Nafisah Asma Mumtazah*: Buah Simalakama Rakyat Jelata, Maju Kena Mundur Kena

Opini570 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Corona ? Siapa yang tak mengenalnya, mahkluk kecil yang tak kasat mata namun keberadaannya mampu mempora-porandakan dunia membuat manusia bertekuk lutut tak berdaya mengikuti aturannya. Ia mampu menundukan kesombongan manusia yang melenggang dikepala.

Kian hari keberadaannya di alam semesta semakin merajalela. Korban semakin hari menaiki tangga grafik perhitungan dari yang terpapar positif hingga yang meregang nyawa. Meskipun tak bisa dipungkiri bahwa kasus pasien yang bebas juga menunjukan perubahan yang signifikan di kehidupan nyata.

Data terakhir Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 menyatakan kasus terkonfirmasi positif corona telah mencapai angka 11.587 pasien, yang sembuh mencapai 1.954 pasien, dan yang meninggal dunia mencapai 864 pasien, dilansir dari jogja.tribunnews.com. ( 05/05/2020).

Berbagai upaya telah dilakukan penguasa negeri untuk memutus rantai penyebaran corona Salah satunya adalah Stayhome. Kebijakan Stayhome berarti meminta masyarakat tetap dirumah saja menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta. Tak boleh keluar tanpa kebutuhan mendesak dan segera. Tak boleh menghadiri tempat keramaian dan tempat yang terindikasi corona.

Jika tetap dirumah dan tak boleh menghadiri tempat keramaian manusia, lantas bagaimana masyarakat kelas bawah untuk mendapatkan sesuap nasi dan mereguk setetes air untuk melepaskan dahaga karena seharian berpuasa? Apakah mereka harus belajar berpuasa penuh tanpa sahur dan berbuka ?

Coba pikirkan dan bayangkan dalam benak kita ! Bagaimana nasib pedagang kaki lima, pekerja serabutan, ojol, yang menjadiakan penghasilan harian sebagai penghasilan utama, jika mereka tetap di rumah mengikuti anjuran penguasa. Tak bekerja demi menjaga diri agar terbebas corona, lantas apa yang mereka bisa mereka berikan untuk anak dan keluarga tercinta ?

Mereka bukan Aparatur Sipil Negara ( ASN ) yang memiliki gaji tetap dan tabungan istimewa yang bisa menjamin keselamatan hidup selama Stayhome. Mereka hanya rakyat biasa yang membanting tulang memeras keringat demi mencari selembar rupiah bukan untuk menumpuk emas dan permata tapi hanya untuk pelepas lapar dan dahaga untuk keluarga tercinta.

Masyarakat kelas bawah bagaikan buah simalakama maju kena mama mundur kena papa. Sedangkan tetap berdiri dizona aman memang terlihat terjaga namun sejatinya mama dan papa mati bersama tak ada yang merasa aman jika dikapit oleh buah simalakama.

Sudah nasib badan rakyat yang hidup didalam sistem sekuler kapitalis mereka harus berjuang sendiri menghadapi ganasnya serangan corona tanpa hadirnya negara ditengah-tengah mereka. Solusi yang diberikan tak pernah tuntas hanya tambal sulam dan membuat keadaan semakin panas. Beginilah jika sistem kapitalis yang dianut tidak pernah memberi kemaslahatan kepada rakyatnya yang ada hanya membawa kesengsaraan.

Seharusnya rintihan dan tangisan rakyat negeri bisa dituangkan dalam aspirasi nyata bisa kerja, kerja, dan kerja. Sesuai dengan slogan yang terus menerus digemakan hingga ke angkasa. Kerja untuk kebaikan negeri ini hingga kedepannya mejadi negeri penebar rahmat bagi seluruh alam semesta. Dengan menerapkan Islam dalam sebuah negara. Sebagai aturan hidup dalam dunia nyata.

Karena didalam Sistem Islam penanganan wabah akan koprehensif. Daerah yang terkena wabah akan diisolasi. Orang yang sakit akan segera dipisahkan dan diobati. Lalu diupayakan berbagai riset demi menemukan obat atau vaksinnya untuk pengobatan.

Orang yang keluar masuk ke daerah tersebut akan ditolak. Wilayah dikuncidan semua rakyat di daerah yang diisolasi akan mendapatkan seluruh kebutuhan dasarnya dari negara. Sampai wabah itu diangkat Allah Swt.

Tak ada rakyat yang terabaikan dalam negara Islam semua diminta tinggal diwilayah tersebut. Para pekerja tak bekerja, para pedagang tak boleh buka untuk berjualan selama wabah melanda dan seluruh kebutuhan hidup mereka akan disuplai oleh negara.

Indahnya hidup dalam aturan Islam semua disandarkan pada hukum syara’, yang lahir dari Sang Pengatur alam jagad raya, hidup selalu diselimuti kemulyaan dan kebahagiaan

Wallahu A’lam

*Penulis tinggal di Gresik, Jawa Timur

Comment