Dewi Ratnasari: Maraknya Kerusakan Sosial Indikasi Penanganan Tidak Menyentuh Akar Maslah

Opini445 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Sejumlah kejahatan menonjol terjadi saat pandemi covid-19. Kebutuhan tinggi jelang Ramadan ditengarai turut mempengaruhi. Belum lagi pembebasan ribuan narapidana dengan dalih mengurangi risiko penyebaran di dalam sel bui.

Sejumlah kasus perampokan jadi yang paling menyita perhatian. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan pelaku menargetkan minimarket atau toko yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Asep Adi Saputra mengatakan peningkatan angka kejahatan selama masa pandemi corona sekitar 11,8 persen.

Peningkatan terbanyak saat ini adalah pencurian dengan pemberatan (curat).

Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Reza Indragiri mengatakan keterbatasan gerak selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat masyarakat banyak yang tak bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Rasa frustasi itulah yang menurut Reza bisa memicu seseorang untuk melakukan tindak kekerasan dan kejahatan.

Fakta tersebut sedikitnya menggambarkan kepada kita bahwa dampak sosial akibat wabah covid 19 sangat besar berupa orang miskin baru, kriminalisasi, perselisihan bahkan bunuh diri.

Namun yang disayangkan kebijakan pemerintah sangat kontraproduktif misalnya asimilasi napi dengan alasan untuk menekan penyebaran firus covid 19, namun justru menimbulkan kewaswasan masyarakat lantaran beberapa napi yang dibebaskan malah berulah kembali melakukan kejahatan di tengah masyarakat.

Kebijakan yang berlandas sekuler hanya menyelesaikan masalah fisik semata dan solusinyapun pragmatis dan tambal sulam.

Itulah ciri sistem pemerintahan demokrasi yang nyata telah gagal menangani wabah bahkan AS yang saat ini menjadi kiblat negara demokrasi glagapan ketika corona masuk ke Amerika.

Sungguh setiap kejadian selalu ada ibroh di dalamnya seperti pandemic saat ini kita bisa melihat dengan jelas ketidak mampuan penguasa yang lepas tangan ketika harus menanggung hajat hidup seluruh rakyatnya. Rakyat hanya disuruh tinggal di rumah tapi tidak dipenuhi kebutuhan primernya.

wajar ada sebagian masyarakat yang berstatmen, saya lebih memilih mati karena corona daripada keluarga mati kelaparan di dalam rumah. Miris memang namun banyak di luar sana yang berfikiran hal tsb.

Maka ummat membutuhkan solusi fundamental, penanganan cepat, komprehensif dan itu cuma ada ketika Islam berjaya dan diterapkan secara kaffah mengatur urusan negara hingga keluarga.Wallahu’alam bishowab.[]

Comment