Sherly Agustina, M.Ag*: Ibu, Kesabaranmu Teruji Selama Pandemi

Opini489 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Jika ditanya, siapa orang yang paling tulus, sabar dalam membersamai anak sejak dalam kandungan hingga dilahirkan? Maka jawabannya adalah “ibu”. Jika ditanya, siapa yang begitu pemaaf dan kasihnya sepanjang masa? Jawabannya adalah “ibu”. Lalu, jika ditanya, siapa yang paling strugle dalam kondisi apapun, dituntut mulititalent walau mungkin pendidikannya rendah? Jawabannya adalah “ibu”.

Tak heran jika Baginda Nabi Saw. berpesan dalam haditsnya menyuruh umatnya untuk berbuat baik tiga kali lebih besar kepada ibu dibanding bapak. “Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakan aku harus berbakti pertama kali?’. Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu’. Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’, Nabi SAW menjawab ‘Ibumu’. Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’, beliau menjawab ‘Ibumu’. Orang tersebut bertanya kembali, ‘ Kemudian siapa lagi,’ Nabi menjawab ‘Kemudian ayahmu’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sembilan bulan kurang lebih pandemi ini, sejak kehadirannya di awal Maret 2020. Semua aktifitas dan suasana berubah, banyak yang dialihkan di rumah walau masih ada aktifitas di luar. Bekerja, belajar, pedagang, dan lainnya ada yang terpaksa di rumah apalagi zona merah. Maka dikenal WFH (work from home) bagi yang kerjanya sementara di rumah. Dikenal juga daring bagi anak sekolah yang belajar di rumah.

Anak-anak tentu rindu pada sekolahnya, gurunya, suasana belajar di kelasnya dan teman-temannya. Apa daya rasa rindu harus ditahan hingga kondisi normal kembali dan pandemi segera pergi.

Semua memang tak lepas dari kehendak-Nya, maka sebagai hamba-Nya yang paling utama dilakukan adalah beriman pada ketentuan-Nya. Serta yakin bahwa apa yang terjadi pasti yang terbaik dari-Nya walau buruk sekalipun dalam pandangan manusia.

Selama pandemi, beban sang ibu bertambah selain mengurus rumah dengan semua pekerjaannya, juga mengurus segala kebutuhan anak dan suami. Lalu, ditambah dengan tanggung jawab daring membersamai anak belajar di rumah.

Tentu bukan hal yang mudah, apalagi jika anaknya banyak tanpa IRT atau kedua orang tuanya pekerja setiap hari. Bisa dibayangkan sangat melelahkan, stres bisa melanda terutama bagi ibu.

Namun, seorang ibu tetap berusaha sekuat tenaga untuk bisa menunaikan semua kewajiban itu selelah dan sesulit apapun. Karena baginya, kesulitan dan kelelahan bagai sahabat yang senantiasa menemaninya di dalam kehidupan. Harus dilewati, dijalani dan dinikmati dalam fikirannya pahala yang dinanti.

Di tempat lain, bahkan ada seorang ibu yang tega membunuh anaknya entah karena stres dan tekanan ekonomi. Namun, masih banyak ibu yang berusaha bertahan dengan semua beban yang ada.

Hari demi hari dilewati, walau mungkin ada sekilas emosi yang mencabik diri. Bagi yang Allah anugerahkan kecukupan rezeki, Alhamdulillah tidak menjadi kendala. Tapi bagi yang kesulitan ekonomi dan mampu bertahan, ini luar biasa.

Ibu di rumah bersinergi dengan guru di sekolah, sesulit apapun mencoba untuk mencari jalan keluar jika ada kesulitan belajar pada anaknya. Komunikasi dan keterbukaan sangat diperlukan, karena daring banyak sekali keterbatasan dibanding sekolah tatap muka.

Biasanya hafalan anak dibimbing dan dikontrol guru, maka pada saat daring seoarang ibu harus berkorban ekstra membimbing anaknya. Positifnya, ibu jadi lebih tahu perkembangan belajar dan hafalan anaknya secara dekat.

Jika kendala jaringan, kuota atau HP ibu langsung mengkomunikasikannya pada guru. Mencari solusi dengan suami, bagaimana caranya agar daring tetap berjalan.

Semua ini membutuhkan kesabaran ekstra, ya hanya ibu yang bisa mengatasi semua ini. Mahluk luar biasa yang Allah ciptakan, di balik kelembutannya tersimpan keperkasaan yang tak dimiliki seorang pria hebat dan kuat sekalipun.

Hanya ibu yang bisa mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu. Sambil masak dan mencuci, sambil membimbing daring dan membersihkan rumah. Sambil menyetrika dan menyimak hafalan anak. Sambil mendengarkan anak bicara dan menyuapi anak yang lain. Begitu seterusnya, setiap saat setiap waktu.

Ibu memang sosok yang sangat hebat, kuat, walau terlihat lemah. Dia mampu memberikan apapun yang terbaik untuk anak-anaknya. Hingga anaknya berprestasi, pun ketika anaknya tak berprestasi seperti yang lain ibu mampu menenangkan anaknya bahwa anaknya tetap hebat.

Ibu, walau orang pertama yang mungkin megalami stres terlebih saat pandemi. Tapi ibu tetap tegar melewati semua ini, karena keimanan tertancap dalam dirinya.

Walau sistem kapitalis saat ini begitu kejam, ibu tetap mampu bertahan. Lihat di tempat lain, ibu menjadi alat eksploitasi dan komoditi karena rakusnya kapitalisasi.

Hingga terpaksa rela meninggalkan rumah dan mengorbankan anaknya. Pergi pagi pulang petang, menjadi robot produksi. Di sisa tenaga dan waktu, tetap berusaha mendidik anaknya jika belum tertidur.

Dalam hidupnya selalu ingin melakukan yang terbaik. Sejak bangun tidur hingga tidur lagi, bagi sebagian ibu yang sedang hamil pun tidak mengurangi semangat menunaikan kewajiban.

Alangkah hebat dirimu, wahai ibu. Ketegaran dan kesabaranmu bagai batu karang di tengah lautan, walau dihempas ombak tetap berdiri kokoh.

Senyummu menyembunyikan air mata yang mungkin saja kau teteskan tanpa sepengetahuan anak dan suamimu saat berdoa.

Oleh karenanya Islam sangat memuliakan seorang ibu, karena pengorbanan dan perjuangannya tak dapat dibalas dengan apapun. Dia mengandung dengan susah payah, letih, namun tetap melaksanakan kewajibannya (QS. Lukman: 14).

Bagi ibu hanya ingin anaknya menjadi anak yang shalih, investasi akhirat baginya.

Rindu sistem yang begitu memuliakan dan mensejahterakan rakyatnya termasuk para ibu. Memposisikan ibu sebagai ratu yang harus dihormati dan disayangi. Doanya manjur dan kramat maka diharapkan doa yang baik yang keluar dari lisannya.

Darinya lahir generasi berkepribadian Islam, faqih fiddin dan menguasai sains teknologi. Namun, hal ini hanya akan terwujud jika aturan yang diterapkan adalah Islam. Allahu A’lam Bi Ash Shawab.[]

*Kontributor media dan pemerhati kebijakan publik

Comment