Wacana Nama Jalan Tokoh Sekuler, Mustafa Kamal, Ada Apa Dengan Indonesia?

Opini596 Views

 

 

Oleh : Susila Herdiati, Praktisi Pendidikan

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Belum pudar rasa kecewa umat Islam dengan diundurnya hari libur nasional dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad SAW, kini kembali dikejutkan dengan wacana pemberian  nama salah satu ruas jalan di Ibu Kota dengan tokoh sekuler Turki, Mustafa Kemal Attaturk.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengatakan bahwa wacana tersebut sebagai bentuk kerjasama antara Indonesia dan pemerintah Turki. Di mana sebelumnya Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah melakukan kunjungan bilateral ke Turki pada 12 Oktober 2021 dan Pak Menteri mengatakan bahwa pemeritah Turki telah memberikan nama jalan Ahmet Soekarno di Ankara seperti dikutip laman cnn (17/10/2021).

Mustafa Kemal Attaturk, terlahir dengan nama Ali Riza Oğlu Mustafa, seorang jenderal perang sekaligus politisi yang kemudian menjadi Founding Father dan presiden pertama Republik Turki. Ia menjadi populer karena berjasa mengamankan kemenangan Turki pada 1915 dalam perang Gallipoli.

Dia juga tokoh sekuler yang sangat dikagumi dan diagungkan para kaum sekuler atas jasa-jasa yang telah ditorehkan di dunia dengan menghapuskan seluruh hukum-hukum Islam di Turki.

Pada 3 Maret 1924, Mustafa Kemal berhasil menghancurkan khilafah Turki Utsmani yang dipimpin oleh Sultan Mahmed VI. Sejak saat itu semua aturan syariah diganti dengan aturan sekuler.

Untuk menolak lupa, mari kita lihat sejarah sepak terjang kekejaman Mustafa Kemal terhadap umat Islam. Dimana pemerintahan Kemal melarang azdan dengan bahasa Arab dan diganti dengan bahasa Turki.

Selain itu, Mustafa Kemal juga mengkritik pemakaian jilbab oleh wanita-wanita Turki, penerapan monogami, melarang poligami, persamaan hak antara pria dan wanita dalam hal memutuskan perkawinan dan perceraian, menghapus hukum waris, memberikan kebebasan perkawinan beda agama dan lain sebagainya.

Intinya, Mustafa Kemal merasa berhak mengganti hukum-hukum Allah dengan hukum sekuler hasil pikirannya sebagai presiden.

Pemikiran sekuler yang dihembuskan Mustafa Kemal memiliki korelasi dengan paham sekuler yang kita hadapi saat ini. Sekulerisme, suatu paham yang memisahkan agama dengan kehidupan di dunia. Ide sekuler adalah salah satu tindakan ekstrim yang dilakukan Mustafa Kemal setelah penghapusan khilafah.

Pemisahan ini tidak hanya bertujuan untuk memisahkan agama dari kehidupan bernegara tetapi juga menghambat kekuatan tokoh-tokoh agama dalam politik, sosial dan kebudayaan. Sekulerisme dapat menghancurkan setiap lini kehidupan umat Islam di dunia.

Ide sekulerisme yang cacat dan buruk seiring sejalan dengan ide kapitalisme saat ini, bertujuan untuk menghancurkan Islam yang pernah berjaya selama 1400 tahun. Setiap aspek kehidupan yang bernafaskan Islam porak poranda dihantam badai kapitalis sekuler. Rasulullah pernah mengingatkan tentang perkara akhir zaman dan pertanda yang menyertainya.

Sebagaimana hadits riwayat Abu Hurairah RA: “ akan datang tahun-tahun penuh kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang jujur didustakan, pengkhianatan terhadap amanah yang diberi, orang yang jujur dikhianati, dan ruwaibidhah ikut berkomentar. Lalu ditanya, apa itu ruwaibidhah? Beliau menjawab: orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum”.

Wacana pemerintah Indonesia memberi nama jalan dengan Mustafa Kemal, merupakan ide yang sangat disupport oleh para kapitalis sekuler. Dengan wacana tersebut memperlihatkan bahwa Indonesia sangat mendukung ide sekuler. Sementara seluruh dunia tahu Indonesia adalah salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim terbanyak. Nau’dzubillahi.

Dengan demikian, di momen peringatan Maulid Nabi seharusnya semakin menambah kecintaan kita kepada Rasulullah bukan sekedar seremoni rutin, tapi meneladani Rasulullah dari segala sisi.

Rasul sebagai sosok yang sempurna, kepala rumah tangga yang romantis, sahabat yang memiliki rasa empati yang tinggi, pedagang yang jujur, panglima perang yang gagah berani dan kepala Negara yang menerapkan syariat Islam dengan adil. Dan Allah berfirman dalam Al-qur’an “ sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut nama Allah” (Qs Al-Ahzab/33: 21)

Kita diperintahkan meneladani Rasulullah bukan yang lain, apalagi memberi penghargaan kepada tokoh sekuler laknatullah. Bukankah kita mengharap rahmat dari Allah SWT? Lalu mengapa tidak mau menerapkan hukum-hukum Allah?[]

Comment