![]() |
Lieus Sungkarisma.[Gofur/radarindonesianews.com] |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Belakangan ini nama Lieus Sungkharisma begitu membahana. Medsos, Televisi sampai media cetak senang tampilkan sikap, gagasan dan komentarnya terutama dalam hal tidak layaknya Ahok kembali pimpin Jakarta. Tanpa kopiah hitam dan tanpa sorban dia dengan gagah berani masuk barisan BELA ISLAM.
Sebagai sahabat dan sebagai Muslim sayapun tidak ragu ragu lagi beri apresiasi dengan julukan Lieus sebagai Tokoh Pemuda Budhis Indonesia dari etnis Tiong Hoa Pembela Islam. Kita Muslim masih butuh energy, semangat dan ruh pejuang seperti Lieus. Saya malu dan prihatin terhadap mereka yang pakai kopiah, pakai sorban, pakai hijab mengaku dan teriak teriak sebagai muslim pembela Islam, tapi saat eksekusi mereka masih bahas tentang besaran rupiah yang akan diterima.
Mereka lupa bahwa semangat BELA ISLAM bukan berarti sekedar berjuang untuk tumbangkan Ahok – Djarot dan mengusung Anis – Sandi, tapi lebih dari itu kita tengah memperjuangkan KEMULIAAN ISLAM dan KEAGUNGAN ALLAH SWT. Jangan lupa Allah SWT tidak pernah ingkar janji pada setiap mereka yang YAKIN.
“China tetap China pasti ada udang di balik batu …. Aneh dia China kenapa tidak dukung China Ahok yg sama sama sipit, pasti ini ada apa apanya,” ujar tokoh nasional yg minta ketemu untuk minta informasi dr sy tentang si sipit Lieus. Tokoh tadi tahu betul bahwa saya dan Lieus bersahabat lebih dr 30 thn lamanya. Alhamdulillah akhirnya tokoh tadi bisa memahami karakter dan konsep yang diperjuangkan Lieus. Dia tidak curiga lagi dan amat menyesal menyebut Lieus sebagai China. Bahkan saat ini diapun sama dengan saya menyebut Lieus sebagai orang Tiong Hoa.
Sejak awal kenal dgn Lieus saat dia sbg Ketum Pemuda Budhis Indonrsia sy tidak pernah memanggil atau menyebut dan mengkategorikan Lieus sbg orang China. Saya selalu menyebut dia sebagai orang keturunan atau sbg orang Tiong Hoa. Sy paham betul tentang semangat kebangsaan yang ada di dlm jiwanya. Sayapun tdk perlu khawatir terhadap ketangguhan, kwalitas dan konsistensinya dalam setiap bentuk perjuangan yg dia pilih. Apalagi prihal semangat menggagalkan terpilihnya Ahok jadi gubernur DKI Jakarta Lieus Sungkharisma dan sikapnya yang keras agar siapapun menista agama harus dihukum berat patut jadi teladan.
Dia fokus dalam setiap serangan guna merontokan kekuatan Ahok. Dgn ketangguhan jiwa dan kekuatan ruh nasionalismenya maka Lieus tidak tergoyahkan tetap konsisten dlm barisan Bela Islam. Oleh krn itu berhasil atau tidaknya Ahok jd Gubernur DKI Jakarta maka Lieus layak terima penghargaan sbg salah seorang non muslim, seorang Tiong Hoa beragama Budha yg ikut gerakan Bela Islam.
Sebutan Tiong Hoa kpd Lieus sudah saya lakukan sejak awal tahun 80 an. Saat saya masih dalam jajaran pelaksana Redaksi Koran “MERDEKA” milik tokoh PNI lama BM.DIAH rutin sebulan sekali adakan diskusi bahas isu nasional yg sedang berkembang. Diskusi itu bergantian hadirkan tokoh senior dan tokoh muda. Misalnya saja Manai Sophian, Megawati Sukarno Putri, Ir. Akbar Tanjung (Menpora), Dr. Abdul Gafur (Menpora), Alm. Soeryadi (PDI lama), Ir. Abdullah Puteh, Tjahjo Kumolo (KNPI), Achmad Bagja (PMII & Ketua PB.NU), Tony Waworuntu (GMKI), Alm. Markus Mali, Alm. Alex Litaay (PMKRI), Kristya Kartika (GMKI), Bambang Suharto (Kosgoro), Rainal Rais (DPP HIPMI) dan juga Lieus Sungkharisma (Ketum Pemuda Budhis Indonesia). Dari kesimpulan pemikiran pemikiran yang dimuat halaman depan Harian MERDEKA masyarakat menilai bahwa Lieus berpaham Nasionalis Religius.
Kehadiran tokoh tokoh muda dan tokoh tokoh nasional dengan latar belakang suku, agama dan latar belakang politik yang berbeda tidak menyurutkannya untuk ikut berpendapat bahas isu isu nasional. Lugas, trengginas, cerdas tidak pakewuh, tidak berharap imbalan setiap pemikiran disampaikan jujur dan santun. “Bung tahu saya cinta Indonesia dgn ssegala isinya….., ” ujar Lieus saat datang ke Kantor Hukum “ISMAIL & Rekan” di awal thn 2017 meyakinkan saya untuk bersama sama terus berjuang menyatukan kembali Indonesia yang terkotak kotak akibat ulah Ahok China “SONTOLOYO” si penista agama.
Militansi Lieus juga tidak diragukan lagi. Misalnya pada tahun 2007 saat Tim Pepati (Tim Penyelamat dan Pembela Aset Telekomunikasi Indonesia) yang saya pimpin melakukan gerakan “KEMBALIKAN INDOSAT PADAKU” di setiap seminar dan diskusi Lieus lantang dan keras suaranya. Ketegasannya tidak kalah dari Prof. Amin Rais (Mantan Ketua MPR RI), Prof. Tutty Alawiyah AS (Ketum Pusat BKMT), KH M. Khathat (HTI), DR. Nathan Setiabudi (Mantan Ketua PGI), Ahmad Bagja (PMII / Ketua PBNU,) Ir Syahrul Akhyar, Abi Mulantono (SEKAR TELKOM), Habib Fauzi Al Habsy (Ketum Majelis Dzikir Indonesis,) dan beberapa tokoh lainnya. Bahkan saat korlap unjuk rasa menyuruh pendemo tiarap maka Lieus tidak ragu ragu lagi tiarap di atas aspal yang panas dan kotor. “Ini tidak seberapa………. Jika negara dan bangsa Indonesia butuh darah dan nyawa saya siaaaapp !,” tegas Lieus tanpa ragu ragu selepas demo..[GF]
Comment