Perempuan Hanya Mulia Dalam Pangkuan Syariah

Opini491 Views

 

 

 

Oleh : Irohima*

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Tenaga kerja perempuan di Indonesia masih mengalami berbagai permasalahan yang tak kunjung usai. Berbagai kasus mulai dari diskriminasi hingga pelecehan seksual kerap menimpa para pekerja perempuan. Politik Elektoral di negeri ini belum bisa menyelesaikan berbagai masalah perempuan. Diskriminasi terhadap buruh perempuan terjadi hampir di seluruh industri.

Seperti yang terjadi pada Elitha Tri Novianty, 25 tahun yang bekerja sebagai buruh di salah satu perusahaan di negeri ini.

Permohonan pemindahan divisi kerja yang diajukan Elitha dikarenakan kondisi penyakit endometriosisnya yang kerap kambuh jika melakukan pekerjaan kasar seperti mengangkat beban yang berat justru tidak diindahkan perusahaan malah terancam diberhentikan secara sepihak.

Elitha adalah satu dari sekian banyak buruh wanita di Indonesia yang hak-haknya terabaikan oleh perusahaan. Menurut Sarinah, Jubir Federasi Serikat Buruh Demokratik Kerakyatan , yang mewakili serikat buruh menyatakan bahwa sudah sejak 2019 hingga sekarang terdapat 15 kasus keguguran dan 6 kasus bayi lahir tak bernyawa yang dialami buruh perempuan.

Perempuan dalam sistem kapitalisme, dari dulu sampai sekarang selalu dieksploitasi dengan dalih pemberdayaan atau isu kesetaraan, ditambah dengan problem ekonomi yang hampir menjadi masalah setiap negeri maka isu pemberdayaan ekonomi perempuan kerap dijadikan solusi bagi problematika yang menimpa perempuan hingga kini.

Kemiskinan, sulitnya lapangan pekerjaan, biaya hidup yang makin tinggi dan lain sebagainya telah memaksa sebagian besar kaum perempuan keluar dari rumah untuk bekerja dan mengambil alih peran laki-laki sebagai pencari nafkah.

Menurut data, sebanyak 7,5 juta perempuan Indonesia menjadi tulang punggung keluarga karena kemiskinan, dan lebih dari 2,5 juta menjadi TKW diluar negeri.

Padahal fakta menyatakan bahwa banyak terjadi tindakan pelecehan, eksploitasi, penindasan dan diskriminasi terhadap perempuan.

Meraih materi dan keuntungan sebesar-besarnya merupakan pandangan dan visi sistem kapitalisme. Manusia dalam sistem ini sangat dihinakan karena selalu menjadi objek bisnis dan selalu dieksploitasi. Tak perduli akan dampak negatif yang ditimbulkan, sistem kapitalisme akan terus mendorong kaum perempuan menjadi roda penggerak perekonomian.

Banyaknya perempuan yang bekerja baik karena terpaksa atau sukarela membuat peran perempuan sebagai ibu dan pengurus rumah tangga makin tergerus.

Kapitalisme telah menjerumuskan perempuan dalam dilema dan pusaran kenistaan, kehilangan harkat dan martabat serta tenaga yang diperas dan juga membuat banyak perempuan menelantarkan keluarga.

Islam memperbolehkan perempuan bekerja, namun tidak dalam kondisi perbudakan, penghinaan, dan penindasan melainkan dalam kondisi yang terjalin keamanan dan bermartabat hingga statusnya dalam masyarakat senantiasa terjaga. Inilah bentuk penjagaan dan perlindungan Islam terhadap wanita.

Desakan ekonomi yang kerap menjadi dalih perempuan bekerja juga tidak bisa menjadi pembenaran bagi wanita untuk melalaikan fungsi utamanya sebagai ibu dan pengurus rumah tangga, karena dalam Islam, kewajiban mencari nafkah akan dibebankan pada kaum pria.

Konsep Islam yang paripurna akan mengkondisikan tersedianya lapangan pekerjaan bagi para pria agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Islam bukan hanya menyediakan lapangan pekerjaan namun juga menjamin kebutuhan pokok warganya, mengatur kepemilikan dan menyediakan layanan pendidikan dan lain sebagainya.

Dalam sistem kapitalisme saat ini, perempuan yang bekerja lebih identik sebagai alat komoditi dan sebagai alat pencetak uang yang menguntungkan kapitalis.

Sistem kapitalisme akan terus mempertahankan kondisi lingkungan yang materialistik dan konsumtif dengan berbagai propaganda melalui budaya seperti menjadikan lifestyle barat sebagai rujukan, standar kecantikan barat sebagai kiblat bahkan pemikiran akan standar kebahagiaan yang selalu menjadikan materi sebagai tolok ukur.

Sehingga para perempuan berlomba mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya guna memenuhi kebutuhan serta membeli berbagai barang dan jasa yang dipropagandakan oleh para kapitalis.

Tanpa sadar perempuan dalam kapitalisme dijadikan sebagai pekerja sekaligus konsumen produk dan jasa para kapitalis.

Kecantikan dan tubuh perempuan juga kerap dieksploitasi dengan dijadikan aset iklan dan model bagi kepentingan bisnis, bahkan pekerja sekspun dianggap menyumbang pajak yang besar bagi negara.

Sangat miris, saat negara begitu membanggakan pendapatan negara yang masuk dari buruh migran perempuan dengan mengatakan bahwa hal ini akan berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi negara.

Padahal sumber pendapatan negara yang diperoleh dari sektor ini banyak ternoda oleh penganiayaan dan kekerasan terhadap perempuan.

Isu kesetaraan, sebagai salah satu pertimbangan dalam membuat kebijakan yang digencarkan sebagai upaya mengatasi persoalan perempuan nyatanya terbukti gagal total.

Malah justru menimbulkan berbagai permasalahan. Fakta bahwa kekerasan terhadap perempuan yang makin meningkat, pelecehan seksual yang makin tinggi serta diskriminasi yang makin tidak terkendali adalah bukti bahwa sistem demokrasi kapitalisme bukanlah solusi. Dalam kapitalisme, perempuan begitu dihinakan, ditindas, dan diperas.

Berbeda jauh dengan sistem Islam yang sangat memuliakan perempuan. Dalam Islam , perempuan mempunyai peran penting dalam keluarga, masyarakat bahkan negara.

Fungsi perempuan sebagai ibu dan pengurus rumah tangga adalah untuk menjaga kehormatan perempuan. Tidak diwajibkannya perempuan mencari nafkah semata mata untuk menempatkan perempuan dan laki-laki sesuai dengan fungsi dan kodratnya.

Menjalankan peran sesuai dengan fitrah tentu akan menciptakan keseimbangan dan kondisi yang sangat kondusif. Perempuan terutama ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam mencetak generasi penerus yang merupakan penentu peradaban.

Didikan ibu sangat menentukan kualitas generasi, hingga keluarnya ibu dari rumah untuk bekerja dan melalaikan tugasnya sebagai ibu akan sangat mempengaruhi perkembangan dan juga kualitas generasi yang akan datang.

Sudah selayaknya kita campakkan sistem demokrasi kaptalis yang telah membuat kita semakin mengalami krisis. Saatnya kita kembali pada fitrah kita sebagai muslim yaitu kembali pada sistem Islam kaffah yang terbukti membuat rakyat sejahtera dan sentosa. Wallahualam bis shawab.[]

*Praktisi pendidikan

____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang

Comment