Mempertegas Makna Hari Perempuan Internasional

Opini665 Views

 

Oleh : Irmayanti, S. Pd*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Hal ini untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan.

Adapun tema yang diusung dalam perayaan hari perempuan internasional pada tahun 2021 adalah ‘Choose to Challenge’ atau ‘Memilih untuk Menantang’. Tema tersebut bermakna sebagai seruan kepada semua pihak untuk menantang dan menyerukan tentang bias dan ketidaksetaraan gender.

Pertanyaannya, apakah dengan kesetaraan gender maka semua masalah perempuan bisa diatasi?

Paham kesetaraan gender memandang bahwa semua persoalan yang menimpa perempuan disebabkan karena terbatasnya ruang bagi perempuan untuk beraktivitas, tidak seperti laki-laki.

Oleh karena itu, isu kesetaraan gender terus mendorong para wanita agar mendapatkan posisi yang sama dengan pria dalam berbagai bidang kehidupan. Terutama politik dan ekonomi.

Semua peran dan jabatan yang dilakoni oleh pria, dipaksakan agar perempuan juga terlibat di dalamnya.

Perempuan dianggap maju dan sukses, jika berpenghasilan. Tingginya jumlah wanita yang bekerja diklaim sebagai prestasi. Banyak perempuan yang tergiur, mereka berlomba-lomba berkarier dan beraktivitas di luar rumah, serta tidak mau dibatasi.

Padahal, ambisi dalam mengejar materi, justru semakin menyiksa kaum wanita. Lihat saja bagaimana wanita menjadi objek eksploitasi.

Mereka rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang. Seperti, menjadi model yang mengumbar aurat, bintang iklan untuk melariskan barang dagangan, menjadi penyanyi yang berlenggak-lenggok di panggung, bahkan menjual diri demi meningkatkan taraf ekonomi. Maka, persoalan utama wanita adalah bagaimana menjaga kehormatan mereka.

Perempuan memiliki peran penting sebagai Ibu dan pendidik generasi. Tentu peran ini tidak bisa digantikan oleh laki-laki. Karena, secara karakteristik laki-laki dan perempuan memang berbeda. Menuntut kesamaan keduanya, maka akan melanggar fitrah laki-laki dan perempuan.

Oleh karena itu, sejatinya yang harus diperjuangkan adalah mengembalikan posisi wanita sebagai makhluk yang mulia. Bukan sekedar sibuk menghitung dan meningkatkan angka bekerja wanita secara kuantitatif.

Perempuan dalam Pandangan Kapitalis
Dunia hari ini memang sedang dipimpin oleh ideologi kapitalisme. Tak heran, jika materi dijadikan orientasi utama dalam kehidupan.

Semua hal yang bisa mendatangkan materi, dipandang sebagai peluang bisnis termasuk keberadaan perempuan. Jumlah perempuan yang banyak dimanfaatkan untuk berkonstribusi aktif dalam menopang perekonomian, atau yang biasa dikenal dengan pemberdayaan ekonomi perempuan.

Baik dalam bentuk eksploitasi, maupun menjadi target empuk pangsa pasar. Semakin banyak perempuan bekerja, maka produk akan semakin laku di pasaran.

Para kapitalis menjadikan isu kesetaraan gender untuk membius, agar wanita rajin bekerja. Akhirnya, para wanita sibuk bekerja dan melupakan urusan rumah tangganya. Katahanan keluarga pun terancam, dan anak-anak tidak terurus.

Sistem kapitalisme juga menganut kebebasan kepemilikan, yang membuka jalan hegemoni asing atas kekayaan alam negeri. Maka, akar penyebab kemiskinan dan kesenjangan yang menimpa dunia termasuk para wanita merupakan akibat penerapan sistem kapitalisme.

Kedudukan Wanita dalam Islam.

Dalam pandangan islam, kedudukan laki-laki dan perempuan sama. Masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Islam menetapkan laki-laki sebagai pemimpin wanita dan kewajiban mencari nafkah berada di pundak laki-laki.

Sementara, peran wanita sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dengan demikian akan terbentuk harmonisasi dalam keluarga, sehingga lahirlah generasi unggul.

Betapa Islam memberikan posisi yang istimewa kepada wanita, dengan memberikan peran penting dalam dua ranah yaitu ranah domestik dan ranah publik.

Artinya, Islam tidak melarang wanita beraktivitas politik atau bekerja, namun Islam memberikan pengaturan. Bahkan, Islam mewajibkan mengemban dakwah baik kepada laki-laki maupun perempuan.

Islam sangat memuliakan para wanita, dengan menjadikan wanita sebagai kehormatan yang wajib dijaga. Islam menetapkan seperangkat aturan khusus untuk wanita.

Di antaranya, mewajibkan para wanita menutup aurat, larangan tabarruj, khalwat, keluar rumah tanpa izin suami serta larangan melakukan perjalanan safar tanpa disertai mahram.

Semua ini dalam rangka menjaga kehormatan wanita. Dengan demikian, wanita akan mendapatkan perlindungan dan rasa aman.

Negara Islam akan menerapkan politik ekonomi islam, yang akan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok semua rakyat. Negara bertanggung jawab menyediakan lapangan pekerjaan untuk para laki-laki, sehingga memudahkan mereka menafkahi keluarga.

Maka, perempuan tidak harus bekerja. Tapi, bekerja hanya menjadi pilihan bagi mereka.

Sayangnya, penjagaan kehormatan dan kemuliaan perempuan hanya bisa dicapai Ketika islam diterapkan secara kaffah. Wallahu a’lam bisshowab.[]

*Praktisi Pendidikan

_____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang.

Comment