Penulis : Yurfiah Imamah, Pemerhati Umat
_________
RADARINDONESIANEWS COM, JAKARTA- Insiden yang menggemparkan kaum muslimin kembali terjadi pada Rabu, 28 Juni 2023 bertepatan dengan hari raya idul Adha kemarin, yaitu aksi pembakaran Al Qur’an yang dilakukan oleh pemuda asal Irak yang pindah ke Swedia, Salwan Momika.
Aksi pembakaran Al Qur’an itu dilakukan atas nama kebebasan berpendapat dan berekspresi. Kepolisian Swedia telah memberikan izin kepada Salwan Momika untuk menggelar aksi protes, sesuai dengan undang-undang kebebasan berbicara. Adapun Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson mengatakan pembakaran Al-Qur’an itu “legal tapi tidak pantas”.
Ini adalah kali kedua pembakaran Al Qur’an dilakukan di Swedia pada tahun ini. Sebelumnya juga terjadi pada bulan Januari 2023 yang dilakukan seorang politisi anti-imigran bernama Rasmus Paludan dengan membakar salinan Alquran di dekat Kedutaan Besar Turki di kota Stockholm.
Paludan merupakan pemimpin partai Stram Kurs (Garis Keras) sayap kanan Denmark. Insiden pembakaran Al Qur’an yang baru saja terjadi ini menuai kecaman di seluruh dunia. Negara-negara Timur Tengah termasuk Irak, Iran, Arab Saudi, dan Mesir mengecam keras pembakaran tersebut. Termasuk Indonesia, negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
Bahaya Islamphobia Menjangkiti Kaum Muslimin
Sejak peristiwa 11 September 2001 di New York, Barat memang tidak akan pernah serius meredam narasi Islamophobia. Stigma buruk tak henti dihembuskan. Wajah Islam seringkali ditampilkan sebagai Islam yang penuh kekerasan. Keteguhan pemeluknya memegang nilai-nilai dan aturan Islam dianggap sebagai sesuatu yang mengancam.
Mereka mendudukkan seolah Islam dan kaum Muslimin sebagai sumber bencana di muka bumi. Keteguhan kaum muslim memegang nilai-nilai dan aturan Islam mereka pandang sebagai penghambat pembauran budaya di tengah umat.
Sejatinya, narasi-narasi nyeleneh tersebut hanyalah kamuflase belaka. Fakta berbicara Barat tengah dilanda kekhawatiran besar bila Islam berhasil kembali menguasai peradaban dunia dan meruntuhkan hegemoni kapitalisme yang diembannya. Kebangkitan Islam laksana lonceng kematian bagi peradaban Barat.
Oleh karena itu, mereka gerah dan kebakaran jenggot. Narasipun sengaja dibangun oleh Barat terhadap Islam dengan stigma buruk dan memberi stempel radikal terhadap muslim yang keberpegang- teguhan kaum Muslimin terhadap syariat Islam.
Kebencian terhadap Islam dan kaum muslimin mulai muncul dari kalangan di luar Islam, bahkan juga dirasakan di negeri mayoritas muslim. Sehingga saat Islam dinistakan, masih ada kaum muslimin memilih diam dan mendorong kaum muslim agar tidak perlu marah dengan penistaan terhadap agamanya sendiri.
Lebih dari itu Barat ingin umat Islam tetap hidup dalam cengkeraman dominasi sistem yang mereka buat. Dengan cara inilah, kapitalisme terus menjajah dan merampok kekayaan dan sumber daya alam di negeri-negeri Islam tanpa perlawanan. Sehingga domininasi dan hegemoni Barat terus berjalan langgeng.
Cara Islam Menghadapi Islamophobia
Umat Islam tidak sepantasnya menganggap remeh adanya masalah ini. Sebab, narasi islamophobia merupakan narasi berbahaya dan berpotensi menghalangi bangkitnya kesadaran umat. Walhasil, cita-cita mulia untuk kembali melanjutkan kehidupan Islam pun sirna.
Oleh sebab itu, sebagai umat Islam khususnya para pejuang Islam perlu sikap untuk menghentikan laju Islamophobia yang semakin deras. Perang pemikiran antara dua ideologi besar, yakni kapitalisme dan Islam harus segera dimenangkan oleh Islam. Umat dituntut untuk berpikir cerdas dalam upaya melakukan setiap serangan balik atas opini-opini buruk yang terlanjur dipropagandakan Barat terhadap Islam.
Maka, berjuang untuk menjernihkan pemikiran umat tentang kemuliaan Islam harus terus dilakukan demi memahamkan umat bahwa Islamlah solusi yang solutif atas seluruh problematika yang dihadapi manusia di muka bumi, baik oleh umat muslim maupun non-Muslim.
Para pejuang islam harus menyampaikan kepada seluruh umat manusia bahwa Islamlah yang layak diterapkan dalam kehidupan. Sistem islamlah yang dapat menjamin lahirnya masyarakat intelektual. Hanya Islamlah yang dapat menjaga keharmonisan antar individu umat beragama.
Problem pluralitas bahkan bisa diatasi berkat kehebatan penerapan Islam secara menyeluruh – memberi model toleransi yang sangat tinggi. Cukup firman Allah yang menjadi pengingat bagi muslim bahwa kebencian Baratlah yang berupaya membenci Islam politik.
“Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (Nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kafir, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini sesuatu yang mereka tidak memperolehnya. Dan tidaklah membenci dan mengingkari kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka yang beriman.” (QS At-Taubah: 74). Wallahu bi ash-shawab.[]
Comment