Eva Rahmawati: Candamu Menyakiti Kami

Berita401 Views
Eva Rahmawati
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Miris. Indonesia sebagai negeri mayoritas muslim terbesar di dunia tetapi fenonema istihza’ (mencela dan menghina Islam) kembali mencuat. Berlindung dibalik acara ‘guyonan’ mereka mencela dan menghina Islam. Islam dijadikan obyek penderita. Sebagai bahan olok-olok, hanya untuk mencari gelak tawa penonton. Cari rupiah dengan menggadaikan iman, menghina agama sendiri.  
Seperti baru-baru ini menghebohkan warganet, dua comic (panggilan seorang stand up komedian), tanpa rasa malu mengolok-olok Islam. Berawal dari unggahan video di YouTube. Dalam video unggahannya terlihat Tretan Muslim-Coki Pardede sedang memasak daging babi dicampur dengan kurma.
Video tersebut sebenarnya ada di akun YouTube Muslim. Dia membuat konten video bernama Last Hope Kitchen yang tujuannya memasak tanpa harus mencicipi.
“Untuk pertama kalinya dalam hidup saya melihat daging babi. Nggak bau ya (pas cium daging babi). Coba kita dengarkan, neraka, neraka, api neraka, babi ini neraka. Saya akan memasak daging babi. Ini keren ya seorang chef memasak tanpa dicicipi. Kalau orang Islam bagian terbaik dari babi, dibuang. Tidak ada yang terbaik dari alharamin. Karena daging babi haram, kita akan campurin unsur-unsur Arab, kurma dan madu. Sangat Arab, sangat Timur Tengah sekali. Kira-kira apa yang terjadi makanan haram babi ini dicampur dengan makanan barokah dari kurma dan madu,” ucap Muslim dalam videonya.
“Sebenarnya karena persiapannya kurang prepare ya, kalau bisa dapatin air zam-zam kan menarik juga dong. Ada daging babi dicampur ini minumnya air zam-zam,” timpal Coki.
“Jadi bagaimana ceritanya kalau sari-sari kurma masuk ke dalam pori-pori apakah cacing pitanya akan mualaf. Kita tidak tahu dong. Dalam (daging babi) ini kan ada cacing pita,” kata Coki Pardede lagi.
(Arrahmah.com, 20/10/18)
Sontak serbuan netizen yang kontra terhadap video tersebut membanjiri akun YouTube Muslim. Kejadian ini menambah lagi daftar comic mengolok-olok Islam. Sebelumnya ada beberapa comic tersohor negeri ini menghina Islam. Ketika umat ramai berkomentar kontra terhadap apa yang mereka lakukan. Baru terucap maaf. Tapi lagi dan lagi terus berulang. Apa yang salah dengan Islam? Sudah habiskah bahan ‘guyonan’ sehingga agama dijadikan olok-olok? Atau sudah matikah ghiroh pembelaan terhadap agama? Lantas apa sebenarnya yang melatarbelakangi semua ini?
Sejarah panjang dari Stand Up Comedy dimulai sekitar tahun 1800an di Amerika. Wujud pertamanya itu teater, dahulu kala di Amerika ada sebuah teater bernama “The Minstrel Show” yang diselenggarakan oleh Thomas Dartmouth “Daddy” Rice.
The Minstrel Show ini memulai “pesona” nya tepat sebelum civil war atau perang saudara terjadi di Amerika. Acara ini walaupun masih dalam bentuk lawakan yang simpel parah, tapi mendapat animo yang sangat besar dari warga Amerika pada saat itu (terutama kalangan menengah ke atas).
Sayangnya acara ini mengandung unsur rasisme yang sangat kental! nggak jarang juga para comic nya dengan sengaja meng-hitam-kan mukanya untuk mengejek orang berkulit hitam. (www.kaskus.co.id, 10/1/13)
Menengok sejarah dari acara Stand Up Comedy yang lahir dari negara yang mengagungkan kebebasan (liberty). Atas nama kebebasan berpendapat mereka bebas bicara apapun bahkan menghina sesuatu yang sakral sekalipun. Bagi kaum liberal, kebebasan individu atas hak-hak pribadinya adalah unsur yang terpenting dalam membangun masyarakat yang ideal. Seperti hak untuk berekspresi, hak menyatakan pendapat, hak untuk beragama, hak untuk tidak beragama, dsb.
Parahnya bukan hanya di Amerika, tetapi ‘virus’ kebebasan ini menjalar ke seluruh dunia. Hegemoni Amerika dengan ideologi kapitalisnya telah mencengkeram kuat di negeri-negeri muslim. Tak terkecuali negeri ini. Ideologi kapitalisme berasaskan sekularisme, menyampingkan peranan agama dalam mengatur kehidupan. Dengan hawa nafsu, manusialah yang berhak mengatur kehidupan. Alhasil, lahirlah orang-orang yang bertindak semaunya, mengabaikan nilai-nilai spiritual. 
Keadaan ini diperparah dengan hukum yang lemah terhadap pelaku penghina agama. Beberapa kasus  menguap begitu saja, tidak terdengar sampai ke meja hijau. Jikapun dihukum dengan hukuman yang tidak memberi efek jera. 
Melihat realita terus berulangnya penghinaan terhadap Islam, maka mempertahankan sistem sekularisme – liberalisme kedepannya Islam akan selalu menjadi obyek yang diserang dan diolok-olok. Untuk itu perlu adanya perubahan tatanan kehidupan yang mampu mengatur dan mengatasi bahkan mencegah perilaku kebebasan yang kebablasan.
Adalah Islam. Solusi untuk mengatasi masalah ini. Because Islam is way of life (jalan hidup). Mengatur semua aspek kehidupan. Islam, agama fitrah, tidak melarang menangis ataupun tertawa. Islam sangat detil merinci dalam hal bercanda, bersenda gurau, atau sekedar menceritakan lelucon. Intinya yang membuat orang tertawa. Tetapi menangis dan tertawanya harus sesuai dengan kitabullah dan sunah Rasulullah saw. 
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah saw. pun bercanda dan bergurau dengan keluarganya dan para sahabat. Bercandanya Rasulullah saw. selalu berkata benar. Rasulullah saw. manusia yang paling mulia akhlaknya, harus menjadi teladan. 
Bertolak belakang dengan sistem sekularisme -liberalisme yang memberikan kebebasan berekspresi dan berpendapat tanpa batas, dalam Islam ada batasan-batasan yang perlu diperhatikan dalam bercanda diantaranya:
Pertama, tidak menjadikan simbol-simbol Islam sebagai bahan gurauan. Firman Allah swt. “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Mengapa kepada Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” [QS. At-Taubah:65]
Kedua, tidak ada unsur kebohongan. Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Celakalah bagi orang yang berkata dengan berdusta untuk menjadikan orang lain tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi & Hakim]
Ketiga, tidak mengolok-olok, meremehkan, merendahkan dan menghina orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seorang muslim adalah orang yang muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. [HR. Muslim]
Keempat, tidak bercanda dalam keadaan serius, seperti dalam majelis ilmu, majelis hakim, ketika memberi persaksian, dalam hal nikah, talak, muamalah, dan lain sebagainya.
Demikianlah rambu-rambu bercanda dalam Islam, patokan utamanya aktivitas apapun harus terikat dengan hukum syara. Dan ketika ada yang melanggar rambu-rambu tersebut dalam Islam ada sanksinya. Pelakunya akan ditindak tegas. Seorang Muslim yang megolok-olok agama sanksinya adalah sanksi murtad, yakni dibunuh. 
Allah ta’ala berfirman : 
Katakanlah: “Mengapa kepada Allah, ayat-ayat-Nya, dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak perlu kamu minta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman.” [QS. At-Taubah: 65-66]
Bagi kafir dzimi bisa dikenai ta’zir yang sangat berat, hingga sampai pada hukuman mati. Dengan begitu, tidak ada seorangpun yang berani menghina agama (Islam), sehingga kesucian dan kehormatan Islam akan selalu terjaga.
Wallohua’lam biashshowab.

Comment