“Kemajuan” Shaf Sholat Tarawih

Opini548 Views

 

 

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd, Lingkar Studi Muslimah Bali

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Bulan Ramadhan identik dengan pelaksanaan sholat tarawih di masjid. Sejak ditetapkannya tanggal 1 Ramadhan, malamnya pun kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi masjid untuk bersama-sama sholat tarawih. Masjid penuh sesak hingga beberapa diantaranya menggelar karpet di halaman masjid atau bahkan mendirikan tenda.

Sehari, dua hari, sampai sepekan lamanya, masjid masih penuh dengan shaf sholat tarawih. Namun, lepas dari sepuluh hari pertama, shaf sholat mengalami “kemajuan”. Beberapa masjid sudah tidak lagi menggelar karpet sampai halamannya. Tenda tambahan pun sudah dicabut. Di dalam masjid saja pun sudah cukup untuk menampung jamaah sholat.

Nyatanya, tidak semua kemajuan itu berkonotasi baik. “Kemajuan” dalam shaf sholat ternyata menunjukkan berkurangnya jamaah. Yang awalnya bisa sampai 10 shaf, semakin hari semakin berkurang hingga menyisakan 2-3 shaf saja. Itupun kadang tidak penuh. Sungguh ironis melihat fenomena yang selalu berulang setiap tahunnya ini.

Bulan Ramadhan yang mulia selalu datang dengan berjuta-juta kebaikan. Tak pantas rasanya umat Islam menyia-nyiakan begitu saja. Apalagi hanya datang sekali dalam setahun. Seolah bulan Ramadhan hanya cukup disambut saat awal kedatangannya saja. Kemudian berlanjut lagi saat dirasa dia akan pergi. Di pertengahan kehadirannya, rasanya seperti orang asing yang tak perlu diperhatikan.

Bukan tanpa sebab, mungkin memang kehadirannya yang sudah memasuki 10 hari kedua agaknya menuai kebosanan. Tak ada yang “greget” sebagaimana kedatangannya yang pertama. Aktivitasnya monoton saja. Setelah buka puasa lanjut tarawih. Begitu seterusnya. Ada rasa untuk refreshing dengan aktivitas yang lain. Pergi ke pusat perbelanjaan misalnya.

Padahal jika saja mau bersabar hanya untuk satu bulan, pusat perbelanjaan pun tetap ada di tempatnya. Masih ada 11 bulan lain yang bisa digunakan. Manfaatkan satu bulan ini untuk menggali sebanyak-banyaknya pahala. Hanya di bulan ini momentum kesatuan umat itu terlihat.

Oleh karena itu, untuk tetap istiqomah menjalani ibadah, maka ciptakan tantangan tersendiri dan penghargaan karena bisa menyelesaikan tantangan itu. Buat skala prioritas untuk aktivitas yang harus segera terselesaikan atau bisa ditunda sementara.

Jika ada yang bisa didelegasikan ke orang lain, maka jangan sungkan minta tolong kepadanya. Jika ada aktivitas yang sama sekali tidak menguntungkan, jangan ragu untuk segera ditinggalkan. Bisa dipastikan aktivitas yang dilakukan tidak akan terasa monoton, bahkan bisa selalu semangat karena ada tujuan yang akan dicapai.

Tentu membuat skala prioritas ini tidak hanya berlaku saat Ramadhan saja, lanjutkan juga untuk bulan-bulan berikutnya. Inilah yang harus dipahami umat Islam agar hidupnya selalu produktif dan tidak ada waktu yang sia-sia. Ingatlah, waktu hidup di dunia hanya sesaat, jangan disia-siakan hanya untuk kesenangan duniawi saja. Tabung sebanyak-banyaknya amal untuk kembali ke akhirat.Wallahu a’lam bish showab.[]

Comment