Aku, Waktu dan Mau

Opini31 Views

 

Penulis: Dr. H. J. Faisal | Director of Logos Institute for Education and Sociology Studies (LIESS) / Pemerhati Pendidikan dan Sosial/ Anggota PJMI

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Seandainya aku bisa mengembalikan dan menghentikan waktu, maka rasanya aku ingin sekali mengembalikan waktu di mana saat-saat bahagia itu aku jalani, dan aku akan hentikan waktu itu, agar aku selalu dalam keadaan yang berbahagia.

Tetapi, kata sahabatku yang agak bijak, waktu bukanlah mainan mobil-mobilan remote control, yang bisa kita hidupkan dan matikan sesuka hati kita.

Apa iya? Benarkah?

Bagiku, waktu akan selalu pergi berlalu tanpa bisa diajak kompromi untuk tetap tinggal. Dan aku yang ditinggal oleh waktu, harus rela menerima keadaanku sendiri, mau sedih, mau bahagia, yang pasti waktu tidak akan pernah mau tahu.

Yang pasti, waktu hanya memberi pesan kepadaku, jika aku ingin selalu bahagia bersamanya, maka aku harus membahagiakan diriku sendiri, dan sang waktu pun berjanji untuk selalu menemaniku dalam kebahagiaan itu.

Tetapi, jika memang aku hanya ingin meratapi diri dalam kesedihan dan rasa gagal yang terus menerus menggerogoti hati dan pikiranku, maka sang waktu pun akan selalu bersedia menemaniku…

Akhirnya, aku paham…bahwa waktu sebenarnya tidak pernah perduli terhadapku…

Dia adalah sesuatu yang mempunyai dua muka…

Kalau begitu, aku harus tetap waspada terhadap yang namanya waktu, karena tanpa kusadari, dia dapat menikamku dari segala arah, kapan saja dan dimana saja dia mau.

Baiklah, mulai saat ini aku mengerti, bahwa sebenarnya aku bisa mengembalikan waktu, mengalahkan waktu, bahkan menghentikan waktu, agar aku tetap bisa merasakan kebahagiaan dan meninggalkan kesedihanku selamanya ika aku mau.[]

Comment