Nita Nur Elipah*: New Normal Life, Solusi atau Ilusi?

Opini488 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Pemberlakuan new normal atau kenormalan baru selama pandemi virus corona yang direncanakan pemerintah dinilai belum tepat. Sebab Indonesia masih belum aman dari penyebaran Covid-19.

Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr. Iwan Ariawan menyampaikan, dengan jumlah kasus yang masih terbilang tinggi maka penerapan new normal beresiko tinggi terhadap makin masifnya penyebaran virus corona.

Hal tersebut dikatakan Iwan dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Para Syndicate, Ahad (21/6).

Selain itu, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dr. Panji Fortuna Hadisoemarto juga menilai pemerintah seharusnya fokus pada menekan angka kasus virus corona dahulu ketimbang berpikir melonggarkan aturan demi ekonomi.

Para ahli berpandangan bahwa tingginya angka kasus baru corona di berbagai daerah karena pelonggaran PSBB di tengah kondisi ketidaksiapan masyarakat. Alangkah baiknya jika program new normal life ini dicabut oleh pemerintah.

Namun, pihak pemerintah beralasan karena faktor tes masif dan pelacakan agresif yang dilakukan oleh pemerintah. Sebenarnya, ini adalah tanggung jawab negara untuk melakukan tes dan pelacakan agar memastikan individu terinfeksi tidak menularkan ke yang sehat. Juga merupakan kewajiban negara mencari jalan keluar jitu bagi pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak pembatasan selama masa karantina.

Semestinya kelesuan ekonomi yang dialami pelaku ekonomi raksasa/kapitalis tidak menjadi faktor pertimbangan utama dan pendorong pemerintah memberlakukan new normal dengan risiko mengorbankan keselamatan jiwa masyarakat luas.

Namun inilah fakta dalam sistem kapitalisme yang diadopsi oleh negeri ini, di mana kepentingan ekonomi lebih diutamakan dibanding keselamatan rakyatnya.

Namun berbeda dengan sistem Islam, di mana pemimpinnya berperan sebagai raa’in (pengurus) bagi rakyatnya.

Seperti dalam sabda Rasulullah saw yang artinya: “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Negara akan memastikan rakyatnya aman dan terhindar dari virus dan tidak terjadi penyebaran yang akan meluas karena negara memisahkan yang sakit dengan yang sehat.

Dengan menjamin semua kebutuhan pokok baik yang sakit maupun yang sehat, sehingga rakyat tidak khawatir dengan keperluan dan kebutuhan mereka, termasuk di tengah pandemi sekalipun. Jadi, negara benar-benar melaksanakan tanggung jawabnya dengan memaksimalkan penanganan wabah dan tetap mensejahterakan rakyatnya.

Semua ini hanya bisa terwujud ketika aturan islam kembali diterapkan secara kaffah, maka new normal life yang sebenarnya akan dirasakan oleh masyarakat, bukan new normal life ilusi seperti saat ini.  Wallahu’alam.[]

Comment