Ammylia Rostikasari, S.S*: Solusi Langit Atasi Covid-19

Opini528 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Corona telah memporak porandakan ekonomi dan peradaban manusia di dunia tak terkecuali Indonesia. Semua sektor terkena imbasnya, terutama bidang ekonomi. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.

Pertumbuhan ekonomi seluruh negara yang biasanya bertengger di angka positif kini terkontraksi secara tajam. Pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga minus 5,32%.

Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Kepala Negara pun mengajak masyarakat untuk tidak menyerah dengan keadaan.

Tampak pemerintah mulai kebingungan seperti berada di sebuah persimpangan untuk mencari jalan keluar kesekian kalinya. Mencoba menjejal solusi bumi walau banyak yang menilai kurang maksimal. Memberlakukan PSBB di banyak daerah, menghimbau agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan, memberlakukan PJJ (pembelajaran jarak jauh) bagi guru dan siswa, WFH (work from home) bagi instansi tapi sayang masih membiarkan mall tetap buka sehingga solusi masih dinilai tumpang tindih.

Kerumunan masih belum dipastikan bisa minimalis. Walhasil, penyebaran corona masih belum bisa habis.

Nurani pemerintah terketuk, kini Joko Wi mencoba menjejal solusi langit hingga sampai pada seruan Taubat Nasional untuk atasi Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Jokowi saat membuka Muktamar IV Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) secara virtual, Sabtu (26/9/2020).

“Kita juga tidak boleh melupakan istighfar, dzikir, taubat kepada Allah SWT, dan memperbanyak infak dan sedekah,” kata Jokowi yang memberi sambutan dari Istana Kepresidenan Bogor seperti dilansir kompas (26/9/2020).

Dengan mencermati situasi dan kondisi yang menimpa negeri dan bangsa ini, maka solusi yang mendesak dan harus segera dilakukan oleh semua elemen bangsa ini adalah taubatan nashuha (taubat yang sebenar-benarnya). Bukan sekadar seruan karena semata-mata kebingungan, tapi memang sebagai wujud kesadaran sebagai hamba yang beriman kepada Allah Swt.

Untuk mewujudkan hal itu, ada beberapa hal yang harus segera diupayakan secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Pertama, mewujudkan nilai dan kepribadian yang bertakwa dalam semua elemen bangsa ini. Menyadari bahwa pandemi yang menyambangi merupakan cara Allah untuk hamba berkontemplasi. Artinya, setiap individu masyarakat dan para pemimpin senantiasa menjadikan setiap aktivitas untuk mewujudkan ketaatan kepada sang Khaliq, Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan mereka.

Memosisikan dunia sebagai sarana pengabdian hakiki untuk kebahagiaan negeri akhirat yang kekal abadi bukan tujuan.

Sebagaimana hadist riwayat dari Zaid bin Tsabit, yang telah mendengar Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah SWT akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina” (HR. Ahamad, dalam Musnadnya IV/183, Ibn Majah no. 4105, Ibnu Hibban dalam Mawariduzh Zham’ah no. 72, Al-Baihaqi VII/288).

Kedua, mewujudkan masyarakat yang senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak yang baik dan mencegah dari yang mungkar).

Menyadari bahwa corona dicikal bakali akibat penyimpangan manusia, sehingga mengundang murka Sang Pencipta.

Dakwah dalam situasi ini adalah solusinya, adanya harus senantiasa terwujud di tengah-tengah masyarakat. Karena dengan adanya amar ma’ruf nahi munkar kehidupan masyarakat akan terjaga sebagai masyarakat yang baik dan beradab, serta menjauhkan murka dari Allah SWT.

Sebagaimana Sabda Nabi SAW, “Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (mempunyai dua pilihan, yaitu) melakukan amar ma’ruf nahi munkar, atau (jika tidak dilakukan) Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian. Kemudian (jika hal itu tidak dilaksanakan) kalian berdo’a, maka (do’a itu) tidak akan dikabulkan”

Ketiga, membentuk personalitas dan karakter seorang pemimpin yang amanah.

Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang menjadikan hukum Allah SWT sebagai panduan dan pedoman dalam mengatur dan mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mengambil solusi dalam mengatasi pandemi semata-mata dari tuntunan Ilahi Rabi dan Nabi Muhammad Saw, tanpa harus risau berbenturan dengan kepentingan elit politik.

Berkaca pada peringatan Allah dalam Al-Qur’an, “Dan katakanlah, Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku dengan cara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku dengan cara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong” (QS. Al-Isra’ [17] : 80).

Kekuasaan yang menolong menurut pendapat sebagian mufassir adalah perintah Alloh SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah ke Madinah, untuk mewujudkan masyarakat dan negara yang berdasarkan syari’ah Islam.

Dengan demikian, sudah saatnya umat Islam mewujudkan kepemimpinan Islam sebagaimana yang dicontohkan Nabi SAW dan para shahabat setelahnya.

Keempat, menata kembali negeri dan bangsa ini dengan tatanan kehidupan yang berasal dari Yang Maha Sempurna, Allah SWT, yaitu menerapkan nilai nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…” (QS. Al-A’raf [7] : 96).

Sinyalemen dalam ayat tersebut menegaskan bahwa agar suatu negeri memperoleh keberkahan maka syaratnya adalah keimanan dan ketakwaan.

Implementasi ketakwaan tersebut adalah melaksanakan tajul furudh (mahkota kewajiban) yaitu implementasi nilai nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Demikianlah Islam hadir sebagai solusi final agar negeri dan bangsa ini memperoleh kebaikan dan ketenteraman hidup di dunia dan akhirat nanti. Wallahu a’lam bishowab.[]

 

Comment