Mala Hanafie*: Corona Dan Inkonsistensi Pemerintah

Opini499 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Akhir pandemi masih belum terlihat ujungnya, perpanjangan masa PSBB menjadi bukti.  Berbagai aturan telah diberlakukan dalam pembatasan sosial yang kini dicanangkan, mulai dari anjuran stay at home, penghentian sementara berbagai aktivitas keagamaan hingga pelarangan mudik lebaran. Di sela terhentinya berbagai kegiatan, kesulitan ekonomi jadi imbas yang paling jelas terlihat.

Satu keluarga ditemukan di tengah kebun dalam kondisi lemas karena kelaparan yang diantaranya terdapat ibu hamil serta tiga balita. Kejadian ini disebabkan sang ayah kehilangan pekerjaan. (kompas.com/010520). Sementara itu belasan mahasiswa ditangkap karena menerobos aturan pembatasan sosial, mereka nekat pulang kampung lantaran kondisi keuangan yang semakin menipis. (cnnindonesia.com/040520).

Dilema kian terasa utamanya dalam keseharian masyarakat kelas bawah. Kehilangan mata pencaharian makin menghantam. Kebutuhan hidup semakin sulit dipenuhi. Turun tangannya pemerintah jadi satu-satunya harapan. Bantuan Sosial (bansos) berupa sembako yang diberikan pemerintah jadi harapan yang dinanti masyarakat kelas bawah.

Namun ditengah keterdesakan kebutuhan pangan distribusi bansos yang diprogramkan Pemerintah Pusat justru mengalami kendala, mengutip dari Merdeka.com (290420) Menteri Sosial (Mensos) Juliari Batubara menyatakan penyaluran bansos tersendat dikarenakan harus menunggu tas pembungkus yang digunakan untuk mengemas paket sembako tersebut.

Ketiadaan tas wadah yang bertuliskan “Bantuan Presiden” menghambat penyaluran bansos. Terang saja alasan konyol ini memancing reaksi keras masyarakat. Setali tiga uang, Sri Mulyani, Bupati Klaten turut dihujani kritik sebab didapati foto dirinya menempel pada paket bansos yang disalurkan. (cnnindonesia.com/290420).

Corona menguak wajah asli penguasa
Virus Corona menampakan wajah asli para penguasa. Pada situasi makanan adalah tuntutan paling mendesak, pemerintah masih sibuk mencari pengakuan lewat pelabelan diri pada paket bansos yang akan diberikan kepada masyarakat.

Tindak-tanduk yang jauh dari visi menyejahterakan. Penguasa larut pada orientasinya melanggengkan tampuk kekuasaan.

Inkonsistensi kebijakan menunjukan kegagalan pemerintah dalam mengatasi pandemi. Sejak mula masuknya wabah ini terlihat bahwa pemerintah bersikap abai.

Terbukti di tengah hantaman krisis tersebab pandemi para penguasa negeri masih saja memanfaatkan bansos sebagai sarana pencitraan diri. Penguasa yang tebal hati menunggangi bansos dengan kepentingan-kepentingan pribadi.

Pemenuhan kebutuhan pangan yang seharusnya menjadi tanggung jawab justru dijadikan alat politisasi para penguasa hari ini. Jelas bahwa Demokrasi tak bertaji mengentaskan problematika negeri.

Di sela badai krisis yang mengiringi wabah Covid-19, para pelakon politik demokrasi asyik dengan pencitraan diri, mereka kehilangan intuisi dan miskin hati. Wajar saja sebab tabiat politik demokrasi terbatas pada kepentingan para pemainnya. Tak ada kesetiaan bahkan kepada rakyat yang sebelumnya dijadikan jembatan menduduki kursi jabatan.

Citra Pemimpin Dalam Kepemimpinan Islam

“Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”

Begitulah ucapan Umar Bin Khattab, Khalifah kedua yang melanjutkan metode kepemimpinan Rasulullah saw. Kepemimpinan Umar bin Khattab menggambarkan periode gemilang dari sebuah peradaban. Sejarah menorehkan bagaimana teladan penguasa yang memimpin dengan cinta.
Bencana krisis pernah terjadi pada masa kepemimpinannya.

Umar bin Khattab bahkan pernah mengharamkan daging untuk dirinya sendiri, ia menolak untuk menikmati makanan terbaik ditengah paceklik yang tengah melanda Negerinya, dan tak jarang ia rela menahan lapar sampai warna kulitnya ikut berubah. Semua ia lakukan semata-mata untuk turut merasakan derita yang menimpah rakyatnya.

Didera bencana Khalifah Umar tak segan meminta bantuan kepada wilayah lain di Daulah Islam yang keadaannya lebih makmur.

Ia menuliskan surat kepada para gubernurnya. Tanpa berbelit Amr bin Ash Gubernur Mesir segera menjawab surat Khalifah dengan mengirimkan bantuan bahan makanan serta kebutuhan lainnya. Hal serupa diikuti gubernur wilayah lainnya.
Tidak hanya itu Khalifah juga membuat kebijakan untuk tidak menarik zakat pada masa itu, Khalifah pun menangguhkan hukuman bagi pencuri yang terpaksa mencuri karena kondisi kelaparan.

Setiap kebijakan diambil sembari melakukan upaya pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
Semua itu karena Khalifah memahami bahwasanya makanan merupakan hajatul udhowiyah (kebutuhan hidup) yang harus dipenuhi sebab bila dibiarkan akan berakibat fatal bahkan menyebabkan kematian.

Inilah pemimpin sejati yang menyadari korelasi akhirat atas kepemimpinannya di dunia, selalu berusaha sekuat tenaga menjalankan amanahnya dengan penuh rasa tanggung jawab. Mengayomi rakyatnya dengan sepenuh jiwa. Meriayah dengan cinta. Wallahu’alam.[]

Comment