Terkait Informasi Covid-2019, Mr. Kan: Ada Dua Jenis Eksistensi Pemikiran

Nasional277 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Covid-19 menjadi pandemi yang telah mematikan hampir enam ribu nyawa manusoa di dunia. Seluruh negara mencekam dengan ganasnya serangan virus berasal dari Wuhan, China beberapa waktu lalu.

Terkait kondisi tersebut masyarakat terbelah menanggapi keadaan, ada yang butuh informasi ada pula sebaliknya. Terkait informasi ini, Mr, Kan, seorang pengamat politik dan sosial membeberkan dua eksistensi pemikiran tersebut sebagai berikut.

Pertama, eksistensi pemikiran jenis warna hijau: ada orang tertentu yang berterima kasih ketika menerima informasi terkait Covid-19 dan mereka paham serta sadar, kemudian mereka berusaha mencegah dan melakukan persiapan menghadapinya.

Kedua, eksistensi pemikiran jenis warna ungu:  ada orang tertentu tidak suka ketika terus menerus membaca faktual terkait Covid-19, karena mungkin, mereka menganggap hanya akan menciptakan kepanikan atau ketakutan saja, apakah informasi faktual terkait COVID-19 perlu dirahasiakan sebagiannya?

Menurut saudara-saudara, di antara kedua jenis eksistensi pemikiran tersebut, antara warna hijau dan unggu, pemikiran manakah yang lebih RASIONAL dan OBJEKTIF? Mana yang patut ditiru? Mungkin persoalan tersebut perlu di bahas di muka umum oleh para ahli, karena perihal tersebut berkaitan dengan makna tujuan berdirinya sebuah negara, yaitu:

Pemerintahan Indonesia berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Substansi tujuan negara tersebut termaktub di dalam amanat konstitusi pada alinea keempat, PEMBUKAAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA Tahun 1945.

Menurut pendapat saya, mengenai permasalahan PANDEMI COVID-19 atau Virus Corona, sangat tidak patut, apabila ada informasi faktual terkait COVID-19 yang ditutup sebagian, karena COVID-19 bukan hanya permasalahan satu orang atau beberapa orang saja, juga bukan permasalahan politik, bakal bukan semata-mata hanya permasalahan sebuah negara saja, namun yang disebut PANDEMI berarti Wabah yang menular dari manusia ke manusia atau antar manusia yang terjadi secara serentak dan secara global yang sudah hampir menjangkit se-dunia.

Secara faktual per hari ini, secara global hanya dalam waktu sekitar 2 bulan 15 hari COVID-19 sudah menyebar dan menjangkit 152 negara dan telah menewaskan 5.839 orang serta telah positif menjangkit 156.745 orang, bagaimana dengan keadaan 3 bulan akan datang dan seterusnya?

Satu hal sangat perlu diketahui oleh seluruh umat manusia di bumi, bahwa sampai hari ini, belum ada ahli di dunia yang menemukan obat dan vaksin atas COVID-19.

Ada satu permasalahan baru mulai muncul lagi, sejak Minggu lalu, sesungguhnya China sudah memulai menyatakan bersih dan menang atas perang melawan COVID-19, Pemerintah China pun sudah mengirim sejumlah besar petugas medis untuk membantu negara Italy dan sebagainya yang sedang mengalami keadaan darurat COVID-19 yang serupa dengan China.

Namun mulai akhir pekan ini, Pemerintah China pun kembali merasa khawatir, karena dalam waktu satu Minggu terakhir ini, Wabah COVID-19 sudah mulai masuk lagi ke China yang bersumber dari Pelancong yang datang dari negara-negara luar, seperti, dari Italy, Spanyol, Prancis, Amerika Serikat (AS), Saudi Arabia dan sebagainya.

Total 95 kasus telah masuk China daratan dari luar negeri hingga Jumat (13/3), papar pernyataan NHC.

Pertanyaan ini sekaligus mewakili kesimpulan dan saran: Apakah dengan menutup sebagian informasi faktual terkait COVID-19 dapat mewujudkan pencegahan dan penanganan yang lebih maksimal? Apakah dengan menutup sebagian informasi terkait COVID-19 dapat mengurangi penularan di dalam sebuah negara? Bagaimana kalau saja COVID-19 terus menerus menular di dalam sebuah negara dan mengalami keadaan darurat seperti di China, Italy, Korea Selatan, AS, Iran, Prancis, Spanyol, Jerman, Switzerland, Norway, Ukraina, Sweden, Nederland, Denmark, Jepang dan sebagainya.

Comment