Mulyaningsih, S. Pt: Data Tidak Akurat Bansos Tidak Tepat Sasaran

Opini446 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Jagad dunia maya diramaikan oleh komentar protes dari berbagai pihak terkait dengan dan rumitnya masyarakat dalam mengakses bantuan yang gulirkan oleh penguasa pada kasus penanganan pandemi ini.

Masyarakat menilai bahwa data yang disajikan sangat tidak adil karena kegandaannya. Belum lagi sasaran penerima bantuan itu ternyata banyak yang salah. Hanya orang-orang yang berada di lingkungan penguasa saja yang berhak untuk mendapatkannya.

Misalnya saja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Jhonny Simanjuntak, yang terdata sebagai salah satu penerima bansos. Karena hal ini, Pemprov DKI Jakarta dianggap asal dalam menyalurkan bansos.

Tak hanya di Jakarta, di Jawa Timur, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Timur, Achmad Amir, menceritakan bantuan antara provinsi dan tingkat desa yang tumpang tindih.

Lalu, masyarakat yang berada di rumah hanya mendapat masker dan sembako. Tapi, mereka yang keluyuran malah dapat bantuan lebih. (vivanews.com, 24/04/2020)

Kemudian video Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sulawesi Utara, Sehan Salim Landjar viral di media sosial. Sehan Landjar geram karena mekanisme pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah pusat dianggap sulit.

“BLT-nya kapan? Masih mau buka-buka rekeninglah, inilah, kriteria macam-macam. Negeri sudah mau bangkrut menteri-menteri masih pada ngeyel semua,” kata Sehan dalam video berdurasi 2.20 menit tersebut.

Sehan membenarkan video tersebut. Dikatakannya mekanisme pemberian BLT tersebut terbilang menyulitkan warga. Warga, menurutnya, tak bisa harus menunggu lama untuk mendapatkan bantuan itu.(m.detik.com, 26/04/2020)

Begitulah fakta yang terjadi saat ini, rakyat kembali sulit untuk mendapatkan haknya sebagai orang yang dipimpin. Lantas kemudian mengapa harus rakyat yang selalu menjadi korbannya?

Melihat situasi tersebut, akhirnya banyak protes yang terlontar. Mulai protes dari pihak RT atau RW hingga kepala desa. Begitu pula dengan Bupati Boltim yang tersaji di atas. Beliau sangat kesal dan marah terhadap para menteri, bahkan sampai mengumpat. Itulah sebenarnya perasaan rakyat di berbagai daerah.

Akan jauh berbeda ketika Islam bisa diterapkan dalam kehidupan manusia. Sistem yang diterapkan adalah syariat Islam. Dalam hal ini penguasanya berlandaskan pada Islam. Menjadikan amanah sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan karena itu adalah bagian dari konsekuensi keimanannya.

Sehingga segala tindak tanduknya tak akan pernah bertentangan dengan Islam, berikut juga dengan kebijakan-kebijakan yang digulirkan kepada rakyatnya.

Di masa pandemi seperti sekarang ini, seharusnya rakyat benar-benar mendapatkan haknya dengan baik. Pemberian bantuan sudah selayaknya diberikan oleh penguasa terhadap rakyatnya.

Mengingat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan maka rakyat menjadi sulit untuk mengakses segala hal. Ketika ada bantuan pun rakyat kembali harus bersusah payah demi mendapatkannya.

Rakyat menempuh mekanisme administrasi yang ribet dan berbelit. Sistem administrasi yang panjang ditambah lagi gandanya data membuat sebagian besar rakyat akhirnya tak mendapatkan haknya dengan baik.

Itulah watak yang nampak pada sistem sekarang, tak mau dengan sepenuh hati memperhatikan masalah rakyatnya.

Dalam sejarah penerapan Islam pernah merasakan hal yang sama. Merasakan pandemi di saat kepemimpinan Khalifah Umar ra. Sebagaimana diceritakan dalam buku The Great Leader of Umar bin Khattab, diceritakan bahwa Khalifah Umar ra. langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan.

Namun, ketika melihat kondisi keuangan Baitul Mal tidak mencukupi maka beliau segera mengirim surat untuk meminta bantuan kepada para gubernur yang berada di wilayah atau daerah bagian ke Khilafahan Islam yang kaya dan mampu memberi bantuan. Berbagai kiriman bantuan pun akhirnya datang dari berbagai penjuru wilayah Khilafah, seperti Mesir, Syam, Irak, dan Persia.

Salah satunya dari Gubernur Mesir, Amru bin al-Ash mengirim seribu unta yang membawa tepung melalui jalan darat dan mengirim dua puluh perahu yang membawa tepung dan minyak melalui jalur laut serta mengirim lima ribu pakaian kepada Khalifah Umar.

Sikap tersebut sebagai bukti kesigapan pemimpin kaum Muslim dalam menyelesaikan krisis. Ketika mendapati pemerintah pusat sudah tidak mampu lagi menutupi semua kebutuhan dalam rangka menyelesaikan krisis maka yang dilakukan adalah saling membantu. Pusat akan memobilisasi wilayah ke Khilafah Islam yang kaya dan mampu untuk membantu dalam hal penyelesaian krisis tersebut. (al-waie.id, 26/12/2018)

Namun, hal yang begitu sulit untuk melakukan hal tersebut. Karena pada faktanya negeri-negeri Muslim saat ini terpisah oleh masalah teritorial belaka. Kita tersibukkan oleh perbatasan wilayah yang membuat jarak pemisah nyata diantara kaum Muslim.

Ditambah lagi dengan sistem yang diterapkan sekarang adalah kapitalis berbalut sekuler akhirnya membuat masalah-masalah yang ada menjadi lebih sukar untuk diselesaikan. Sistem sekarang tentunya tidak benar-benar untuk meriayah orang-orang yang dipimpinnya, ditambah lagi kepentingan rakyat di bawah kepentingan para kapitalis (Borjuis).

Sangat berbeda dengan pengaturan sistem Islam yang senantiasa memprioritaskan keselamatan rakyat. Hal ini tergambar dari hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, ia berkata pada suatu malam di waktu sahur saya mendengar ia (Khalifah Umar) berdoa “Ya Allah, janganlah Kau binasakan Umat Muhammad saat aku menjadi pemimpin mereka”.

Kemudian hadist Nabi saw. berbunyi:

“Dan barangsiapa memimpin mereka dalam suatu urusan lalu menyulitkan mereka maka semoga bahlatullah atasnya. Maka para sahabat bertanya, ya Rasul Allah, apa bahlatullah itu? Beliau menjawab: Laknat Allah’. (HR Abu ‘Awanah)

Pemimpin dalam Islam sangat sadar akan amanah yang ada di pundaknya dan bahwasanya segala kebijakan yang diambil akan ia pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.

Pemimpin seperti Khalifah Umar ra. hanya dapat diperoleh dalam sistem yang bersandar pada ketaatan pada Allah bukannyang lain. Merindu akan masa-masa tersebut, semoga akan segera terwujud. Wallahu a’lam bi ash shawab. [ ]

Comment