Rita Handayani*: Kemerdekaan yang Tertawan

Opini647 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — 17 Agustus tahun 45
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka.

Bait lagu berjudul Hari Merdeka yang diciptakan oleh Husein Mutahar, dirilis pertama kali pada tahun 1946 Lagu ini menjadi salah satu lagu wajib yang dikumandangkan setiap tanggal 17 Agustus sebagai peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Indonesia sudah dikenal dunia telah merdeka sejak tahun 1945 silam. Demikian pula setiap tanggal 17 Agustus, menjadi momen spesial bagi negara dan warga negaranya. Perayaan hari kemerdekaan pun tak pernah terlewatkan tiap tahunnya.

Jika dikalkulasikan usia Indonesia saat ini adalah 75 tahun (1945-2020). Usia yang sudah cukup matang untuk menjadi negara yang kuat, mapan dan mandiri. Harusnya Indonesia sudah tidak lagi menjadi negara yang masih didikte asing. Bahkan seharusnya Indonesia menjadi negara pelopor ideologi bangsanya untuk dunia.

Benar, ideologi negeri ini adalah pancasila. Lima sila sakti kebanggaan negeri nyatanya tak cukup kuat untuk menjadi pemimpin dunia, apatah lagi membebaskan negeri-negeri yang terjajah dan yang terzalimi.

Semisal Palestina yang dijajah Israel, etnis Rohingya yang dizalimi etnis Budha di negerinya. Dan banyak negeri-negeri lainnya yang saling memangsa dan mengintimidasi demi kepentingan pribadi. Layaknya, hidup di tengah hutan rimba.

Bahkan untuk negeri dan rakyatnya sendiri saja, terlihat kedodoran dari segala aspek. Pergantian rezim kepemimpinan di setiap perhelatan hasil pemilu, nyatanya menjadikan Indonesia tak lebih baik. Bahkan terlihat masa depannya semakin suram.

Ini terindikasi mulai dari isu radikalisme  hingga usulan inisiatif dari DPR, tentang rancangan undang-undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP), yang kemudian menuai kontroversi. Ini menjadikan pemikiran-pemikiran yang berseberangan dengan penguasa tidak dirangkul dan diajak diskusi. Tapi dengan dalih keamanan langsung dikenai sanksi hukum.

Padahal ia adalah warga negara yang harusnya dilindungi. Sebagaimana seorang bapak yang tetap mengasihi dan melindungi anaknya, bahkan saat anaknya tidak manut dengan keinginan orangtua.

Selain itu, di usia negara yang semakin senja tidak menjadikan kasus-kasus kemaksiatan dan kezaliman di dalam negeri berkurang ataupun berhenti, tetapi justru semakin bertambah. Seperti kasus korupsi, narkotika, penipuan, pencurian, perampokan, perjudian, perzinaan hingga kasus keadilan bagi warga negara yang terjerat hukum tidak adil. Terlebih di saat pandemi ini, masa depan rakyat nampak suram karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Ini menjadikan kita harus kembali berpikir tentang ideologi bangsa. Yah pancasila, lima butir saktinya sangat menawan jika kita resapi secara mendalam. Namun, mengapa pancasila seolah tidak mampu memberikan solusi saat negara dirundung perkara. Kenapa pancasila tidak mampu menumbuhkan ghiroh (semangat) untuk menyebarluaskan ideologinya ke seluruh dunia.

Kalau kita telisik, bagaimana awal mula lahirnya pancasila. Tidak terlepas dari para pejuang bangsa yang berupaya untuk membebaskan negeri dari penjajahan. Hingga terkorbannya harta sampai nyawa. Umat Islam, yang dipelopori para ulama dan santrinya mempunyai andil besar dalam kemerdekaan Indonesia.

Sehingga dalam perumusan pancasila, nilai ketuhanan sebagai pondasi beragama dalam Islam menduduki poin pertama dalam pancasila.

Sebagaimana dilansir Republika.co.id. Selasa (18/2), sejarawan Islam, Tiar Anwar Bachtiar, menjelaskan nilai-nilai ajaran Islam sejatinya sangat melekat dalam poin-poin pancasila.

Kacamata Ideologi Islam

Jika ideologi pancasila yang poinnya mengambil dari ajaran Islam. Di usia lansianya belum mampu menyejahterakan rakyat, apalagi mau melebarkan sayap, ke seluruh penjuru dunia.

Lain halnya dengan ideologi Islam yang bersumber dari Sang Pencipta alam raya. Catatan emas sejarah peradaban Islam mencatat, sejak pertama kali, ideologi ini diterapkan di Madinah setelah Rasulullah hijrah.

Di tahun pertama, diterapkannya aturan Islam yang bersumber dari ideologi Islam. Membuat masyarakat saling terikat persaudaraan & perdamaian. Sehingga Yatsrib yang sebelum diterapkan ideologi Islam, merupakan wilayah yang selalu terjadi peperangan satu rumpun.

Berubah 180 derajat menjadi kota damai dan adil. Piagam Madinah adalah salah satu bukti akan kehidupan yang beragam etnis, kultur, agama  saat itu. Dan Islam mampu menyatukan semuanya dalam kebaikan dengan syariat Islam.

Kemudian di tahun pertama kemerdekaan juga. Rasulullah dan penduduk Madinah telah mampu mandiri dari segi ekonomi. Sehingga urusan politik pun, penduduk Madinah tidak diatur oleh pihak negara lain.

Padahal saat itu Persia dan Romawi adalah negara adidaya, penguasa dunia. Tidak hanya itu, dari sisi keamanan negara dan penduduknya hingga perkara sosial-kemasyarakatan, semuanya terjamin dengan jaminan terbaik.

Dan yang lebih spektakulernya lagi, di tahun kedua setelah merdeka. Sudah mampu melebarkan sayap ideologinya. Rasulullah dan para sahabat berhasil membebaskan Mekah dari kezaliman dan kemaksiatan penduduknya yang tidak mengenal Allah.

Kemudian pembebasan-pembebesan negeri-negeri lainnya. Sehingga menjadikan Yatsrib (Madinah) dan Quraisy (Mekah) yang awalnya sebelum memeluk Islam tidak dikenal dunia, namun setelah Islam menjadi ideologi penduduknya, maka Madinah dan Mekah menjadi negeri yang diperhitungkan oleh Persia dan Romawi.

Tidakkah hal tersebut menjadi impian dari setiap manusia yang telah merdeka? Namun, tentu perlu kerja keras untuk mewujudkan hal tersebut. Terutama open mind, membuka pemikiran kita.

Penduduk Indonesia bisa seperti penduduk Madinah binaan Rasulullah saw. Karena pancasila, adalah bagian dari Islam. Saat kita mengamalkan pancasila, sama artinya kita mengamalkan ajaran Islam.

Sudah saatnya mengembalikan pancasila ke pangkuan Islam dan mengamalkannya secara kaffah agar didapatkan hasil yang sempurna (kamilan) seperti halnya yang dilakukan Rasulullah saw. dan penduduk Madinah.

Karena, mengamalkan ajaran Islam secara parsial tidak akan bisa membawa perubahan gemilang dalam kemerdekaan.Wallahu a’lam bishshawab.[]

*Pegiat Opini dan Member Akademi Menulis Kreatif

Comment