Oleh : Hawilawati, S.Pd, Muslimah Permata Umat
__________
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Allah Swt mengabarkan bahwa penghuni surga akan bertemu dengan ayah, suami, istri, para keluarga, para cucu yang beramal salih dengan penuh kegembiraan. Para malaikat masuk dari segala penjuru dengan menyampaikan salam. Gambaran penghuni surga tersebut Allah sampaikan dalam firmanNya :
“Itulah Surga Adn, tempat mukim mereka, bersama orang-orang salih dari bapak, istri dan anak cucu mereka. Para malaikat masuk ke tempat mereka dari semua pintu (sambil berucap), “Sejahtera atas kalian seluruhnya karena kesabaran kalian,” Karena itu, alangkah baiknya tempat berakhir itu.” (TQS. Ar-Ra’ad :23-24).
Kabar di atas adalah sebuah keniscayaan bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Tentu setiap keluarga menginginkan untuk berkumpul ke dalam surga Allah.
Sebagai bentuk keinginan dan doa tertinggi keluarga berada dalam surga Allah, tentu disertakan dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Salah satunya bagaimana menjadikan anggota keluarga senantiasa taat kepada Allah. Karena tiket masuk surga adalah sebuah keimanan.
Adalah keluarga Imran yang Allah abadikan kehidupan keluarganya di surat Al-imran, surat ketiga dalam Al-Qur’an. Menurut kalangan ulama ada yang menyatakan bahwa Imran adalah termasuk turunan (cabang) terakhir orang-orang beriman dari Bani Israil. Namun antara mereka dengan Nabi Ya’qub terpisah beberapa qurun lamanya.
Imran mampu membina keluarga dan keturunannya dengan pendidikan yang terbaik. Terlepas latar belakang Imran bin Matsan diatas, banyak ibroh berharga dan inspirasi bagi setiap orang tua, sehingga menjadi salah satu role model bagi keluarga muslim sepanjang masa setelah pendidikan terbaik keluarga Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Saw.
Adapun proses pendidikan terbaik keluarga Imran dalam upaya membangun keluarga yang dicintai Allah, tak hanya doa saja yang dipanjatkan, namun berbagai bentuk ikhtiar dilakukannya, di antaranya :
1. Memilih pasangan yang bertaqwa
Seorang wanita yang beruntung dipinang Imran bin Matsan adalah bukanlah wanita biasa, namun wanita salihah yang kelak akan melahirkan keturunan terbaik, ia bernama Hannah binti Faqudz yang tinggal di gunung Hibran tak jauh dari Al-Quds, Palestina.
Berdasarkan buku Ensiklopedia Wanita Alquran karya Imad al-Hilali disebutkan, Hannah binti Faqudz merupakan seorang wanita yang bertaqwa, taat beribadah kepada Tuhannya. Ia tumbuh besar di rumah ahli ibadah yang selalu menjaga kehormatan diri.
Imran dan istrinya dikaruniai buah hati dalam waktu yang cukup lama dari pernikahannya. Namun mereka tetap bersabar menanti kehadiran sang buah hati dengan terus berdoa.
Pasangan akan sangat menentukan keturunan yang akan dilahirkan. Disinilah pentingnya bagi seorang muslim memilih calon ibu salihah bagi anak-anaknya. Begitupun sebaliknya, bagi seorang muslimah memilih calon ayah terbaik dan salih bagi anak-anaknya kelak.
2. Perencanaan visi mulia keluarga dan keturunan
Sejak pernikahan, Imran beserta istrinya telah bersepakat memiliki visi keluarga yang hanya taat kepada Allah. Perencanaan menjadikan keturunan yang hanya dekat kepada Allah pun sudah dilakukan sebelum Hannah mengandung. Bahkan Imran dan Hannah telah menentukan himmah terhadap buah hatinya kelak akan menjadi apa? Yaitu menjadi manusia penjaga rumah Allah (Baitul Maqdis).
Begitupun kita seharusnya, sejak bayi masih dikandung, orangtua harus sudah merencanakan kelak lahir buah hatinya akan menjadi harapan keluarga dengan cita-cita yang tinggi dan mulia, seperti kelak ia akan dihantarkan menjadi ahlul Qur’an, Ahlul hadits, Ahlul fiqih, Mujtahid dan sebagainya, yang segala jiwa dan raga dicurahkan hanya untuk kemuliaan agama Allah.
Bagi setiap orang tua Muslim bahwa cita-cita tertinggi bagi masa depan anak-anaknya adalah yang berorientasi ukhrowi, tidak hanya sekedar berorientasi duniawi. Sehingga, pentingnya membekali ilmu syar’i bagi anak-anak untuk masa depan harus sudah direncanakan sejak dini.
3. Berbagi peran antara suami dan istri
Sejak Hannah mengandung, pembagian peran antara Imran dan Hannah dilakukan dengan baik. Hannah senantiasa mendoakan keturunan yang terbaik, kelak lahir seorang anak hanya untuk berkhidmat kepada Allah.
Bahkan doa yang terus diucapkan Hannah diabadikan dalam Al-Qur’an yaitu :
إِذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 35).
Sementara Imran senantiasa memberikan nafkah yang terbaik dan halal untuk istri dan keturunannya yang masih dikandung.
Siapapun yang mengikat dirinya dengan perjanjian agung mitsaqan ghalizan harus sudah memiliki visi dan model keluarga seperti apa yang akan dibangun, tujuan pernikahan yang seperti apa yang akan digapai.
Suami istri pun membekali dirinya dengan ilmu berumah tangga yang mumpuni dengan memahami dengan baik hak dan kewajiban sebagai suami istri, sehingga separuh keimanan benar-benar dirasa dalam rumah tangganya dengan mengamalkan segala syariah Allah yang terkandung dalam ilmu munakahat dan cabangnya, yang memang sebelumnya belum pernah dilakukan saat belum menikah.
4. Bersyukur dengan qodho Allah
Imran dan Hannah sangat mendambakan seorang anak laki-laki yang kelak bisa menjaga rumah Allah (Baitul Maqdis). Penantian seorang anak yang cukup lama, namun tatkala melahirkan, Allah mengaruniakan seorang anak perempuan. Dengan kehadiran bayi perempuan, mereka tetap bersyukur dengan kehendak Allah walau diluar harapannya.
Apapun yang terjadi bagi setiap orang tua Muslim, harus menerima dengan lapang dada, dan disertakan dengan rasa syukur. Di balik qodho Allah tentunya ada maslahat bagi manusia itu sendiri.sebagaima apa yang terjadi pada diri Imran dan Hannah.
5. Senantiasa berkata yang baik
Seorang anak perempuan Imran tumbuh menjadi besar, lisannya selalu berkata yang baik, tentu ini adalah buah dari didikan orangtua dan gurunya yang membina dengan ilmu Allah. Anak perempuan itu bernama Siti Maryam, yang kelak menjadi ibunda manusia mulia Nabi Isa Alaihissalam, yang senantiasa terjaga lisan dan kesucian dirinya.
Bahkan Allah menjaga kesucian dirinya dari sentuhan laki-laki ajnabi, kebutuhan Maryam langsung dipenuhi segalanya dari Allah. Hidangan terbaik langsung Allah turunkan dari langit. Sehingga tatkala Nabi Zakaria bertanya kepadanya , “dari manakah ini semua wahai Maryam ?” Maryam menjawab ini semua adalah pemberian Allah.
Sebagaimana Allah tuliskan dalam Al-Qur’an :
“Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
Zakaria meyakini bahwa di tempat itulah sebagai mihrab yang Allah Swt berikan untuk Maryam bukan untuk dirinya.
Allah kabulkan segala azzam Imran dan Hannah, walau Maryam bukan seorang laki-laki, namun berkidmat di rumah Allah (Baitul Maqdis) terealisasi. Di mana saat itu dari kalangan Bani Israel menganggap adalah sesuatu yang mustahil bahwa seorang perempuan bisa menjaga rumah Allah, yang belum pernah terjadi di masa itu. Namun dengan terijabah doa Hannah untuk maryam, Allah telah membuktikan dan menepis segala prasangka Bani Israel yang selama ini memandang perempuan tidak memiliki keistimewaan layaknya laki-laki.
Di sinilah Allah menerima doa dan ikhtiar kuat Imran dan Hannah dalam melakukan pendidikan terbaik bagi Maryam, dengan mengabulkan, memberikan perhatian penuh, memenuhi segala kebutuhan dan penjagaan dari segala hal yang menjauhkan dirinya dari ketaatan kepada Allah.
Lisan yang barokah adalah lisan yang senantiasa mengatakan perkataan yang baik. Pendidikan keluarga Imran memberikan pesan kepada setiap orang tua Muslim untuk senantiasa bersyukur dengan perkataan yang bermanfaat, senantiasa menyebut asma-asma Allah yang sesuai. Tidak mengumpat dengan perkataan kotor.
Tatkala Maryam ditanya dari mana memperoleh hidangan dari langit ? Maryam menjawab dengan jawaban yang cerdas bahwa ini datangnya dari Allah.
“Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan”.
Maa syaa Allah. Sehingga jika orangtua dihadapkan dengan keadaan yang menguji kesabaran dalam mendidik dan mengasuh anak, janganlah mengucapakan kata-kata yang buruk atau sumpah serapah, ucapkanlah kata yang ahsan “Yaa Shobar”.
Jika orang tua dihadapkan dengan ujian financial dalam rumah tangganya maka ucapkanlah Yaa Rozak. Jika orangtua mendapatkan rizki berlimpah, senantiasa mensyukurinya tidak menjadi jumawa dan lupa dengan Zat Pemberi Rizki. Demikianlah perkataan terbaik bagi setiap orang tua muslim agar membawa maslahat dan menghilangkan mudhorot.
6. Memilihkan guru terbaik
Dalam ikhtiar, Imran menjadikan Maryam tumbuh menjadi manusia yang sangat dekat dengan Allah, Imran dan Hannah memilihkan guru yang terbaik baginya yaitu Nabi Zakaria yang sangat salih pada masanya.
Ikhtiar pendidikan terbaik yang dilakukan Imran dan Hannah, menjadi pembelajaran penting bagi setiap orangtua muslim, kita tidak cukup memberikan fasilitas yang serba wah, tapi juga memilihkan lingkungan tumbuh kembang dan guru yang salih/salihah bagi anak-anaknya, karena guru merupakan uswah terdekat anak dalam membentuk kepribadiannya.
Demikianlah pendidikan terbaik keluarga Imran hingga menghantarkan keluarga ini dimuliakan dan dicintai Allah dan menjadi ibrah bagi orang tua yang hidup di masa setelahnya. mulai dari fase memilih calon ibu dan ayah bagi keturunannya, fase perencanaan dengan visi yang berorientasi ukhrowi. fase pembagian tugas yang terbaik, fase menyikapi segala qodho Allah, fase memberikan pembelajaran terbaik bagi anak-anaknya dengan senantiasa bersyukur dan berkata yang bermakna serta ahsan, fase memilihkan guru yang mumpuni, salih dan faqih fiddin.
Ketika orangtua berdoa menjadi salih keturunannya, maka harus disertai dengan ikhtiar sungguh-sungguh menuju proses kesalihan jiwanya. Sungguh hal ini membuktikan sebagai awal doa orang tua diijabah oleh Allah. Namun, perkara apa yang diharapkan orangtua terhadap masa depan keturunannya kelak, semua kita serahkan kepada Allah Zat Yang Maha Sempurna, Zat Yang Maha Mengabulkan, sebab hak prerogatif Allah Swt. sajalah menentukan masa depan setiap manusia. Wallahu’alam Bisshowwab .[]
Comment