Hanya Islam, Solusi Kesejahteraan Petani

Opini457 Views

Oleh: Susi Mariam Mulyasari, S.Pdi, Ibu rumah tangga dan Aktivis Dakwah

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Diakui atau tidak menjadi seorang petani adalah salah satu pilihan terbaik bagi sebagian penduduk Indonesia. Sebab potensi alam yang begitu luar biasa menjadi faktor pendukung yang tidak bisa terbantahkan.

Kontur tanah di beberapa daerah yang ada di Indonesia menjadi penunjang akan adanya pemberdayaan aspek pertanian. Sehingga tak ayal menjadi pendorong kenapa pertanian harus didukung. Namun demikian, dengan adanya masalah pupuk menjadi masalah besar akan keberlangsungan pertanian. Para petani harus menelan kerugian yang tak kecil karena terpaksa membeli pupuk dengan harga non subsidi.

Sebut saja daerah Kabupaten Bandung, dimana para petaninya mulai meradang tatkala keberadaan pupuk subsidi menjadi langka. Beberapa tahun terakhir para petani kesusahan menetapkan harga.

Sebagai gambarannya, sebelum adanya kelangkaan pupuk subsidi petani bisa menjual gabah per kwintalnya sebesar Rp600.000 dengan selisih margin yang cukup besar. Namun, kondisi petani mulai berubah tatkala harus membeli pupuk non subsidi yang biayanya cukup mahal, hal ini lah yang mengakibatkan petani mengalami kerugian tatkala penetepan harga harus sama dengan ketika pupuk subsidi masih ada.

Kalau kita melihat dan memahami akan potensi alam sebuah negeri, seharusnya pemerintah benar-benar menaruh perhatian yang serius akan pemberdayaan aspek pertanian. Bahkan pemerintah harus menjamin keberadaan pupuk subsidi harus selalu ada. Terlebih dengan kemajuan teknologi pertanian, sangatlah mudah untuk menghasilkan pupuk terbaik dengan harga yang murah.

Kelangkaan pupuk subsidi dibandingkan non subsidi menjadin penanda bahwa pemerintah hanya mementingkan kepentingan para kapitalis dibandingkan rakyatnya. Negara menjadi kepanjangan tangan para pemilik modal di dalam menetapkan sebuah kebijakan. inilah kondisi sebuah negara yang menerapkan ideologi kapitalisme di dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan.

Hukum asal kapitalisme adalah segalanya harus mengacu pada apa yang telah menjadi kepentingan pemilik modal. Modal yang diberikan oleh para kapitalis kepada pemerintah menjadi satu hal yang mampu meniadakan sekat kepentingan antara pemerintah dengan pemilik modal. Alhasil pemerintah menggantungkan nasibnya kepada pemilik modal.

Nasib para petani semakin terpuruk hingga akhirnya tak ada jalan lain kecuali harus menjual lahan pertanian karena biaya bercocok tanam jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang didapat. Padahal kita sangat paham ketika lahan pertanian alih fungsi, yang terjadi adalah dampak sekunder berupa meningkatkan pemukiman warga ketimpang resepan air misalnya, sehingga banjir tak bisa di hindari.

Lantas sampai kapan nasib petani terus terpuruk?

Sampai ideologi kapitalisme yang menjadi biang masalah harus ditinggalkan dan diganti oleh ideologi yang bisa menjamin kesejahteraan petani bisa terwujud, yaitu ideologi Islam. Islam sangatlah memperhatikan lahan pertanian jangan sampai ada lahan pertanian yang tidak dimanfaatkan apalagi alih fungsi.

Respon dan tanggung jawab pemerintah akan kondisi pertanian boleh jadi menjadi prioritas utama bagi kesejahteraan kondisi umat. Sebab, pola kepengurusan di dalam Islam sangat memperhatikan ketercukupan kebutuhan pokok bagi masyarakat dan menjadi standar tingkat kesejahteraan kehidupan umat.

Seorang kepala negara diangkat untuk menjadi pelayan umat dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada hukum syara di dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. inilah sebabnya seorang kepala negara di dalam Islam tak akan mengambil kebijakan cerobah apalagi tergantung pada para pemilik modal. Oleh karena itu, proses penyadaran umat harus terus digalakkan di dalam proses melanjutkan kehidupan Islam. Sebab, hanya dengan Islamlah seluruh problematikan umat apapun itu bisa diselesaikan.

Sebagaimana Allah Swt. sampaikan di dalam Al-Quran surat al-Araf 96:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Dalam ayat ini Allah Swt. telah berjanji akan sebuah kesejahteraan dan keberkahan hidup tatkala hukum Allah Swt. bisa ditegakkan. Sehingga tak ada cara lain bagi umat ini untuk segera kembali kepada sistem Islam, sebab itulah satu-satu cara untuk menyelesaikan problematika umat ini.
Wallahu a’lam bishshawab.[]

Comment