Si Kaya Semakin Kaya, Si Miskin Semakin Miskin

Opini487 Views

 

Oleh : Rantika Nur Asyifa, Ibu Rumah Tangga

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Sebuah fakta terungkap bahwa orang kaya di Indonesia mengalami peningkatan selama pandemi COVID-19. Berdasarkan laporan Credit Suisse, jumlah orang dengan kekayaan di atas US$ 1 juta atau setara dengan Rp 14,49 miliar (kurs dollar Rp 14.486) di Indonesia ada sebanyak 172.000 orang, alias bertambah 62,3% dibandingkan tahun sebelumnya.

Laporan Credit Suisse nampaknya memberikan bukti bahwa kesenjangan antara rakyat Indonesia agak melebar. Terlihat dari data indeks gini yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks gini adalah indikator yang mengukur tingkat pengeluaran penduduk yang dicerminkan dengan angka 0-1. Semakin rendah angkanya, maka pengeluaran semakin merata.

“Kami melakukan perhitungan dengan pendekatan berbasis regresi untuk 144 negara di dunia. Regresi terpisah dijalankan untuk meneliti aset keuangan serta aset dan kewajiban non-keuangan,” sebut lembaga tersebut dalam laporannya, seperti dilansir kontan.co.id, Senin (12/7/2021).

Untuk Indonesia, lembaga tersebut menggunakan sistem survei, bukan data HBS. Pasalnya, bila tidak menggunakan survei, sering kali data kekayaan yang muncul malah jauh lebih rendah.

Sementara itu, ekonom senior Indef Faisal Basri menyebutkan, naiknya jumlah orang kaya dan orang superkaya tersebut merupakan hal yang kontras, apalagi pandemi Covid-19 mengakibatkan perekonomian gonjang-ganjing dan jatuh ke dalam jurang resesi.

“Pandemi ini mengakibatkan perekonomian Indonesia merosot (kontraksi). Namun, jumlah orang dewasa dengan kekayaan di atas US$ 1 juta juga naik tajam sebesar 61,7%,” ujar Faisal dalam Twitter pribadinya, @FaisalBasri, (kompas.com, 13/07/2021).

Shorrock Anthony, Ekonom dan penulis Laporan Global Wealth Report mengatakan bahwa pandemi memberikan dampak jangka pendek yang cukup besar pada kondisi pasar global. Namun hal ini hanya berlaku hingga akhir Juni tahun lalu.

Shorrocks menjelaskan bahwa sejak akhir Juni 2020 lalu, kondisi pasar global perlahan mulai mengalami peningkatan setelah sebelumnya jatuh terdampak pandemi. Hal inilah yang dirasa menjadi alasan mengapa sejumlah orang tetap dapat meningkatkan nilai aset yang mereka miliki.

Meski jumlah orang kaya bertambah selama masa pandemi, Shorrocks menemukan bahwa kesenjangan antara ‘si kaya’ dengan ‘si miskin’ semakin lebar. Dengan kata lain yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin semakin miskin.

Nannette Hechler-Fayd’herbe, kepala investasi di Credit Suisse mengatakan bahwa fenomena ini dapat terjadi karena adanya penurun suku bunga yang dilakukan oleh banyak bank-bank sentral di seluruh dunia.

Nannette menjelaskan bahwa dengan adanya penurunan suku bunga dari bank sentral di tiap-tiap negara dapat membantu meningkatkan harga saham dan harga rumah selama masa pandemi. Peningkatan harga saham dan harga rumah inilah yang menjadi alasan utama sejumlah orang dapat meraup ‘untung’ semasa pandemi.

“Ini adalah alasan utama mengapa harga saham dan harga rumah telah berkembang, dan ini diterjemahkan langsung ke penilaian kami terhadap jumlah kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat,” kata Nannette.

Jadi tidak heran bila selama pandemi yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Sejumlah orang kaya yang memiliki sejumlah aset saham atau rumah mengalami peningkatan kekayaan, sedangkan mereka yang tidak punya aset-aset tersebut terpaksa harus berjuang melawan ‘siksaan’ ekonomi semasa pandemi, (detikfinance.com, 23/06/2021).

Sistem kapitalisme mewujudkan kemiskinan massal pada individu, keluarga dan negara. Sistem ini memasilitasi kerakusan pemilik modal untuk melipatgandakan kekayaan pribadinya. Sistem ini juga mencetak kesenjangan permanen yang rentan melahirkan masalah baru di masyarakat seperti maraknya kriminalitas dan problem sosial lainnya.

Kita butuh solusi yang pasti dan bisa menuntaskan problematika kehidupan dari akarnya langsung. Bukan hanya solusi tambal sulam yang justru membuat masalah baru di kemudian hari.

Kapitalisme dan sosialisme memang ideologi yang dikenal saat ini. Akan tetapi, dua ideologi tersebut nyata tidak bisa memberikan solusi yang tuntas. Hanya Islam satu-satunya ideologi yang mampu menuntaskan masalah ini, karena Islam yang berasal dari wahyu Allah SWT ini berlaku universal.

Kita tidak perlu takut akan kesenjangan sosial yang terjadi, karena Islam adil memperlakukan rakyatnya dan tidak tebang pilih. Dengan demikian, hendaknya umat Islam tidak ragu untuk kembali melanjutkan kehidupan Islam. Insyaallah keadilan akan terwujud di muka bumi.Wallahu a’lam bisshawab. []

Comment