Desi Wulan Sari, S.E, MSi: Saat Uyghur Menjerit Mencari Keadilan, Pada Siapakah?

Opini481 Views

RADARINDONESIAMEWS. COM, JAKARTA – Masalah Uyghur belum juga tuntas. Semakin hari semakin memanas perkembangan berita di berbagai media menunjukkkan kondisi mereka disana.

Viralnya berita tentang Uyghur di jagat maya memang sudah tidak bisa terbendung lagi. Banyak masyarakat, organisasi, negara, yang memberikan tanggapan masing-masing terkait berita ini.

Bocornya dokumen rahasia ke publik tentang apa yang terjadi di Propinsi Xinjiang, Cina membuat publik sangat geram dengan pemerintah Cina. Surat Kabar New York Times melakukan investigasi tertutup saat ingin mengungkap kebenaran atas isu-isu yang disebarkan selama ini bahwa kamp yang dibangun hanyalah kamp pendidikan dan pengembangan diri bagi masyarakat Uyghur. Hasil laporan investigasi itu sangat mengejutkan memaparkan dokumen yang berisi tentang panduan menjalankan kamp penahanan khusus dan penggunaan perangkat teknologi untuk memburu seseorang (CNN Indonesia, 16/12/2019).

Berbagai aktifitas yang dilakukan dalam kamp itu terbongkar kepada publik. Dokumentasi diantaranya berupa sejumlah foto, menjadi bukti terjadinya penyiksaan terhadap muslim Uyghur dengan alasan mereka di paksa untuk keluar dari Islam dan membencinya. Begitupun para wanita yang berada di dalam kamp mendapati pelecehan seksual, penyiksaan yang sangat di luar batas kemanusiaan.
Bahkan tidak Hanya sampai disitu, para wanita yang ada di Xinjiang dipaksa menikah dengan pria Ciina disana (Portal Islam.id, 16/12/2019).

Ada juga para laki-laki Cina datang ke rumah-rumah para wanita yang suaminya masuk kamp untuk tinggal di rumah tersebut atas nama persaudaraan. Bahkan usaha-usaha mensekulerkan penduduk Uyghur sangat gencar dilakukan dengan berbagai cara, seperti di tempatkannya seorang intelejen pemerintah di rumah-rumah kelurga muslim untuk mengiktuti semua kegiatan pribadi keluarga tersebut untuk mengontrol mereka dari aktifitas keislaman. Intinya mereka dipantau secara ketat oleh Partai Komunis Cina bahkan sampai dalam rumah mereka (Tempo.co, 1/12/2018).

Maka untuk mencapai tujuan mereka para muslim Uyghur dilarang melakukan aktifitas ibadah seperti sholat, puasa, mengucapkan salam. Dan juga tidak boleh menunjukkkan identitas muslim pada dirinya seperti jilbab, khimar, jenggot, dsb. Mesjid-mesjid pun telah banyak yang lenyap dari kota ini akibat diruntuhkan oleh pemerintah Cina.

Kurang lebih 22 negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) secara kompak mengecam perlakuan Cina terhadap warga minoritas muslim Uyghur dan kelompok minoritas lainnya di wilayah Xinjiang. Kecaman itu dituangkan dalam surat yang dikirimkan kepada para pejabat tinggi Dewan HAM PBB.

Faktanya hingga hari ini tak ada satupun negara yang mau dan mampu membantu menyelamatkan penindasan rakyat Uyghur dari kekejaman pemerintahan Cina. Walau banyak suara yang mengecam peristiwa ini tapi Tak ada satupun solusi yang dihasilkan.

Melihat usaha yang dilakukan PBB terhadap masalah tersebut baru sebatas kecaman saja. Tidak Ada hasil yang signifikan yang mampu mengubah penderitaan mereka disana. Karena sejatinya bukan sistem sekuler, kapitalis dan liberalis yang mampu membela penderitaan rakyat yang terdzalimi di muka bumi ini tapi Islam yang akan menegakkan keadilan bagi seluruh alam dengan syariat yang telah Allh sWT turunkan dan terbukti kebenarannya.

Itulah mengapa Islam menawarkan solusi yang pernah ada atas permasalahan Uyghur yaitu syariat yang dijalankan dalam sebuah pemerintahan Daulah. Islam lah yang akan menghapuskan segala bentuk penjajahan dan kedzaliman di Setiap sudut bumi ini. Wallahu a’lam bishawab.[]

Comment