Rina Devina*: Bidan Dan Literasi Kesehatan Perempuan

Opini478 Views

 

RADARINDONESIANEWS.COM,  JAKARTA – Salam sehat sobat literasi. Apa kabar hari ini? Masih tetap sehat kan? Adakah di antara sobat literasi yang berprofesi sebagai bidan?

Ya, hari ini kita memperingati Hari Bidan Nasional. Bidan adalah salah satu profesi yang penting yang ada dalam garda terdepan dalam dunia medis dan kesehatan yang hampir dapat kita jumpai dimanapun kita berada.

Bidan adalah seorang ‘pahlawan’ yang ikut berperan dalam perjuangan para ibu dan wanita untuk menjaga kesehatan selama kehamilan dan disaat melahirkan si buah hati.

Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Bidan merupakan seorang wanita yang lulus penddikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah NKRI, serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk register, tersertifikasi dan secara sah mendapat lisensi untuk membuka praktek kebidanan.

Tanggal 24 Juni ini merupakan hari berdirinya organisasi profesi bidan, yaitu Ikatan Bidan Indonesia (IBI) pada tahun 1951 di Jakarta. Selain sebagai organisasi profesi, IBI juga teraftar sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Saat ini IBI memiliki anggota sebanyak 324.515 bidan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam perjalananya IBI mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat dalam dan luar negeri.

Menurut UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tugas pokok bidan adalah sebagai tenaga kesehatan yang strategis dan terepan dalam pelayanan kesehatan kepada Ibu dan Anak, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Bidan adalah salah satu solusi dalam pemenuhan kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual perempuan yang komprehensif untuk pemenuhan hak asasi, khususnya bagi perempuan, bayi, balita dan remaja putri.

Selain peran utama diatas, bidan juga memiliki tugas lainnya seperti membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan, penyedia layanan kesehatan, pendidik, penggerak peran serta masyarakat, pemberdayaan perempuan dan pelibatan masyarakat untuk kesehatan, serta sebagai pembuat keputusan.

Menurut data dari Riskesas tahun 2018, 85% pemeriksaan kehamilan, 62,7% persalinan dan 54,6% pelayanan KB masih dilakukan oleh bidan. Peran bidan ini diperkuat dengan terbitnya UU No. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan yang memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan bidan sebagai pemberi maupun penerima layanan kebidanan.
Bidan dan Literasi Kesehatan Perempuan.

Selain berbekal UU no 36 Tahun 2014, seorang bidan dalam keadaan tertentu, yakni suatu kondisi tidak adanya Tenaga Kesehatan yang memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan serta tidak dimungkinkan untuk dirujuk ke rumah sakit, maka seorang bidan dapat memberikan pelayanan kedokteran dan atau kefarmasian di luar kewenangannya dalam batas tertentu.
Hal ini menjadi penting apalagi bila dikaitkan dengan kondisi saat ini yaitu sedang beredarnya wabah COVID-19. Bidan dapat menjadi garda terdepan dalam perawatan pasien COVID-19 yang mungkin tidak dapat terlayani di pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit yang tentunya juga mengalami peningkatan jumlah orang yang terinfeksi COVID-19.

Para bidan dapat menyediakan pengobatan dan perawatan yang berkualitas tinggi dan penuh cinta serta penghargaan kepada setiap orang dan memimpin berbagai dialog antar masyarakat dalam mengatasi krisis, ketakutan dan pertanyaan seputar COVID-19 serta dapat pula mulai mengumpulkan beberapa kasus dan data untuk keperluan studi klinis kedepannya.

Selain tugas diatas yang sedang update, tugas bidan lainnya adalah mengadvokasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, khususnya reproduksi perempuan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa masalah kesehatan reproduksi perempuan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan, seperti semakin banyaknya wanita yang memiliki atau mengidap penyakit seperti miom, kanker payudara atau kanker mulut rahim.

Bidan memiliki peran yang sangat strategis dalam menyuarakan pentingnya pengetahuan perempuan terkait kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

Sebagai garda terdepan dalam infomasi, perpustakaan dan bidan dapat tampil di masyarakat untuk terus mengedukasi dalam setiap kegiatan masyarakat seperti pada saat ada even PKK atau karang taruna, menjadi narasumber melalui virtual meeting yang diadakan oleh perpustakaan daerah, TBM atau melalui komunitas-komunitas lainnya
Berikut adalah beberapa tips dalam menjaga kesehatan organ reproduksi perempuan yang dapat dilakukan oleh bidan dan mungkin juga oleh perpustakaan di puskesmas :

1. Jaga dan bersihkan organ kewanitaan, bidan dapat melakukan edukasi dan advokasi cara membersihkan organ kewanitaan dengan penuh pendekatan karena sesama perempuan akan lebih nyambung dan nyaman dalam berkomunikasi tentang kesehatan organ reproduksinya tersebut. Bidan harus bisa mengajarkan cara membasuh sampai cara perawatan yang benar sehingga mengurangi resiko infeksi atau penyakit lainnya.

2. Konsumsi Makanan Sehat, seorang bidan harus dapat menyakinkan pasien wanitanya bahwa kesehatan reproduksi wanita terkait erat dengan pola makan, ada beberapa asupan nutrisi yang penting bagi kesehatan organ reproduksi wanita seperti protein, lemak sehat, vitamin dan mineral. Ada banyak makanan cepat saji yang harus dihinari serta batasi mengkonsumsi kafein melebihi takaran perharinya, yaitu maksimal 2 cangkir kopi perhari.

3. Kelola Stres dengan bijak, bidan dapat menjelaskan bahwa stres berdampak pada depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan kesuburan. Oleh karena itu penting untk mengurangi stress, sehingga kita dapat menjaga kesehatan reproduksi kita. Banyak cara menghindari stress, mulailah melakukan apa yang membuat kita nyaman dan olahraga merupakan salah satu solusi yang manjur.

4. Jaga berat badan, seorang bidan dapat menjadi penasehat gizi sekaligus penasehat diet yang tepat. Karena berat badan yang ideal akan menjaga kesehatan tubuh yang prima, sebaliknya berat badan berlebih dapat menganggu ovulasi dan produksi hormon yang mengatur tingkat kesuburan seorang wanita.

5. Lakukan kebiasaan sehat lainnya, para bidan dapat menyarankan agar para ibu dan remaja putrid selalu dapat :

– Berhenti merokok karena dapat mengurangi jumlah dan kualitas sel telur serta menganggu kesehatan rahim.

– Hindari minuman beralkohol, karena dapat meningkatkan resiko gangguan ovulasi.

– Istirahat yang cukup, dapat menjaga kondisi tubuh tetap fit dan sehat.

– Hindari penggunaan obat-obatan dan suplemen di luar anjuran dan pengawasan tenaga medis.

– Gunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.

– Hindari perilaku seks berisiko seperti berganti pasangan yang dapat menyebabkan menyakit menular seksual.

Demikianlah beberapa tips kesehatan perempuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan semoga para bidan yang menjadi garda terdepan kesehatan bagi perempuan dan anak dapat terus berkiprah dengan semangat pengabdian yang tinggi dan pantang menyerah.

Khususnya para bidan desa untuk memperkecil angka kematian ibu dan bayi serta terus mengedukasi tata cara hidup sehat kepada masyarakat, terkhusus para remaja putri dan ibu agar tetap menjaga kesehatannya dengan memperbanyak membaca dan mencari tahu informasi tentang literasi kesehatan perempuan. Salam literasi.[]

Comment