Ferdinand Hutahaean: Duka Dan Luka Bangsa Terhadap Retaknya Cinta Kepada Manusia

Berita424 Views
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Nasionalisme adalah tumbuh dan timbul dari hati yang mencintai manusia dan kemanusiaan. Kalimat ini saya kutip dari esensi pernyataan Soekarno tentang Nasionalisme sejati sebagaimana tertulis dalam buku Dibawah Bendera Revolusi. Sungguh sangat menggugah ketika Nasionalisme dikaitkan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sebuah bentuk penerawangan panjang dan jauh dari seorang Soekarno, mampu melihat apa yang akan terjadi kemudian kepada bangsa ini.

Nasionalisme tidak akan pernah tumbuh jika tidak mencintai manusia dan kemanusiaan. Itulah poin titik paling penting dari tulisan ini terkait dengan pengalaman pahit yang dialami oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat H Muhammad Zainal Majdi MA atau yang biasa disapa Tuan Guru.

Kisah pahit dan hitam bangsa yang dialami Tuan Guru ini terjadi pada hari Minggu 09 April 2017 saat Tuan Guru hendak kembali dari Singapore menuju Indonesia bersama istri tercinta Hj. Erica Zainul Madji. Adalah seorang Warga Negara Indonesia keturunan Cina atau WNI etnis Tionghoa bernama STEVEN HADISURYA SULISTYO yang mengucapkan hinaan rasis terhadap Tuan Guru dengan kata-kata : _”Dasar Indo.., Dasar Indonesia.., Dasar Pribumi.., Tiko..!”_ Sebuah umpatan caci maki dan hinaan yang sangat rasis dan merendahkan serta menghina bangsa Indonesia. Bukan hanya Tuan Guru yang dihina dalam konteks ini akan tetapi juga Bangsa Indonesia direndahkan dengan cara-cara yang brutal meski hanya dengan kata-kata.

Steven HS sebagai pelaku disini tampak jelas tidak mencintai manusia, tidak mencintai kemanusiaan, tidak mencintai Indonesia dan  memisah kan dirinya dari Pribumi yang jadi objek hinaan dalam kalimatnya. Menjadi terbukti pernyataan Soekarno yang Saya kutip diatas, bahwa Steven HS dapat dipastikan tidak memiliki Nasionalisme terhadap Indonesia meski SHS adalah Warga Negara Indonesia, SHS menghina Negara yang dia huni, SHS merendahkan sebuah bangsa yang mana dirinya menjadi warga negara yaitu INDONESIA. Sungguh perbuatan yang sangat tidak layak.

Seharusnya SHS banyak belajar, Presiden RI Ke 6 SBY adalah Presiden yang memberikan tempat bersama bagi WNI Keturunan Cina menjadi suku bangsa Tionghoa, itu disahkan lewat sebuah keputusan yang tidak mudah, tapi karena SBY mencintai manusia dan kemanusiaan, dan selalu berprinsip Indonesia untuk semua dan semua untuk Indonesia maka SBY memutuskan menyebut Cina sebagai etnis Tionghoa. SBY adalah Ketua Umum Partai Demokrat dan Tuan Guru adalah Kader Utama Demokrat yang menjadi Gubernur NTB, harusnya SHS mengerti hal-hal seperti ini sebagai seorang terdidik.

“Sangat disayangkan, ada suasana kebathinan yang makin tidak baik, Bangsa ini perlu kebaikan dari kita semua. Kalau tidak, minimal jangan merusak Ibu Pertiwi..!” Begitulah jawaban bijaksana dari Tuan Guru saat saya konfirmasi kejadian tersebut melalu percakapan W. Jawaban yang menyejukkan dan membuat air mata menetes. Ada keperdulian besar, ada cinta kepada bangsa, ada Nasionalisme tak terukur dalam kalimat jawaban Tuan Guru. Tidak ada dendam, meski amarah mungkin ada, tapi maaf lah yang diberikan Tuan Guru, bukan membalas amarah dan hinaan rasis dengan amarah atau menempuh langkah hukum. Tuan Guru menurut Saya paham ada masalah yang sedang terjadi di negara ini yang harus segera mendapat perhatian serius dari semua yaitu NASIONALISME dan KECINTAAN PADA BANGSA.

Ini luka bangsa, ini duka bangsa, kecintaan kepada manusia dan kemanusiaan dirusak dengan sempurna oleh seorang Steven HS. Sebutan TIKO itu sangat menghina nilai-nilai kemanusiaan, sebutan DASAR INDONESIA itu adalah menunjukkan kebencian, dan kata DASAR PRIBUMI itu adalah hinaan kepada bangsa ini. Yang akan menjadi sangat berbahaya jika pemikiran itu ada dalam pikiran mayoritas WNI Keturanan, karena dampaknya akan sangat besar. Semoga hanya Steven HS sendirian yang berpikir dan menyebut Pribumi sebagai Tiko.

Kita semua berharap agar Steven Hadisurya Sulistyo meminta maaf terbuka kepada bangsa ini, karena cacian itu telah membuat bangsa ini teruka, membuat bangsa ini berduka. Tuan Guru telah memaafkan, tapi apakah seluru bangsa ini sudah memaafkan? Hal ini harus disikapi dengan baik.

Kami juga mengajak seluruh saudara kami Warga Negara Indonesia etnis Tionghoa untuk mencintai bangsa ini dan mencintai nilai-nilai kemanusiaan. Tunjukkanlah bahwa anda bukan sekedar Warga Negara, tapi adalah Warha Negara yang memiliki Nasionalisme terhadap Indonesia.

Akhir tulisan ini, kami mengecam dan mengutuk pernyataan Steven Hadisuryo Sulistyo, dan kami anak bangsa ini menunggu permintaan resmi dan terbuka karena telah merendahkan Pribumi dan merendahkan Indonesia.

Kami juga mendesak penegak hukum untuk mengusut perkara ini demi ketentraman bangsa. Ujaran kebencian itu adalah delik umum yang tidak perlu menunggu laporan. Kejadian ini telah menjadi konsumsi publik, dan jangan sampai menjadi pemicu kehancuran kebinekaan. Stven harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah melakukan Ujaran kebencian terhadap Tuang Guru, Ujaran kebencian terhadap Indonesia dan ujaran kebencian terhadap Pribumi. Kepolisian harus bertindak proaktif agar kejadian ini tidak mengganggu rasa keadilan bangsa ini.[]

Berita Terkait

Baca Juga

Comment