Hamsina Halik, A. Md*:Rohingya Tersingkirkan, Potret Derita Minoritas Muslim

Opini518 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Belum bisa lepas dari ingatan pembantaian yang terjadi terhadap muslim Rohingya di tahun 2017 lalu oleh pasukan keamanan Myanmar dengan dalih mencari kelompok teroris (ARSA).

Saat itu, tak satu pun penguasa negeri-negeri muslim mampu menolongnya. Hanya mampu mengirimkan kecaman-kecaman dan kutukan atas perbuatan mereka terhadap Muslim Rohingya.

Meskipun oleh PBB, entitas Rohingya disebut sebagai entitas yang paling menderita di seluruh dunia, hingga saat ini belum juga ada solusi yang tepat dan tak ada tindakan yang tegas terhadap pemerintahan Myanmar.

Bertahun-tahun lamanya, Muslim Rohingya tetap terzalimi. Kini, pengungsi Muslim Rohingya yang ada di Bangladesh akan dikirim ke pulau terpencil tak layak huni oleh pemerintahan Bangladesh.

Pihak berwenang Bangladesh mulai memindahkan ribuan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil meskipun banyak pihak yang memprotes keras. Seperti apa yang dikatakan HRW Amnesty Internasional dan Fortify Rights yang sangat menentang relokasi para pengungsi ke pulau Bhasan Char. Alasannya, pulau tersebut rentan terhadap bencana alam dan tidak cocok untuk pemukiman manusia. (okezone.com 5/12/2020).

Menurut laporan kantor berita Reuters (4/12), sekitar 1.600 pengungsi dipindahkan ke Pulau Bhasan Char, sebuah pulau yang rentan banjir di Teluk Bengal. Menurut pemerintahan Bangladesh, seluruh pengungsi Rohingya telah setuju atas pemindahan mereka. Namun, pengungsi Rohingya di Bangladesh telah mengatakan kepada BBC pada Oktober, mereka tidak ingin dipindahkan. (viva.co.id 6/12/2020)

Umat Islam Bagaikan Satu Tubuh

Sungguh memilukan nasib Muslim Rohingya, tak ada satu pun negara yang mau menerima keberadaan mereka. Bangladesh pun seolah menganggap pengungsi Rohingya adalah beban bagi mereka yang tak seharusnya dipikul. hingga membuatnya tega membuang para pengungsi ini ke pulau yang tak layak huni. Inilah derita minoritas muslim. Tak hanya Rohingya, minoritas muslim lainnya pun merasakan kezaliman yang sama.

Padahal, setiap muslim adalah bersaudara. Begitu banyak saudara muslim seakidah di luar sana, termasuk Bangladesh ini, namun tak satu pun yang terketuk pintu hatinya melihat kezaliman yang dialami saudara seakidahnya.

Sudah selayaknya sesama saudara muslim membantu dan menolong. Rasa sakit yang mereka derita, seharusnya dirasakan pula oleh muslim lainnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW;

““Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hilangnya kepedulian dan rasa tolong menolong terhadap muslim yang satu dengan yang lainnya, hingga menganggap beban berat dengan keberadaan saudaranya yang terusir dari negaranya, merupakan buah dari penerapan sistem nation state di dunia Islam.

Dengan paham kebangsaan, seolah kaum muslim terlepas dari ikatan mereka yang satu, tauhid. Hadits di atas tak lagi berlaku. Mereka merasa asing dengan saudara mereka yang muslim. Paham inilah yang menghilangkan ukhuwah Islamiyyah. Membuat negeri-negeri muslim menutup mata atas tragedi yang menimpa Rohingya.

Umat Butuh Pelindung

Padahal, umat Islam disebutkan oleh Allah SWT sebagai khairuh ummah (umat terbaik). Seharusnya keadaan umat Islam tidaklah seperti ini. Namun, mengapa terjadi hal demikian? Sebab, umat Islam kini tak memiliki kekuatan.

Tak ada ikatan yang kuat yang mampu menyatukan mereka. Justru sebaliknya umat Islam tercerai-berai dengan sekat-sekat nasionalisme atau paham kebangsaan ini, sehingga tak mampu menolong saudara-saudaranya yang terzalimi. Pada akhirnya, umat Islam menjadi lemah.

Dengan demikian, tanpa adanya persatuan umat Islam akan terus menjadi lemah. Jika, dalam nation state ikatan pemersatunya adalah kebangsaan, maka dalam Islam, ikatan pemersatunya adalah akidah islam. Oleh karena itu, untuk menyatukan umat Islam diperlukan sebuah institusi yang menjadikan akidah Islam sebagai pemersatunya.

Dan, institusi itu adalah institusi yang menerapkan Islam secara kaffah di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Melalui institusi ini, umat Islam yang laksana satu tubuh; ketika satu bagian sakit, maka seluruh bagian tubuh merasakannya, akan terwujud.

Dengannya, umat Islam tak lagi mengalami kezaliman. Dan, umat akan terlindungi dari segala macam bahaya. Serta, Keamanan harta dan jiwa mereka akan terjamin. Hingga kebaikan akan tersebar di seluruh dunia. Institusi itu tidak lain adalah Khilafah Islam. Wallahu a’lam.[]

* Anggota Akademi Menulis Kreatif (AMK

Comment