Cinta Dalam Sepotong Coklat Di Hari Kasih Sayang

Opini482 Views

 

 

 

Oleh: Dina Dwi N*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Coklat bisa dibilang makanan sejuta umat. Ia disukai oleh berbagai umur dan kalangan. Sulit rasanya mencari orang yang tidak menyukai coklat. Rasanya yang manis dan lumer di mulut, menyenangkan lidah siapa saja.

Di masa kini, coklat memiliki berbagai macam variannya. Ia diolah menjadi beraneka ragam bentuk dan jenis. Coklat pun nikmat dipadukan dengan bahan makanan lainnya. Ia bisa disajikan dalam bentuk makanan maupun minuman, panas maupun dingin, tetap enak disantap.

Tak mengherankan bila coklat cocok dimakan dalam segala suasana. Coklat juga sering hadir dalam acara-acara spesial, seperti ulang tahun, pernikahan, perayaan, maupun di hari-hari biasa. Di mana saja dan kapan saja bisa dengan mudah kita temukan olahan coklat, mulai dari yang murah hingga yang termahal.

Tak ketinggalan pula di momen Valentine’s Day, coklat sangat digemari untuk diberikan sebagai hadiah. Melambangkan rasa sayang dan manisnya cinta.

Di masa lalu, coklat terkenal sebagai makanan mewah. Tak sembarang orang bisa memakannya, hanya dari kalangan atas saja. Sejarah coklat dipercaya dimulai dari Amerika Tengah, yakni di hutan Amazon. Di sana ditemukan pohon coklat atau pohon kakao (Theobroma cacao L).

Beberapa suku seperti suku Indian Aztec di Meksiko, suku Maya kuno dan suku Mesoamerika kuno telah mengolah dan mengonsumsinya dalam bentuk minuman pahit.

Kata coklat atau chocolate sendiri berasal dari bahasa Aztec xocolat, yang berarti minuman pahit. Karena memang coklat terbuat dari biji kakao yang berasa pahit. Suku Aztec telah menjadikan minuman cokelat sebagai minuman sakral yang selalu tersaji di dalam ritual mereka, seperti di acara pernikahan.

Selain itu, coklat yang berasal dari pohon “Theobroma Cacao”, dalam bahasa Yunani berarti “makanan untuk para dewa”. Ini artinya, coklat adalah makanan yang istimewa.

Coklat dipercaya mempunyai pengaruh secara psikologi dan emosional. Di dalam coklat terkandung zat-zat yang bisa mempengaruhi mood seseorang. Kandungan feniletilamin yang bersifat anti depresan bisa memberikan efek penenang dan mengembalikan mood.

Didalam kandungan cokelat juga terdapat theobromine yang merupakan hasil dari metabolik kafein.

Theobromine mempunya efek seperti kafein. Theobromine memiliki zat yang menstimulan susunan saraf pusat sehingga dapat memicu rasa tenang dan menningkatkan mood.

Efek positif juga didapat dari kandungan senyawa flavanol yang mampu menstabilkan serotonin, yakni zat kimia dalam tubuh yang berperan mengendalikan emosi.

Tidak hanya itu, para peneliti dari Michigan Medicine University of Michigan juga menuturkan bahwa bubuk kakao bisa membantu produksi hormon endorfin sebagai pembentuk mood baik dalam tubuh. (www.hellosehat.com)

Coklat Velentine sendiri pertama kali diluncurkan pada tahun 1868 di Inggris oleh Richard Cadburry, seorang pengusaha yang berasal dari keluarga pemilik pabrik coklat. Ia membuat kotak coklat berbentuk hati, khusus untuk Valentine. Sejak saat itulah, akhirnya coklat semakin terkenal dengan perayaan hari kasih sayang. (travel.tribunnews.com, 14/02/2019)

Memberikan coklat sebagai hadiah, sah saja dilakukan. Bahkan Islam menganjurkan untuk saling memberi hadiah agar terjalin ukhuwah yang erat. Sebagaimana sabda Rasulullah,

“Saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)

Namun, perlu diperhatikan bahwa sebelum memberi hadiah haruslah diingat bahwa dalam rangka apa ia dilakukan.

Bila untuk sesuatu yang menyimpang dari aturan, maka hukumnya haram. Islam mengajarkan bagi kita untuk menjadikan hukum Allah sebagai standar perbuatan. Dalam Islam berlaku kaidah syar’iyyah:

“Hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum Allah.”

Ini berarti bahwa, manusia tidak boleh berbuat seenaknya, sesukanya, tanpa mengikuti aturan yang berlaku. Sebelum berbuat atau berucap, harus diketahui dulu hukumnya dalam Islam, apakah itu termasuk yang diharamkan ataukah yang diperbolehkan.

Begitu pula harus diperhatikan tentang kaidah ushuul fiqh yang menyatakan bahwa:

“Hukum asal benda adalah mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.”

Sebagaimana firman Allah berikut ini;
‘Wahai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 168)
“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi.” (QS. Al-Hajj: 65).

Coklat halal untuk dimakan atau diberikan sebagai hadiah, selama tak ada dalil yang mengharamkannya. Namun, bila diberikan dalam rangka untuk merayakan Valentine’s Day maka ia menjadi haram untuk dilakukan. Ini karena V-Day sendiri hukumnya adalah haram.

Perayaan V-Day tidak ada dalam Islam. Ia merupakan perayaan non-muslim. Valentine’s Day sendiri merupakan upacara keagamaan Romawi kuno yang penuh paganisme dan kesyirikan yang amat memuja seks dan nuditas. Pada akhirnya, ia berubah menjadi hari untuk memperingati kematian Saint Valentine, yang dianggap pahlawan karena memperjuangkan cinta.

Semakin ke sini, Valentine’s day dijadikan hari untuk merayakan ‘kasih sayang.’ Menjadi semakin parah karena perayaan ini disertai dengan pergaulan bebas yang makin tak terkendali.

Maka jelaslah, bahwa V-Day ini haram dalam Islam. Ia berasal dari kebudayaan orang kafir. Ikut merayakannya berarti mengikuti orang kafir. Bagi muslim, tidak diperbolehkan meniru sesuatu yang dilarang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad).

Jadi, lebih baik bila coklat diberikan sebagai hadiah tidak bertepatan dengan perayaan V-Day atau tidak pula diniatkan untuk ikut merayakan hari ini. Sebagai seorang muslim wajib hukumnya tunduk pada perintah Allah.

Jangan karena latah dengan yang lainnya, jadi ikut-ikutan merayakan sesuatu yang malah dilarang oleh Allah. Hati-hati, karena meski hanya sepotong coklat, namun bila itu dalam rangka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan syariat, maka bisa berujung pada maksiat yang membawa dosa dan murkaNya.

Berilah saudara kita hadiah sebagai wujud cinta karena Allah semata, bukan karena embel-embel yang lainnya, apalagi yang jelas diharamkan. Bila mengikuti syariat, pasti membahagiakan dan jelas berpahala.Wallahu ‘alam bish-showab. []

*Ibu Rumah Tangga

Comment