Mala Octavia*: Iedul Fitri, Momen Kemenangan Umat Islam?

Opini573 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – “Siapa yang berpuasa Ramadhan dengan kesadaran iman dan penuh harapan ridha Allah, maka diampuni semua dosa-dosa yang lalu.”(HR. Bukhari-Muslim).

Puasa Ramadhan telah usai, besar harapan kita semoga seluruh ibadah yang kita lakukan mendapat ridha dan pahala dari Allah SWT. Sebentar lagi kita akan berjumpa dengan Hari Raya Idul Fitri 1441 H.

Inilah momen yang ditunggu umat Muslim setelah berpuasa penuh selama satu bulan. Dengan datangnya Hari Raya Idul Fitri 1441 H sejatinya akan lahir pribadi-pribadi yang semakin bertakwa di hadapan Allah.

Puasa tidak hanya menjadikan kita menahan lapar dan haus, tetapi semakin menambah ketakwaan kita. Puasa Ramadhan adalah seruan wajib bagi seluruh umat Muslim di mana tujuan akhirnya adalah bertakwa kepada Allah SWT, seperti dalam firman Allah surah Al-Baqarah ayat 183 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.

Dengan takwa yang semakin meningkat inilah, sejatinya kita akan menang melawan hawa nafsu untuk bermaksiat.

Kemenangan secara hakiki bukanlah saat kita bersuka ria berhasil menahan lapar dan haus saat berpuasa, kemudian kita merayakannya dengan makan bersama. Akan tetapi, kemenangan hakiki itu ialah mampu meraih takwa yang sesungguhnya.

Takwa itu benar-benar telah merasuk ke dalam diri kita, baik secara lahir maupun batin. Takwa inilah yang akan lahir dalam setiap sikap dan perbuatan kita.

Thalq bin Habib, seorang Tabi’in, salah satu murid Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa, “Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap azab-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir, I/2440).

Oleh karena itu, untuk meraih kemenangan hakiki haruslah bertakwa secara total. Ketakwaan secara total adalah membuktikan diri kita dengan komitmen melaksanakan segala aturan-Nya dalam setiap lini kehidupan. Baik urusan ibadah, muamalah, bahkan hingga urusan sosial politik. Takwa tidak cukup hanya ada pada tataran individual, tetapi juga harus ada pada tataran masyarakat yang lebih luas.

Inilah kunci kemenangan umat Muslim, ketika aturan-aturan Allah diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan sebab iman dan takwa yang menghujam kuat di dalam diri setiap Muslim. Dalam pandanga Islam, keimanan dan ketakwaan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak akan terpisahkan.

Ukuran seseorang bertakwa pasti karena adanya iman yang bersemayam dalam hati. Jika seseorang beriman, maka ketakwaan akan terpancar dari dirinya. Kecondongan orang yang bertakwa pasti akan berhukum (bertahkim) kepada aturan-aturan Allah SWT, sebuah sistem yang penuh rahmat bagi semesta alam.

Namun, faktanya saat ini justru manusia enggan untuk berhukum kepada aturan Sang Pencipta, manusia lebih memilih menggunakan hukum sekuler buatan manusia yang memisahkan antara urusan agama dengan urusan kehidupan, urusan agama dengan urusan negara. Sehingga lahir sebuah kata “Negara untuk raja dan hukum untuk Tuhan”.

Akibatnya, dalam hukum sekuler yang diterapkan saat ini, keterkaitan antara iman dan ketaatan sesorang dalam menjalankan peraturan kehilangan konteksnya. Fokus penegakan hukum sekuler saat ini adalah bagaimana aturan tersebut menciptakan keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mewujudkan hal tersebut? Jika hukum dibuat berdasarkan pertimbangan manusia, sedangkan anatara manusia satu dengan yang lain dimungkinkan memiliki perbedaan kepentingan yang menyebabkan terbangunnya kontradiksi kepentingan itu sendiri?

Oleh sebab itu, diperlukan adanya satu neraca yang menjadi panduan yang bebas dari bias kepentingan, tetapi mungkinkah neraca ini hadir jika bukan berasal dari Rabb semesta alam, Allah SWT?

Kosongnya eksistensi negara yang mengimplementasikan aturan/hukum Allah sesungguhnya adalah pukulan yang membinasakan yang membuka jalan kehinaan umat ini terkait agama, kehormatan, dan mata pencahariannya.

Dari titik inilah penderitaan umat dimulai, tragedi, musibah, dan krisis terbentang dari Syam, Afrika, hingga negara Asia Timur, Rusia Timur Jauh, dan Asia Tenggara.

Justru kemenangan dan kemerdekaan semu dengan berkuasanya penguasa kolonial yang berbalut racun ide kebebasan adalah gerbang utama penderitaan dan eksploitasi umat Islam, karena dengan sistem tersebut umat Islam hidup tercerai-berai, terpenjara dengan sekat-sekat nasionalisme produk Barat.

Kapitalisme telah menjadi jurang eksploitasi ekonomi bagi umat dengan mengaruskan mereka menjadi pekerja, sedangkan agenda kaum sekuler/liberal adalah mencabut setiap peran utama umat islam, baik laki-laki maupun perempuan yang berakibat dan bermuara pada kerusakan multidimensi.

Kenyataan ini menjadi ujian ketakwaan bagi kita (umat Islam) kepada Allah SWT tentang apa yang harus kita lakukan sebagai indikasi sebuah nilai ketakwaan di hadapan Allah SWT?

Tiada pilihan lain selain berjuang bersama mengembalikan Islam agar diterapkan sebagai aturan yang mengurus manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Inilah realitas takwa secara total yang akan menghadirkan kemenangan hakiki.

Kita tidak boleh berdiam diri dengan terus diatur oleh aturan sekuler kapitalis yang merusak tatanan umat. Menjadikan umat tertindas dan terzalimi semakin lama. Harusnya aturan semacam ini harus segera dicampakkan dan dibuang, dirombak dan diganti secara menyeluruh dengan aturan yang lebih komprehensif dan sistem yang mewujudkan keadilan, yaitu aturan dan sistem dari Sang Pencipta, Allah SWT.

Pengganti yang tepat dari sistem buruk kapitalisme ini tidak lain adalah sistem yang mampu mengakomodir kepentingam manusia secara menyeluruh sebagai rahmatan lil alamin.

Jika kita mengaku merasakan kemenangan pada Hari Raya Idul Fitri ini, padahal sejatinya takwa kita bukan takwa secara total, padahal kita masih terhimpit dengan aturan sekuler kapitalis buatan manusia, maka sesungghnya kita masih terjajah.

Kita masih belum merasakan kemenangan hakiki. Maka, wahai saudaraku umat Islam, teruslah berjuang sampai Islam benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.

Dari sanalah, kemenangan hakiki akan diraih. Jangan merasa puas dan tenang hanya dengan ibadah sholat yang masih bisa dilakukan saat ini, tetapi tidak pernah khawatir dengan kehidupan umat Islam di masa mendatang. Teruslah berjuang wahai umat Muhammad, sampai kemenangan itu datang.[]

*Mahasiswi

Comment