Lulu Nugroho: Tren Bunuh Diri

Berita379 Views
Lulu Nugroho
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Suicidolog atau ahli kajian bunuh diri  Benny Prawira Siauw, menyebut kecenderungan bunuh diri terdapat pada kalangan pelajar atau mahasiswa. Pendiri sekaligus Kepala Koordinator Into The Light, kelompok pemerhati pencegahan bunuh diri. Dia menjelaskan hal ini kepada detikcom di Plaza Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).
Menurut penelitian Benny terhadap mahasiswa di Jakarta, terdapat perbedaan angka pemikiran bunuh diri ketimbang kota lainnya, misalnya Yogyakarta. Penelitian soal bunuh diri di Yogyakarta pernah dilakukan oleh Karl Peltzer pada tahun sebelumnya tentang perilaku bunuh diri mahasiswa, di 6 Negara ASEAN. Jakarta jauh lebih tinggi dari Yogyakarta dalam hal pemikiran berbahaya ini.
Responden dari Indonesia (Yogyakarta) menunjukkan angka pikiran bunuh diri 6,9%, terendah ketimbang mahasiswa-mahasiswa di kota lain di ASEAN. Angka pikiran bunuh diri tertinggi ada di Myanmar, 16,3%. Meski Myanmar punya angka pikiran tentang bunuh diri tertinggi, angka percobaan bunuh dirinya justru terendah, yakni 1,0%. Angka percobaan bunuh diri tertinggi ada di Thailand, yakni 5,3%.(detik.com, 20/1/2019).
Hal ini tampak menjangkiti mahasiswa di negeri ini. Tiga orang mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad) tewas bunuh diri dalam 3 bulan terakhir. Psikiater Fakultas Kedokteran Unpad Teddy Hidayat mengatakan, “Pada dasarnya tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan kematian. Tetapi kenyataan 1.500 per orang per hari di Indonesia mencoba bunuh diri,” katanya via sambungan telepon, Selasa (12/3/2019). (Detiknews, 12/3).
Sekalipun kampus telah menyediakan fasilitas TPBK (Tim Pelayanan dan Bimbingan Konseling) yaitu unit layanan yang dimiliki oleh Fakultas Psikologi Unpad, gratis bagi mahasiswa Unpad yang membutuhkan bantuan psikologis. Layanan di TPBK meliputi bimbingan karir, kesulitan belajar, penyesuaian diri, masalah akademik, pertemanan, interaksi sosial dan permasalahan psikologis lainnya. Tapi kasus bunuh diri, terus saja terjadi.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, AH (21), mahasiswa Program Studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran (Unpad) ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya. AH nekat bunuh diri diduga karena cekcok dengan pacarnya. (Detiknews, 10/3). Dari berbagai kasus bunuh diri yang terjadi, ternyata tidak hanya karena cinta, melainkan banyak faktor yang melatarbelakangi perilaku ini.
Fenomena ini patut mendapat perhatian penguasa. Sebab mahasiswa adalah generasi perubahan. Di pundak mereka, beban kebangkitan umat diletakkan. Jika mahasiswa menempuh jalan bunuh diri, dari persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Berarti mereka  tidak sanggup berdiri tegak di hadapan umat. Sebab memikirkan hidup mereka sendiri saja sulit, apalagi harus mencari solusi bagi seluruh persoalan umat.
Alhasil yang terjadi sekarang, generasi muda mudah galau karena cinta, atau masalah sepele lainnya. Mahasiswa menjadi tidak fokus menjalani kehidupannya. Bahkan bisa jadi mereka belum tahu tujuan hidupnya. Hingga akhirnya berputar-putar dari 1 masalah ke masalah lain.  Lelah mengejar materi dan dunia. Kering. Dan akhirnya tumbang. 
Maka hal ini menunjukkan bahwa sistem yang ada, gagal mewujudkan output generasi dengan orientasi hidup yang jelas. Oleh sebab itu perlu perbaikan di seluruh sistem pengurusan umat. Memberi arah yang jelas pada generasi agar mereka mengerti tujuan hidupnya semata-mata hanya untuk mendapat rida Allah. Konsekuensi logis dari hal tersebut adalah taat pada seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Memberi pemahaman akidah yang sahih bagi generasi muda, sebagai landasan berpikir. Dan ini hanya bisa didapat dari Islam, akidah yang datang dari Allah yang Maha Mengatur. Hanya Islam yang yang mampu mengikat gerak generasi muda, agar tetap berada pada jalan iman. Merubah orientasi hidup, untuk terusmenghasilkan karya terbaik bagi kebangkitan umat.
Dan yang terpenting adalah peran penguasa, untuk mengganti sistem pengurusan umat. Sebab ketika menggunakan sekularisme, maka dia akan merusak. Dari mulai menafikan peran Allah sebagai pembuat aturan. Hingga terlepasnya aktivitas seorang muslim dengan perintah dan larangan. Jika sekularisme ada dalam benak mereka, maka bisa dipastikan generasi muda  tidak memiliki daya untuk berada di garda terdepan kebangkitan umat. 
Seperti pada firman Allah Subhaanahu wa ta’ala,
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.[]

Penulis adalah anggota komunitas Muslimah Revowriter Cirebon

Berita Terkait

Baca Juga

Comment