Nelliya Azzahra*: Buka Donasi Hadapi Bencana Corona, Solusikah?

Opini513 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Di tengah wabah virus corona (Covid-19) saat ini, semua elemen masyarakat saling menguatkan. Tidak menampik adanya rasa panik dan khawatir yang mereka rasakan.

Apalagi, dari hari ke hari, jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat signifikan.

Pandemi virus corona ini sudah dinyatakan juga sebagai bencana nasional, yang membuat pemerintah harus menyiapkan anggaran untuk pencegahan dan penanggulangan percepatan penyebaran virus corona. Namun demikian, pemerintah malah membuka rekening donasi bagi masyarakat yang ingin menyumbang atau berkontribusi untuk penanganan virus corona. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

Seperti dikutip merdeka.com (25/3/2020) Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan membuka account khusus di BNPB bagi masyarakat, dunia usaha yang ingin menyumbangkan. Ini akan diumumkan oleh Ditjen Perbendaharaan sebagai account masyarakat yang ingin membantu dan langsung dikelola BNPB.

Langkah yang diambil pemerintah ini kurang populis dan tidak proporsional mengingat kondisi masyarakat yang juga terkena imbas corona.

Maka mengingat kondisi ini, dari segi ekonomi, sejatinya masyarakat justeru mendapat bantuan dari pemerintah, bukan sebaliknya. Kalau benar demikian adanya, lalu di mana peran pemerintah?

Ekonom Pengurus Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), menilai wabah ini menjadi bencana ekonomi politik.

Lewat keterangannya, Ketua Dewan Pengurus LP3ES Didik J. Rachbini dan Peneliti LP3ES Fachru Nofrian, mengatakan instrumen APBN sangat penting dalam menangani dampak virus ini. Pemerintah diminta tidak main-main dalam penggunaan APBN.

Dalam laman detikfinance (29’3/2020), kedua ekonom ini mengatakan bhawa kebijakan anggaran yang ragu dan maju mundur mengalokasikan dana Rp19 triliun rupiah pada awalnya, beberapa hari kemudian lalu naik Rp27 triliun rupiah, dan kemudian naik lagi Rp60 triliun adalah kebijakan yang lemah, mencla-mencle, pertanda pemerintahan tidak memiliki kepemimpinan yang kuat kalau berkaca pada luasnya masalah yang dihadapi rakyat Indonesia.

Sudah menjadi tugas negara untuk mengurusi rakyatnya. Apalagi di tengah bencana dan keadaan darurat seperti sekarang. Anggaran yang harusnya dialokasikan tidak perlu ditahan lagi. Hitung-hitungan terhadap anggaran bagi masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah semakin menunjukkan lemahnya sistem dan kordinasi yanh lemah.

Tindakan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang kini merasakan dampak dari bencana wabah virus corona seperti PHK dan buruh lepas yang tidak bisa akibat social distancing dan lain sebagainya.

Islam mencontohkan bagaimana mengambil tindakan yang cepat, tepat dan komprehensif dalam menanggulangi bencana dan krisis ekonomi yang terjadi pada masa kepemimpinan Umar bin Khaththab.

Umar sebagai khalifah (pemimpin) mengerahkan seluruh struktur, perangkat negara dan semua potensi yang ada untuk segera membantu masyarakat yang terdampak.

Umar hanya meminta bantuan ke wilayah atau daerah bagian Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu memberi bantuan tanpa membebani rakyat.

Khalifah Umar segera mengirim surat kepada para gubernurnya di berbagai daerah kaya untuk meminta bantuan.
Kepada Gubernur Amru bin al-Ash di Mesir, kemudian Gubernur di Syam. Bantuan kemudian langsung dikirimkan.

Pemerintah pusat langsung memobilisasi daerah-daerah wilayah Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu untuk membantu menyelesaikan krisis tersebut.

Khalifah Umar langsung mengirim surat dan utusan langsung untuk mengurusi hal ini, agar bantuan segera terkondisikan dan disiapkan.

Dalam buku The Great leader of Umar bin Khaththab, Kisah Kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah Kedua, diceritakan bahwa Khalifah Umar ra. langsung memerintahkan membuat posko-posko bantuan.

Diriwayatkan dari Aslam: Pada tahun kelabu (masa krisis), bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar ra. menugaskan beberapa orang (jajarannya) untuk menangani mereka. Suatu malam, saya mendengar beliau berkata, “Hitunglah jumlah orang yang makan malam bersama kita.”

Orang-orang yang ditugaskan pun menghitung orang-orang yang datang. (Ternyata) berjumlah tujuh puluh ribu orang. Jumlah orang-orang sakit dan yang memerlukan bantuan  sebanyak empat ribu orang.

Selang beberapa hari, jumlah orang yang  datang dan yang memerlukan bantuan mencapai enam puluh ribu orang. Tidak berapa lama kemudian, Allah mengirim awan.

Saat hujan turun, saya melihat Khalifah Umar ra. menugaskan orang-orang untuk mengantarkan mereka ke perkampungan dan memberi mereka makanan dan pakaian ke perkampungan.

Banyak terjadi kematian di tengah-tengah mereka. Saya melihat sepertiga mereka mati. Tungku-tungku Umar sudah dinyalakan para pekerja sejak sebelum subuh. Mereka menumbuk dan membuat bubur.

Kerja berat dilakukan dan dilalui oleh Khalifah Umar ra. sebagai bentuk tanggung jawabnya melayani urusan rakyatnya.

Beginilah sosok pemimpin yang seharusnya. Bertanggung jawab penuh serta mengurusi rakyat langsung dengan tindakan yang tepat dan cepat. Tidak berlepas tangan membiarkan rakyatnya seperti anak ayam kehilangan induk. Panik, khawatir dan gelisah di tengah keadaan darurat dan bencana.

Sistem Islam merupakan sistem yang terbaik sepanjang sejarah yang ada. Sudah saatnya kita mengadopsi ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin secara kaffah. Allah Swt. berfirman:

«وَ ما اَرْسَلْناکَ اِلاَّ رَحْمَهً لِلْعالَمِینَ»

“Dan tiadalah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya [21]: 107. Wallahu a’lam bishshawab.[]

*Novelis

Comment