Wacana Poros Parpol Islam Menguat, Akankah Membawa Perubahan Umat?

Opini459 Views

 

 

 

Oleh: Nur Rahmawati, S.H,  Praktisi Pendidikan, sosial dan politik

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA— Menuju perubahan yang lebih baik tentu menjadi impian siapapun baik sosial, ekonomi maupun politik.

Belakangan muncul isu perubahan tersebut di tubuh partai Islam dengan wacana membangun poros parpol guna kemenangan umat Islam yang mayoritas di negeri ini. Namun begitu masih menyisakan pertanyaan, akankah upaya membangkitkan umat dapat terwujud?

Dikutip dari laman detik.com (16/4/2021), Waketum PKB Jazilul Fawaid mengatakan dirinya menyambut baik wacana itu untuk membangun poros kekuatan demokrasi dengan menawarkan ide program keumatan yang segar dan tidak berhenti pada sebatas wacana.

Harapan yang tak hanya sekedar wacana dan membawa kebanggaan tersendiri bagi parpol Islam, akankah hal ini membawa perubahan bagi umat Islam? Atau bahkan tidak ada pengaruh sama sekali? Walaupun bersatu dalam ikatan secara politis dengan wadah poros Islam sekalipun namun bila masih dalam kebijakan sebuah sistem sekuler – upaya ini tetap tidak akan memiliki kekuatan.

Landasan demokrasi dalam pembentukan partai sangat rentan dengan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan tertentu. Sehingga, Pada akhirnya tidak menutup kemungkinan terjadi seteru dan saling menjatuhkan satu sama lain.  Perpecahan karena perbedaan kepentingan akan mewarnai langkah langkah dan proses penyatuan poros ini ke depan.

Semua ini disebabkan oleh aspek pemikiran dan metode yang diusung yaitu demokrasi liberal sebagaimana yang pernah terjadi pada tubuh partai PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

PKS dalam konteks internal sangat bagus namun ketika memasuki wilayah eksternal yang menjadi sistem dan kebijakan, sebut saja demokrasi liberal- PKS pun terseok dengan munculnya Partai Gelora yang dikomandoi oleh Anis Matta, Fahri Hamzah dan Mahfudz Sidik.

Dilansir dari merdeka.com, (25/2/2019),  politisi PKS Mahfudz Sidik menyatakan, pemecatan kader dan pengurus PKS di Bali karena dianggap oleh DPP loyalis (sebagai) Anis Matta.

Kegagalan Parpol dalam Sistem Demokrasi

Jika menoleh pada sejarah, sejak abad XIX Masehi, telah berdiri berbagai gerakan kebangkitan umat Islam melalui berbagai cara, sebut saja dengan cara membentuk partai politik Islam. Alhasil upaya tersebut tidak mampu meraih keberhasilan, walaupun berpengaruh kepada generasi berikutnya untuk mengulang hal serupa. Hal ini terjadi karena empat hal, yaitu:

Pertama, gerakan partai politik tersebut berdiri di atas pondasi pemikiran sistem demokrasi liberal sehingga tidak ada batasan yang jelas. Alhasil muncul kekaburan. Namun yang pasti dalam sistem demokrasi pengambilan keputusan disandarkan pada suara terbanyak bukan benar atau salah, halal atau haram. Niat dengan asas manfaat menjadikan sebuah parpol rentan khianati rakyat.

Kedua, metode untuk menerapkan pemikiran tersebut dirasa tidak jelas. Inipun menjadi catatan penting bahwa ketidaksiapan gerakan tersebut menjadikan gagal membangkitkan. Ketidakjelasan metode berakhir pada pergerakan yang stagnan tanpa acuan yang jelas.

Ketiga, orang-orang dalam gerakan tersebut tidak sepenuhnya mempunyai kesadaran dan niat yang benar. Bisa dikatakan bahwa gerakan tersebut hanya berbekal semangat dan keinginan belaka.

Keempat, ikatan yang dibangun oleh orang-orang dalam gerakan tersebut bukanlah ikatan yang mendasar atau benar. Ikatan tersebut hanya sekedar struktur organisasi itu sendiri, sejumlah deskripsi tugas organisasi, dan sejumlah slogan-organisasi yang hampa nilai.

Maka tak heran jika kelompok-kelompok tersebut bergerak hanya berbekal kesungguhan dan semangat. Sampai ketika bekal semangat itu habis oleh perbedaan kepentingan maka akan terjadi perselisihan yang berdampak kepada lemahnya organisasi.

Hal ini menggambarkan kiprah parpol Islam dalam politik praktis demokrasi merupakan kesalahan berulang. Demokrasi liberal meniscayakan kegagalan membangun kecintaan terhadap tugas dan amanah parpol.

Parpol dalam Sistem Islam Membangkitkan Umat

Tujuan membangkitkan umat Islam melalui jalan demokrasi liberal hanyalah fatamorgana. Demokrasi liberal tidak kapabel untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan aktivitas partai. Kebangkitan umat Islam tidak dapat diupayakan dengan sistem selain Islam.

Pembentukan parpol Islam tidak cukup hanya sekedar jargon atau nama Islam belaka. Perlunya pondasi Islam yang kuat sebagai dasar pembentukan dan mengikat pemikiran serta metode yang jelas yaitu asas Islam sebagai ruh bangunan partai.

Adanya perasaan kejamaahan bahwa umat Islam adalah satu tubuh, menjadikan kekuatan yang mengintegrasikan pemikiran dan metode Islam. Hal ini akan menggerakkan kesadaran dan pemahaman bahwa menjadi bagian dari parpol adalah kewajiban untuk bergerak bersama menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar kepada siapapun, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

Jika didapat melakukan penyimpangan syariat atau lalai dalam kewajibannya mengurusi umat, maka melalui parpol Islam dapat melakukan tabayun untuk perbaikan.

Selain itu tugas dan kewajiban parpol Islam sesungguhnya mengontrol pemikiran dan perasaan masyarakat untuk bergerak bersama dengan gerakan yang terus meningkat (kualitas dan kuantitasnya). Kemudian mencegah kemerosotan pemikiran dan perasaan masyarakat.

Lebih lanjut lagi partai terus mendidik umat untuk membebaskan mereka dari kebodohan dan mendorong mereka turut serta dalam medan kehidupan internasional.

Begitu mulia dan luar biasanya peran partai dalam Islam mampu menjadi penggerak kebangkitan hakiki yang wajib diperjuangkan parpol Islam di mana masyarakat sebagai agen dan bagian dari parpol Islam tersebut. Sebuah warna kebangkitan yang menjadikan Islam sebagai poros kehidupan di segala lini dan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh.

Maka, kebangkitan dan perubahan umat menuju peradaban gemilang melalui parpol Islam, hanya terwujud dengan sistem Islam. Memahami bahwa Allah swt telah membeli jiwa dan harta mereka dengan surga menjadi kekuatan orang yang beriman.

Rasulullah Saw. Bersabda :

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (Islam).” (HR al-Hakim, al-Khathib, Ibn Abi ‘Ashim dan al-Hasan bin Sufyan).Wallahu alam bishawab.[]

_____

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat menyampaikan opini dan pendapat yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Setiap Opini yang ditulis oleh penulis menjadi tanggung jawab penulis dan Radar Indonesia News terbebas dari segala macam bentuk tuntutan.

Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan dalam opini ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawab terhadap tulisan opini tersebut.

Sebagai upaya menegakkan independensi dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), Redaksi Radar Indonesia News akan menayangkan hak jawab tersebut secara berimbang.

Comment