Aslamiah*:Para Medis Di masa Pandemi

Opini478 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan status darurat covid-19, dunia semakin tersadar akan bahaya wabah ini. Negara-negara yang terserang pandemi virus asal kota Wuhan Cina ini, melakukan tindakan cepat agar penyebaran virus bisa dikendalikan.

Contohnya Arab Saudi yang menghentikan ibadah umroh sementara waktu. Tapi apa yang dilakukan pemerintah Indonesia malah sebaliknya santai bahkan cenderung menjadikan virus corona bahan olok-olokan atau candaan.

Ada pejabat yang bilang Indonesia kebal karena makan nasi kucing bahkan ada yang menyatakan bahwa virus takkan menyebar di Indonesia yang beriklim tropis.

Akibat kelambanan pemerintah ini menyebabkan grafik sebaran virus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya korban hingga saat ini. Pemerintah seharusnya mengambil pelajaran dari kasus covid-19 di Cina, Italia, dan Amerika Serikat yang sudah banyak menelan korban jiwa, termasuk para medis yang berjibaku melawan ganasnya virus tersebut.

Menjadi tenaga medis memang penuh dengan resiko karena berhadapan langsung dengan pasien yang terpapar virus covid-19.

Mereka menjadi garda terdepan melawan virus tersebut. Berusaha sekuat tenaga menyelamatkan nyawa pasien tanpa memikirkan diri mereka sendiri yang kelelahan, kurang tidur, tidak bisa minum, bahkan telat makan.

Pantaslah bila pengorbanan ini harus dihargai tidak hanya dengan menyebut mereka sebagai pahlawan medis tapi juga semaksimal mungkin mengupayakan agar para dokter, perawat dan pekerja rumah sakit ini mendapat perlindungan.

Para pekerja medis yang menjadi tumpuan menyelamatkan nyawa mengahadapi persoalan kurangnya Alat Pelindung Diri (APD).

Bagaimana bisa mereka bertempur kalau alatnya tidak aman seperti memakai jas hujan, kantong sampah dan lain lain. Pemerintah seharusnya cepat tanggap menyediakan APD yang berstandar agar para medis merasa aman dan terlindungi.

Di samping itu pemerintah harus memperhatikan kesejahteraan paramedis berupa pemberian insentif yang menjadi kompensasi atas pengorbanan mereka yang lelah baik fisik maupun psikis, jauh dari keluarga selama berbulan-bulan. Jangan ada lagi kasus pekerja medis mengalami pemotongan Tunjangan Hari Raya (THR) atau sama sekali tidak mendapat THR bahkan ada yang dipecat/di rumahkan karena rumah sakitnya kesulitan dana.(WartakotaLive.com)

Solusi dalam Islam

Pandangan Islam tentang kesehatan jauh melampaui pandangan dari peradaban manapun. Jauh sekali dengan sistem kapitalisme yang diterapkan atas negeri saat ini yang memandang segala sesuatu atas keuntungan materi.

Dalam Islam kesehatan dipandang sebagai kebutuhan pokok publik. Negara (Khilafah) bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan semua warga negara. Rasulullah bersabda, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya”.(Al Bukhari)

Pembiayaan kesehatan diambil dari kas baitul mal. Pada saat terjadi wabah lepra Khalifah Umar bin Khattab mengalokasikan anggaran yang diambil dari baitul mal. Umar juga memerintahkan untuk karantina wilayah yang terjangkit wabah, melarang orang dari luar masuk ke wilayah itu juga melarang orang dari wilayah tersebut keluar. Yang sakit tak boleh dicampur dengan yang sehat.

Banyak institusi layanan kesehatan didirikan selama masa Kekhilafahan Islam. Diantaranya adalah rumah sakit di Kairo yang didirikan pada tahun 1248 oleh Khalifah Al Mansyur dengan kapasitas 8000 tempat tidur. Dilengkapi dengan masjid untuk pasien muslim dan chapel untuk pasien kristen. Setap hari melayani 4000 pasien, tanpa batas waktu sampai pasien benar-benar sembuh. Selain memperoleh perawatan, obat dan makanan yang berkualitas, pasien diberi juga pakaian dan uang saku yang cukup selama perawatan. Hal ini berlangsung selama 7 abad. Sekarang rumah sakit ini digunakan untuk opthamology dan diberi nama rumah sakit Qolawun.

Begitupun dengan tenaga medisnya dimasa itu, mereka disejahterakan oleh negara karena begitu besarnya kontribusi mereka membuat warga negara menjadi sehat.Wallahu’alam bishowab.[]

*Penulis tinggal di Bamyuasin, Sumsel

 

Comment