Meski Tidak Sedarah, Rohingya Adalah Saudara

Opini84 Views

 

Penulis: Yusriani Rini Lapeo, S.Pd | Anggota Muslimah Media Jakarta dan Pemerhati Sosial

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Dari Abu Musa RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagai sebuah bangunan yang sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain.” (HR Bukhari).

Beberapa hari yang lalu terjadi pengusiran secara brutal dan membabi buta kepada kaum muslim Rohingya di Aceh. Aksi pengusiran dilakukan oleh sejumlah mahasiswa yang mendatangi tempat pengungsian imigran Rohingya di Balai Meuseuraya Aceh (BMA).

Tindakan yang dilakukan sejumlah mahasiswa tersebut, membuat para wanita dan anak-anak pengungsi ketakutan hingga histeris memohon belas kasih kepada para pendemo. Meski aparat sebelumnya mencegah, namun akhirnya mengijinkan para mahasiswa mengusir paksa para pengungsi Rohingya.

Hal demikian akhirnya menuai kritik dan kecaman dari sejumlah pihak yang menyayangkan aksi brutal tersebut.

Banyak yang menjadi pemicu terjadinya pengusiran terhadap para pengungsi. Ada juga hoax yang berseliweran di media sosial seperti tudingan bahwa mereka tidak dapat membaca Al-qur’an, ingin merebut tanah air seperti layaknya Israel di palestina, dll. Bagaimanapun tudingan tersebut harus dibuktikan sesuai fakta dan data.

Indonesia terkenal dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Keragaman etnis dan budaya menjadi salah satu ciri utama Indonesia, dengan lebih dari 300 suku dan berbagai bahasa daerah, keberagaman ini menciptakan mozaik budaya yang unik.

Namun kemudian apakah hanya berdasarkan hoax kita akan merusak citra Indonesia itu sendiri? Mengapa kita bisa menerima agama Yahudi masuk ke Indonesia dengan mudah, namun saudara seiman kita seperti Rohingya kita tolak?

Sekat nasionalisme telah membutakan hati dan mata kita untuk melindungi dan menolong mereka. Candu semacam ini harus dihapuskan agar tidak menjadi racun dalam jiwa kita.

Sekat nasionalisme ini juga telah membuat pemimpin negeri muslim diam tak berkutik. Sebagai contoh di Palestina, para pemimpin negeri-negeri Muslim tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya mengecam tanpa menolong dengan kekuatan militernya.

Pun kita tidak harus menjadi muslim untuk menolong Rohingya yang terusir saat ini, hanya cukup menjadi manusia untuk menyelamatkan mereka dari ketidak adilan yang mereka alami. Mereka adalah manusia yang berhak untuk hidup tanpa intimidasi atau tekanan dari siapapun.

Kewajiban kita adalah menolong tanpa harus mengintimidasi. Pemerintah harus mampu membuat aturan yang dapat mengikat para pengungsi untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan seperti hoax yang telah beredar atas mereka. Selain itu Rohingya adalah saudara kita meski tidak sedarah.

Awal Mula Pengusiran Rohingya.

Jika ditelaah dari awal mula pengusiran etnis Rohingya ini, dipicu dari seorang pendeta Budha yang memprovokasi terjadinya penghapusan dan pembunuhan massal etnis Muslim Rohingya di Myanmar pada 2014 silam, yang akhirnya dibantu oleh oknum hingga badan militer Myanmar.

Mereka dianggap sebagai pendatang yang harus dibersihkan dari negara tersebut. Padahal berdasarkan fakta, Rohingya ini sudah berada di Myanmar selama ratusan tahun lamanya.

Berdasarkan data organisasi internasional, kurang lebih dalam sebulan saat itu tercatat 6.700 orang yang meninggal dunia diantaranya adalah anak-anak sebanyak 173.

Sejak saat itu terjadilah exodus besar-besaran dan melarikan diri di sejumlah wilayah yang notabenenya berpenduduk Muslim untuk menyelamatkan nyawanya, ada yang ke Arab Saudi, Bangladesh, Pakistan, hingga masuk di Indonesia.

Islam Memandang

Islam adalah agama yang damai. Bahkan diwajibkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan antara sesama Muslim. Bahkan nonmuslim sekalipun kita wajib menolong mereka manakala mereka membutuhkan pertolongan kita.

Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah) jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram) jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda) dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitul Haram sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya!) Apabila kamu telah bertahallul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencianmu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”

Pun Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menghilangkan satu kesulitan dari seorang mukmin ketika di dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi keburukan seorang muslim, Allah akan menutupi keburukannya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim).

Kedua dalil diatas adalah dalil yang cukup familiar di kalangan kaum Muslimin dalam hal tolong menolong.

Adapun menyoal datangnya Muslim Rohingya di Indonesia dan berbagai wilayah Muslim, ini juga kemudian pernah disampaikan oleh Rasulullah untuk tidak mendiami tempat tersebut apabila tengah mengancam nyawa kaum Muslimin.

Sebagaimana kisah hijrah Rasulullah SAW ke Madinah yang diperintahkan oleh Allah langsung. Beliau melakukan hijrah atas dasar dakwah dan keselamatan nyawa kaum muslimin saat itu, yang mana sedang mengalami tekanan dan ancaman nyawa dari kaum Quraisy yang memusuhi beliau.

Dari sini kemudian maka patutlah bagi suatu kaum berhijrah dalam hal menyelamatkan diri dari ancaman yang membahayakan nyawa mereka manakala untuk mencari perlindungan yang aman.

Sejak keruntuhan Daulah Islam pada 3 Maret 1924 telah membuat kaum Muslim seluruh dunia terpecah belah dan tercerai berai, negeri Islam yang dulunya aman di bawah kepemimpinan Khalifah yang berlandaskan aqidah Islam kini telah hancur dan tidak lagi kokoh sebagaimana Islam di zaman Rasulullah SAW dan para Khalifah Al Rasyidin.

Kaum muslimin hanya akan bersatu jika telah sampai kepada aturan, pemikiran, dan perasaan yang sama. Islam tidak saja sebagai benteng namun ia juga berfungsi sebagai pengontrol segala aktivitas dan penyelewengan hukum syarah, termasuk untuk menjaga para pemimpin negeri muslim agar tidak lalai terhadap tanggung jawabnya mengurusi urusan umat. Wallahu ‘alam bishowab.[]

Comment