu lain yang bakal digoreng adalah menyebarnya virus melalui perantaraan makanan dan alat-alat industri akan memperlemah sektor yang lain juga. Semula negara lain melarang masuk visitors asal China kemudian bisa jadi melarang masuknya barang-barang dari China.

Apa penyebab terjadinya Virus Corona yang menjadi malapetaka ekonomi bagi China?

Sebagian kalangan mengatakan bahwa ini bukan disebabkan oleh penularan makanan sup kelelawar tetapi karena kebocoran laboratorium senjata biologis di Wuhan.

Dugaan kuatnya digunakan untuk menghabisi Muslim Uighur. Diperkuat dengan adanya tahanan dari Muslim Uighur yang sudah terjangkit virus Corona.

Ada yang mengatakan bahwa ini konspirasi AS agar bisa menjual vaksin anti Corona ke China dan menekan China menandatangani kesapakatan dagang yang menguntungkan China.

Asumsi bahwa AS melakukan operasi intelijen di laboratorium senjata biologis di Wuhan masih terlalu dini dan masih memerlukan banyak fakta.

Sebab untuk membuktikannya pemerintah China harus menangkap agen rahasia AS di Wuhan yang berada di balik kasus Corona.

Apa yang terjadi sekarang di China adalah pemerintah China menangkapi jurnalis dan menutup akses informasi. Belum ada info keadaan terkini laboratorium senjata biologis itu.

Jika ini adalah kasus penyebaran via makanan juga belum ditemukan adanya sejumlah besar hewan liar yang tewas. China masih menutup diri dari investigasi badan-badan dunia semisal WHO.

Yang jelas AS akan banyak diuntungkan dengan “kemenangan sementara” di dunia bisnis internasional. Yang akan menggeser China sebagai kekuatan ekonomi.

Kekuatan monopoli perdagangan akan bergeser ke AS sebagai pesaing Kapitalis Raksasa selain China dan negara-negara kecil lainnya akan sulit mengimbangi AS karena dijajah oleh utang. []

*Pemerhati politik asal NTT

Comment