Widarningsih*: DraKor, Tontonan Racun Berbalut Madu

Opini491 Views

 

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Ibarat pepatah, drama korea itu seperti racun berbalut madu. Dari segi tema, alur cerita, visual hingga original soundtrack, semua dikemas dengan ciamik. Bila dirasakan, rasanya semanis madu. Saking manisnya bikin kecanduan sampai mabuk kepayang.

Tak hanya drama, begitu pula jenis hiburan lainnya yang berasal dari negeri Ginseng tersebut. Sifatnya sama, memabukkan dan melalaikan. 

Parahnya drama korea dan kawan-kawannya menjadi konsumsi utama warga +62. Dari ibu rumah tangga, remaja, hingga anak-anak. Remaja, menjadi pelaku dominan disini.

Adalah sebuah web drama berjudul Mr. Heart, yang rencana tayang di bulan september nanti, mengisahkan kehidupan asmara sepasang anak muda sesama jenis. Boys x Boys, atau lebih dikenal dengan tema Boy’s Love. Web drama sarat pesan LGBT ini merupakan drama kedua, setelah pendahulunya, web drama Where’s Your Linger sukses di pasaran.

Penyisipan konten LGBT dalam drama korea bukanlah yang pertama. Dalam drama Reply 1997, dikisahkan Hoya eks Infinite sebagai seorang gay. Pun begitu, dalam drama Secret Garden, Sun (Lee Jong Suk) merupakan seorang gay. Dia menyukai artis Oska yang diperankan oleh Lee Sang Hyun.

Tidak hanya dalam drama Korea, para idol KPop sendiri banyak yang secara lugas menyatakan dukungan terhadap kaum LGBT. Salah satu nya yaitu mendiang SHINee Jonghyun.

Sebagai contoh sederhana bagaimana tontonan unfaedah ini mempengaruhi pemikiran kawula muda, yakni dalam dunia fanfiction atau fiksi penggemar.

Penulis yang juga pernah terjun menjadi pembaca juga penulis fanfic kerap menemui unsur LGBT dalam cerita fanfic. Istilah yaoi digunakan untuk menyebut kisah asmara antar pria dan yuri, untuk menyebut kisah asmara antar wanita.

Parahnya, terdapat adegan-adegan dewasa yang mengisi alur cerita. Sungguh memprihatinkan, ketika ternyata penulis fanfic semacam itu ialah remaja yang masih di bawah umur. Bagaimana mereka bisa tahu, bahkan menggambarkan dengan detail adegan tak senonoh tersebut?

Tentu, karena mereka pernah melihat, atau minimal pernah membaca hal serupa hingga akhirnya menginspirasi untuk menuliskan hal yang sama.

Dalam perayaan kemerdekaan kali ini, seharusnya kita menyadari bahwa sesungguhnya kita belum seutuhnya merdeka. Fisik kita bebas, namun pemikiran kita masih tersandera oleh pemikiran Barat.

Dialah sekulerisme, sebuah paham yang memisahkan agama dan kehidupan inilah yang menjadi biang kerok dari segala permasalahan. Termasuk bebasnya akses media internet yang memungkinkah para remaja melihat tayangan yang unfaedah, juga menulis kan kisah – kisah fiksi penggemar yang membuat tenggelam dalam dunia mimpi belaka.

Sekulerisme yang diemban mabda kapitalis ini dipromosikan oleh para artis juga para Idol. Kehidupan hedon yang lekat dengan kebahagiaan duniawi, membuat para remaja terpesona. Disinilah agenda penjajahan 3F yaitu Fun, Food, and Fashion berjalan.

Para remaja dimabukkan dengan tayangan-tayangan romantis yang bikin meleleh. Tanpa mereka sadari bahwa drama yang mereka tonton, memiliki konten yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Ikhtilat, khalwat, khamr, zina hingga perbuatan keji kaum Nabi Luth. Semua ada dalam drama, dilihat oleh jutaan pasang mata generasi muda kita.

Konten maksiat dalam tontonan yang tercerap ke dalam otak, lama kelamaan akan mengendap. Hingga akhirnya, timbul lah pemakluman hingga penerimaan terhadap perilaku juga pelaku kemaksiatan. Akhirnya, tontonan seperti ini akan merusak otak bahkan aqidah umat.

Maraknya konten racun dalam drama, patut di waspadai oleh pihak manapun. Pasalnya, penonton terbanyak drama korea ialah kawula muda yang notabene para generasi penerus bangsa. Apa jadinya bila mereka menelan racun berbalut madu itu terus menerus? Bisa ambyar generasi kita.

Maka dalam hal ini, harus ada tindakan tegas untuk mencegah efek buruk yang akan terjadi.

Dalam tataran individu, kita harus meningkatkan taqorub Ilallah, menuntut ilmu agama dan juga bergabung dengan komunitas – komunitas hijrah yang saat ini sudah berkembang pesat.

Keberadaan individu dalam sebuah jamaah, setidaknya bisa menjadi benteng penangkal yang cukup ampuh. Karena teman dalam lingkungan positif, apalagi dekat dengan Allah, akan mempengaruhi pola pikir juga pola sikap kita.

Para orangtua juga harus tegas dan melakukan filter terhadap tontonan yang dilihat oleh anak – anaknya. Mana yang boleh dan mana yang tidak.

Tidak berhenti disitu, kunci keberhasilan terletak pada peran negara. Karena penguasa merupakan perisai umat yang bertugas melindungi rakyat dari segala macam hal yang membahayakan.

Filter yang ketat harus dilakukan oleh negara pada setiap tayangan yang masuk ke negeri ini. Pemerintah juga harus meng counter tayangan unfaedah dengan membuat tayangan yang edukatif. Menambah wawasan juga keimanan.

Terakhir, akan semakin sempurna bila paham sekuler dicampakkan. Mengambil satu satunya hukum yang baik lagi sempurna, yaitu hukum yang datang dari Rabb semesta alam. Tidak ada hukum yang lebih baik selain hukum Allah. Wallahu’alam.[]

*Eks Kpopers dan Mentor Komunitas Hijrah Klaten

 

Comment