Liberalisasi Akidah Dalam Doa Semua Agama

Opini411 Views

 

Oleh: Hamsina Halik, A. Md, Pegiat Revowriter

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan yang sangat beragam dari beberapa pemahaman kepercayaan atau aliran-aliran agama. Pada sinkretisme terjadi proses pencampuradukkan berbagai unsur aliran atau paham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan. (wikipedia.org)

Sinkretisme agama inilah yang tengah dipraktikkan secara terang-terangan kepada publik. Adanya permintaan doa semua agama di setiap acara yang berlangsung di  kementerian agama dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas,  menunjukkan liberalisasi akidah semakin dipertontonkan di negeri yang mayoritas muslim ini.

Gus Yaqut menjelaskan, pembacaan doa lintas agama didasari karena Kementerian Agama tidak hanya menaungi satu agama saja. Tetapi semua agama yang ada dan diakui di Indonesia.

Menurut dia, tujuan dari pembacaan doa adalah memohon keselamatan kepada Allah SWT agar pegawai di lingkungan Kemenag dijauhkan dari perbuatan munkar dan korupsi.

Maka dari itu, doa lintas agama itu dimaksudkan sebagai pengingat agar masing-masing umat di lingkup Kemenag tidak melakukan tindak pidana korupsi. (kumparan.com, (07/04/2021)

Benar, bahwa negeri ini terdiri dari berbagai agama. Tak hanya Islam. Namun, ide atau gagasan doa semua agama adalah merupakan bentuk makna toleransi yang kebablasan. Terlebih jika dikatakan bahwa tujuan doa semua agama atau lintas agama  ini adalah agar semua pegawai kemenag tidak melakukan tindak korupsi adalah alasan yang mengada-ada.

Saat ini, berbagai pemikiran-pemikiran liberalisme yang merupakan buah dari sistem kapitalisme dengan sekularisme sebagai asasnya telah menggerogoti umat Islam, merasuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan kaum muslimin di negeri ini.

Selain umat Islam yang lemah dari agamanya sendiri, terutama yang berkaitan dengan akidahnya, juga ada peran Barat yang sangat giat dalam menyebarkan paham liberal ini.

Peradaban Barat dengan slogan kemerdekaan dan kebebasan masuk ke negeri-negeri muslim tidak lain untuk menjauhkan kaum muslimin dari akidahnya.

Pluralisme yang membiaskan konsep kebenaran tunggal Islam, sinkretisme yang mencampuradukan antara kebenaran dan kebatilan, pembiasan prinsip akidah atas nama toleransi, mendukung kesyirikan atas nama kearifan lokal dll, semua ini sesuai dengan spirit pemikiran liberal. Yakni kebebasan yang menghalalkan dan mengharamkan apa yang dikehendaki hawa nafsu manusia meski itu bertentangan dengan Islam.

Belakangan ini semakin nampak bahwa liberalisasi akidah yang diusung oleh penyeru Islam Liberal dengan mengatasnamakan Islam Moderat mengarah pada pluralisme agama.

Doa semua agama sebenarnya hanya salah satu bentuk dari ide sesat ini. Ide ini memandang bahwa semua agama adalah sama. Kebenaran semua agama adalah relatif. Maka pemeluk agama tak boleh mengklaim hanya agamanya yang benar sedangkan agama lainnya salah.

Pluralisme lahir dari filsafat perenialisme yaitu sebuah sudut pandang dalam filsafat agama yang meyakini bahwa setiap agama di dunia memiliki suatu kebenaran yang tunggal dan universal yang merupakan dasar bagi semua pengetahuan dan doktrin religius. (https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_perenial).

Menganggap semua agama sama, yakni menyembah tuhan yang sama hanya caranya yang berbeda, sama sekali tidak sesuai dengan kebenaran faktual yang kita indra. Bisa dikatakan ini adalah bentuk pencampuradukan agama yang selayaknya kita tolak.

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (TQS al-Baqarah [2]: 42).

Sungguh ide-ide liberalisme yang merasuk ke tengah-tengah kaum muslimin sangatlah berbahaya. Sebab, tak hanya merusak kehidupan dan struktur sosial kaum muslimin, tapi lebih dari itu juga mengubah mainstream berpikir mayoritas umat Islam.

Jika awalnya mereka menganggap bahwa agama Islam adalah hal yang suci dan harus dijaga, namun seketika berubah cara pandang mereka yang kemudian ingin lepas kendali dari agama. Pelan tapi pasti, sebagian besar umat Islam mulai masuk ke dalam perangkap berpikir pragmatis-sekular-liberal dan mulai melupakan sudut pandang hakiki mereka, yakni aqidah Islam.

Padahal, bagi seorang muslim akidah adalah pondasi keimanannya. Tanpa iman, manusia laksana bangkai hidup dan tak memiliki nilai dan harga sedikit pun.

Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga akidahnya. Sebab, akidah merupakan syarat utama diterima seluruh amal perbuatan manusia di sisi Allah Swt. Sebanyak apa pun amal perbuatan baik yang dilakukan tanpa iman, tak akan ada nilainya  dan tak akan mendapatkan balasan dari Allah Swt.

Maka, sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk waspada dan menolak sekaligus membendung segala bentuk upaya musuh-musuh Islam dan para anteknya yang berupaya keras menjauhkan umat dari akidah dan pemikiran Islam yang lurus seperti  Islam Liberal yang sangat jauh dari pemikiran Islam hakiki bahkan bertentangan dengan hukum syara.

Peran negara menjaga akidah umat Islam pun sangat penting dengan menerapkan sanksi bagi siapa saja, baik kelompok maupun individu, yang ingin merusak kesucian dan eksistensi akidah Islam.

Semua ini hanya akan terlaksana manakala umat kembali berhukum dan mentaati aturan-aturan-Nya. Wallahu a’lam []

_____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang.

Comment