Perempuan Berdaya di Ranah Rawan Bahaya, Kesuksesan Program Gender?

Opini564 Views

 

Oleh : Putri Jasmine, Konsultan Masalah Remaja

_________

Kesetaraan gender menjadi Salah satu isu yang diangkat dalam Konferensi Asosiasi Polwan Internasional yang diselenggarakan di Labuan Bajo denganĀ  980 peserta dari 39 negara.

Dilansir dari CNN Indonesia, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan Polri terus memperjuangkan kesetaraan gender di Indonesia termasuk karier Polwan di Korps Bhayangkara dan menerangkan sejumlah Polwan berpangkat perwira tinggi dan menempati jabatan operasional berisiko tinggi di Polri.
Tema utama yang diangkat dalam konferensi adalah “Woman at the center stage of policing“.

Adapun subtema yang menjadi topik pembahasan mencakup Woman, peace, and security ; Police woman and their policing ; Science, technology, and policing ; lalu Current issues on transnational crimes.

Konferensi Polwan ini mengekspos “Keberhasilan” Indonesia mendudukkan Polwan dalam target kesetaraan gender, yang salah satunya diukur dari pencapaian posisi tinggi seorang polwan (perempuan) dalam hierarki Polri.

Inilah pembangunan berbasis kesetaraan gender yang selalu digaungkan sistem kapitalis liberal saat ini yang memandang perempuan sebatas objek dan merampas hak-haknya dari masa ke masa. Kesetaraan Gender dijadikan tools untuk membebaskan perempuan dari segala kenestapaan yang menimpa dan meminta hak yang sama dengan laki-laki dalam segala bidang kehidupan, termasuk ranah politik praktis hingga institusi penjaga keamanan yang menempatkan mereka pada posisi tinggi. Hal ini tampak baik dan maju namun di sisi lain justru menempatkan para perempuan di tempat yang berbahaya dan beresiko tinggi.

Berbanding terbalik dalam sistem Islam yang memiliki seperangkat aturan khas terkait penjagaan pada kaum perempuan. Islam telah memprioritaskan pemeliharaan terhadap perempuan sejak lahir melalui kedua orang-tuanya.

Saat perempuan telah menikah, suaminya wajib memperlakukannya dengan baik. Kaum laki-laki diposisikan sebagai pemimpin (qawwam) atas kaum perempuan dan tidaklah bermakna superioritas laki-laki atas perempuan. Dalam masalah pemenuhan kebutuhan ekonomi, Islam telah menjadikan tanggung jawab untuk mencari nafkah pada laki-laki dan tidak wajib bagi perempuan.

Syariah ini lagi-lagi bukanlah untuk memarginalkan kaum perempuan dari sisi ekonomi. Sebaliknya, Islam melindungi perempuan dan tidak dibiarkan berjibaku mencari tambahan pemasukan hingga mengabaikan fungsi utama mereka sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.

Sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini adalah penyebab utam problem dalam bidang ekonomi dan kemiskinan bukan karena marginalisasi pekerja perempuan oleh pekerja laki-laki.

Saat ini problem ekonomi dirasakan secara merata baik laki-laki maupun perempuan. Tentang Para pemodal yang berkuasa di dunia, bukan tentang laki-laki lebih berperan di dunia kerja daripada perempuan. Lebih parah, saat ini perempuan juga mengalami eksploitasi. Perempuan dijadikan komoditas yang layak untuk dibisniskan, dijadikan sebagai daya tarik dalam dunia bisnis dan transaksi ekonomi.

Sementara Islam mengharamkan segala bentuk eksploitasi perempuan hingga memerangi pandangan yang merendahkan kaum perempuan.

Penting bagi kita menganalisis akar masalah perempuan hingga tak terjebak dalam perjuangan yang salah. Sesungguhnya, kebutuhan kaum perempuan terhadap sistem Islam adalah sesuatu yang urgen.

Tak ada satu pun sistem di dunia saat ini yang mampu mewujudkan kemuliaan sekaligus menjaga kehormatan perempuan, selain Islam. Wallahua’lam Bisshawwab.[]

Comment