Lilik Solekah, SHI: Ibadah Di Bulan Berkah Berkabung Wabah

Opini543 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Marhaban Yaa Ramadhan… Marhaban Yaa Syahrul Mubaarak…Selayaknya setiap Muslim bergembira. Sebab Ramadhan adalah bulan penuh rahmat. Bulan penuh berkah. Bulan penuh ampunan. Juga pertolongan.

Ya Allah…kami berucap syukur atas nikmat yang senantiasa Engkau berikan kepada kami, terkhusus kesempatan untuk kami bisa kembali bersua dengan bulan penuh berkah ini, Ramadhan al-Karim, sehingga kami bisa bermunajat kepada Engkau memohon ampunan, rahmat, dan kasih sayang hingga kami bisa memasuki surga yang telah Engkau janjikan dengan mengikuti Rasulullah SAW, utusan yang Engkau muliakan.

Ramadhan, bulan yang sangat dirindukan bagi mereka yang memahami betul hakikat keistimewaannya di bandingkan dengan bulan-bulan yang lain, terlebih bagi seorang mukmin untuk terus dan terus meningkatkan ibadahnya di bulan mulia ini.

Ramadhan, bulan dilipatgandakannya pahala tentu sangat dinanti kehadirannya dan Allah SWT menganugerahkannya kepada kita yang tidak semua dari saudara-saudara kita bisa memperolehnya, sehingga sudah selayaknya kita untuk mengoptimalkannya sebaik mungkin sebagai bekal di bulan-bulan yang akan datang.

Namun Ramadhan kali ini memang berbeda. Tak sama dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Saat ini Ramadhan hadir berkabung wabah. Banyak orang berduka. Ditinggal mati oleh orang-orang tercinta. Banyak yang terinfeksi. Lebih banyak lagi yang diawasi.

Semua karena keganasan virus Corona. Dampak selanjutnya terasa memilukan. Banyak orang kehilangan pendapatan. Sebab banyak pengangguran. Sebagian sudah mulai kesulitan untuk sekadar makan. Apalagi untuk bayar kontrakan bulanan. Juga cicilan kendaraan. Bahkan korban kelaparan mulai berjatuhan.

Lantas, bagaimana seharusnya setiap muslim mempersiapkan diri secara optimal agar bisa meraih sukses pada bulan penuh berkah di tengah wabah ini?

sadari bahwa Ramadhan adalah bulan optimalisasi ibadah. Seorang muslim hendaknya memahami hakikat ibadah yang sesungguhnya sehingga ia menjadikan seluruh aktifitas sehari-harinya bernilai pahala di sisi Allah SWT dan sudah selayaknya setiap Muslim tetap bergembira. Pasalnya, meski di tengah duka akibat wabah Corona,

Ramadhan tetaplah istimewa. Sebabnya, Ramadhan akan selalu bertabur rahmat, maghfirah, pahala berlipat ganda dan pertolongan Allah SWT.

Meski Ramadhan tahun ini Allah SWT memberikan ujian kepada hamba-Nya berupa wabah sehingga aktivitas yang kita lakukan lebih banyak di rumah atau bahkan tidak keluar sama sekali selain karena kebutuhan mendesak. Tidak ada aktifitas jamaah baik shalat di masjid, menuntut ilmu di sekolah atau kampus, sila ukhuwah, majelis taklim bahkan semua dilakukan #DiRumahSaja. Stay at home.

Namun demikian, aktifitas kita di rumah akan terus bernilai ibadah selama kita meniatkannya karena tunduk taat kepada perintah dan larangan-Nya. Di bulan yang mulia ini pun juga demikian, sukses Ramadhan tetap bisa kita raih dengan:

Ikhlas. Ikhlas untuk Allah SWT adalah ruh segala ketaatan, kunci agar segala kebaikan diterima di sisi-Nya serta pintu untuk mendapatkan pertolongan-Nya.
Memahami betul pahala yang telah Allah SWT siapkan untuk orang-orang yang berpuasa. Seperti:

a. Pahala orang yang berpuasa sangatlah besar dan hanya Allah SWT yang mengetahui. Allah SWT berfirman dalam sebuah hadits qudsi:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ (رواه البخاري)

Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya._ (H.R. Bukhari).

b. Puasa akan memberi syafaat kepada yang melakukannya sehingga ia akan memasukkannya ke dalam surga.

c. Puasa Ramadhan menghapus dosa-dosa yang telah berlalu. Rasulullah –SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رضي الله عنه – قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- ia berkata: “Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: _‘Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan karena mengharap pahala di sisi Allah SWT, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni‘”._ (Muttafaqun ‘alaih).

d. Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: _“Jika datang bulan Ramadhan, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu”._ (H.R. Muslim).

e. Doa orang yang berpuasa bulan Ramadhan dikabulkan Allah SWT.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ؛ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ : وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ (رواه أحمد والترمذي وقال : حديث حسن)

Dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- ia berkata: “Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: ‘Tiga orang yang doa mereka tidak ditolak; orang yang berpuasa sehingga ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang terzhalimi akan diangkat Allah SWT di atas awan dan dibuka untuknya pintu-pintu langit, dan Allah SWT berfirman: ‘Demi izzahku, sungguh Aku akan mendolongmu walaupun setelah beberapa saat’”_. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dan ia berkata: “Hadits ini hasan”.

Takwa sebagai perwujudan puncak ibadah.

Takwa bagi seorang muslim ialah ketika ia mampu menjadikan standard kehidupannya kembali kepada hukum syara’. Mulai dari amal individu, ketika seseorang menjadi anak bagi kedua orang tuanya, ia taat kepada kedua orantuanya, menjadi istri kemudian taat kepada suaminya, menjadi seorang pelajar rajin dalam menuntut ilmu, lalu dalam tataran Negara, seorang kepala Negara menjalankan amanahnya yaitu riayah syu’un baik ketika Negara dalam kondisi stabil atau pada saat tertimpa musibah.

Jadi, ketika seseorang (dengan profesinya saat ini) menjalankan apa yang menjadi amanahnya, itulah ibadah tertinggi baginya, yang ia lakukan hanya semata-mata karena taat dan ridho (insyirah) atas apa yang ditetapkan Rabbnya.

Selain itu, tentu dibutuhkan pemimpin yang benar-benar bisa mewujudkan ketakwaan dalam dirinya. Pemimpin yang bertakwa adalah pemimpin yang amanah, yang tidak mengkhianati Allah SWT dan Rasul-Nya. Mereka tidak menyalahi al-Quran dan as-Sunnah.

Hanya dengan totalitas ketakwaan semacam itulah kita akan mendapatkan jaminan Allah SWT dan jalan keluar dari kesulitan, rezeki dari arah yang tak diduga dan kemudahan dalam semua urusan.

Semua ini jelas amat kita perlukan. Terutama dalam menghadapi wabah saat ini. WalLahu a’lam. []

Comment