Achmad Nur Hidayat MPP: Ikut TPP, Indonesia harus hati-hati. Kecerobohan Berdampak Fatal.

Berita403 Views
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Tak dapat disangkal bahwa manfaat kerjasama Trans-Pacific Partnership atau TPP bagi ekonomi Indonesia begitu menggiurkan. Namun Indonesia jangan asal menandatangani perjanjian tanpa mempelajarinya terlebih dahulu. 

Kebijakan “I signed it without read before” harus dihindari. Setelah sepihak keluar dari kesepakatan kerjasama trans-pasifik (TPP, Trans-Pacific Partnership), Presiden Donald Trump pada Jumat (13/4/2018) mengatakan Amerika siap kembali mengikuti kesepakatan TPP jika dirinya mendapatkan kesepakatan lebih baik daripada pendahulunya, Barrack Obama. 

Setelah itu, Jumat (20/4/2018), Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga menyatakan Indonesia siap bergabung TPP. Alasan Enggartiasto adalah adanya perubahan dalam draf kesepakatan TPP sebelumnya. Perubahan tersebut menawarkan peluang yang lebih fair antar negara partisipan.

Apa benar deal kerjasama TPP terbaru itu lebih fair dan menguntungkan?Apa itu kerjasama TPP? Bagaimana dampaknya untuk pertumbuhan ekonomi dunia dan Indonesia?

Sejarah TPP

Kerjasama trans-pasifik (TPP) adalah kerjasama perdagangan bebas terbesar di dunia dengan negara-negara Pasifik yang secara kolektif menghasilkan 40 persen dari output ekonomi global. 

Negara penandatangan TPP saat ini adalah 11 negara, oleh karena itu TPP tersebut dikenal TPP-11 atau CPTPP singkatan dari the Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership. Negara tersebut adalah Australia, Brunai, Malaysia, Singapura, Vietnam, Kanada, Chili, Jepang, Mexico, Selandia Baru dan Peru. 

Diawali tahun 2008, sebagian besar negara pasifik – dengan pengecualian Cina – mulai mempertimbangkan dan mendiskusikan suatu perjanjian perdagangan bebas wilayah pasifik.

Pembicaraan tentang kerjasama perdagangan bebas trans-pasifik (TPP) resmi dimulai dua tahun kemudian, tahun 2010. Tepatnya ketika perwakilan Amerika Serikat dan beberapa negara pasifik lainnya, seperti Australia, Chili dan Vietnam, mulai bertemu dan melakukan pembahasan rinci menyusun pakta kerjasama TPP tersebut.

Perdebatan dilakukan selama enam tahun tersebut akhirnya dituntaskan dan diperluas mencakup negara-negara lain termasuk Jepang, Kanada dan Meksiko.
Tujuan kerjasama TPP adalah memperdalam hubungan ekonomi antara negara untuk peredaran barang dan jasa secara bebas termasuk didalamnya sinkronisasi kebijakan tarif ekspor-impor.

Amerika Menarik Diri

Pada 23 Januari 2017, Amerika menyatakan menarik diri dari TPP sebagai realisasi kampanye Donald Trump mencerca kesepakatan TPP sebagai musuh nasionalisme ekonomi amerika.

Trump menuduh TPP dan kesepakatan perdagangan bebas lainnya sebabkan berkurangnya lapangan pekerjaan di AS dan barang impor murah telah melemahkan daya saing Amerika.

Pendukung TPP, pembela teori-teori mapan makroekonomi, menyatakan manfaat dari perdagangan bebas adalah mengurangi hambatan perdagangan, memberikan manfaat.[Nicholas]

Berita Terkait

Baca Juga

Comment