Noor Hidayah, SIP, MPA*: Mencari Sosok Pemimpin Ideal Demi Kemajuan Daerah

Opini737 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Pemimpin dalam keluarga, organisasi, wilayah/daerah hingga Negara adalah tokoh dan sosok panutan.

Dengan berat dan besarnya tanggung jawab yang dipikul seorang pemimpin, memilih pemimpin bukanlah hal main-main. Pilihan ini akan menentukan nasib rakyat dan kemajuan daerah ke depan.

Indonesia, tahun ini akan menggelar perhelatan pemilihan pemimpin daerah serentak (Pilkada). Tak ketinggalan di Kota Tangerang Selatan.

Menilik situasi terkait Pilkada kali ini, pertarungan di Tangsel kian ramai. Sejumlah nama bakal calon Walikota dan wakil Walikota Tangsel sudah mendaftar ke tujuh partai yang sudah menutup penjaringan, yakni PDI-P, PSI, PKB, PPP, PAN, Gerindra, dan Hanura (https://megapolitan.kompas.com).

Sudah ada 46 nama yang tercatat di pendaftaran untuk menjadi bakal calon Walikota dan wakil Walikota Tangsel. Nama-nama tersebut datang dari berbagai macam latar belakang, dari pedagang air minum isi ulang, ojek online, hingga anak Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Dari kalangan artis pun muncul dukungan. Beredar spanduk dukungan kepada Andre Taulany untuk maju lagi di Pilkada. Dukungan kepada Andre ini datang dari kelompok masyarakat yang mengatas-namakan Jaringan Komunitas Politikal. Namun, belum ada keterangan resmi dari pihak Andre terkait maju atau tidak dirinya di Pilkada nanti.

Seperti diketahui, Andre merupakan salah satu artis atau komedian yang pernah mecoba berkompetisi menjadi calon Wakil Walikota Tangsel mendampingi Arsid di Pilkada Tangsel 2010 silam. Namun, pasangan ini mengalami kegagalan. (https://kabartangsel.com).

Pemilihan Walikota Tangsel kali ini dipastikan bakal seru karena kandidat calon Walikota yang mulai bermunculan dinilai tidak begitu dominan. Sehingga peluang calon kandidat Walikota masih dapat bersaing dengan ketat.

Menurut pengamat politik yang juga pendiri Lembaga Survei Konsepindo, Veri Muhlis Arifuzzaman menilai beriaknya situasi jelang Pilwalkot dinilai wajar dan sudah sepantasnya begitu. Alasannya, Tangsel sebagai kota baru yang punya banyak potensi dan sumber daya akan menjadi daya pikat bagi siapapun. Apalagi posisi strategis Tangsel yang merupakan bagian dari megapolitan kawasan ibukota (https://kabartangsel.com).

Terlepas dari hiruk pikuknya bakal calon mempersiapkan diri agar terpilih menjadi Walikota maupun Wakil, pemimpin seperti apakah yang sebenarnya dibutuhkan Daerah agar bisa maju dan mandiri?

Dengan gambaran kondisi masyarakat Tangsel yang masih banyak menghadapi problema, tentu diperlukan Pemimpin yang ideal yang mampu menuntaskan problem tersebut.

Dari sisi ekonomi, berdasarkan data di atas kertas, memang Tangsel mengalami pertumbuhan yang pesat, bahkan sudah di angka 7,2 persen tertinggi di Indonesia dan di atas pertumbuhan ekonomi secara nasional di kisaran angka 5 persen.

Pembangunan perumahan, pusat bisnis, maupun pusat perbelanjaan banyak dilakukan terutama di area Serpong. Tentu saja, ini melibatkan investor swasta bermodal besar. Sementara kondisi rakyat bawah masih banyak yang miskin dan banyak pengangguran.

Fakta bahwa ada warga Tangsel yang tinggal di rumah reot di Kelurahan Mekar Jaya, Serpong, yang berukuran 6×6 dan bagian atapnya hanya ditutupi plastik-plastik maupun triplek bekas, menurut Koordinator Divisi Advokasi dan Investigasi TRUTH Jupry Nugroho, merupakan bukti kalau Pemkot Tangsel tidak memprioritaskan pembangunan masyarakat.

Lebih lanjut Jupry menerangkan bahwa masyarakat tertipu terkait pembangunan, yang di bangun oleh Pengembang bukan Pemkot (www.rolbanten.com).

Problem sosial pun marak di Tangsel. Sepanjang tahun 2019 terdapat kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sebanyak 199 kasus (www.tribunjakarta.com), narkoba sebanyak 389 kasus (www.tangerangnews.com), kasus miras, korupsi dll.

Masyarakat perlu berkaca pada bagaimana memilih sosok pemimpin ideal di dalam Islam.

Dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah. Siapa saja yang memegang amanah kepemimpinan ini pasti akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah SWT di akhirat kelak.

Hakikat kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai pelayan rakyat. Siapa saja yang diserahi Allah SWT untuk mengurus urusan kaum Muslim, baik urusan agama maupun dunia, kemudian ia berkhianat, maka dia telah terjatuh pada dosa besar dan akan dijauhkan dari surga.

Penelantaran itu bisa berbentuk tidak menjelaskan urusan-urusan agama kepada umat, tidak menjaga syariah Allah dari unsur-unsur yang bisa merusak kesuciannya, mengubah-ubah makna ayat-ayat Allah, dan mengabaikan hukum-hukum Allah.

Penelantaran itu juga bisa berwujud pengabaian terhadap hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad untuk mengusir musuh-musuh mereka, dan tidak menegakkan keadilan di tengah-tengah mereka.

Setiap orang yang melakukan hal ini dipandang telah mengkhianati umat. Karena itu generasi terdahulu pada masa lalu umumnya khawatir bahkan takut dengan amanah kepemimpinan (kekuasaan).

Islam tidaklah melarang siapa pun yang ingin berkuasa. Islam pun memandang wajar terjadinya pergolakan yang menyertai proses-proses politik ke arah sana. Masalahnya, bagaimana cara kekuasaan itu didapat, serta dalam kerangka apa kekuasaan itu diraih? Sesungguhnya, jabatan dan kekuasaan adalah amanah yang akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT di akhirat kelak.

Dengan kata lain, jabatan sesungguhnya adalah beban, yang bila tidak ditunaikan dengan sebaik-baiknya, akan membawa pada kehinaan dan penyesalan. Islam sangat mendorong agar para pemimpin —penguasa maupun pejabat negara—selalu bersikap adil.

Sejarah menorehkan para Khulafaur Rasyidin yang terkenal dalam kearifan, keberanian, dan ketegasannya dalam membela Islam dan kaum Muslim. Mereka adalah para negarawan ulung yang sangat dicintai oleh rakyatnya dan ditakuti oleh lawan-lawannya. Mereka juga termasyhur sebagai pemimpin yang memiliki budi pekerti yang agung dan luhur.

Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sosok penguasa yang terkenal sabar dan lembut. Namun, beliau juga terkenal sebagai pemimpin yang berani dan tegas. Tatkala sebagian kaum Muslim menolak kewajiban zakat, beliau segera memerintahkan kaum Muslim untuk memerangi mereka.

Khalifah Umar bin al-Khaththab pun terkenal sebagai penguasa yang tegas dan sangat disiplin. Beliau tidak segan-segan merampas harta para pejabatnya yang ditengarai berasal dari jalan yang tidak benar (Buletin Kaffah edisi 111).

Lalu bagaimana sosok Pemimpin saat ini? Tidak hanya di Tangsel, kasus korupsi yang dilakukan oleh para Kepala Daerah terjadi di mana-mana.

Problem kemiskinan bisa ditemui di daerah-daerah, pun kenakalan remaja, gaul bebas, narkoba, miras dll. Tidakkah kita merindukan kembali kehadiran sosok Pemimpin ideal hadir di tengah-tengah kita?

Pemimpin yang peduli terhadap kepentingan rakyatnya, baik itu Muslim maupun Non-muslim. Sehingga kemajuan dan kemandirian daerah pada khususnya dan bangsa pada umumnya akan terwujud.

Tidak hanya Tangsel, bahkan dunia pun bisa merasakan kemakmuran dan kesejahteraan. Selayaknya kita sebagai warga masyarakat cerdas dalam berpikir dan menentukan sikap. Mungkinkah pemimpin adil lahir dari sistem sekuler yang jauh dari tuntunan Islam?

Sistem yang saat ini justru menghasilkan para pemimpin korup, tidak amanah dan jauh dari sifat adil. Pemimpin yang adil hanya mungkin lahir dari rahim sistem yang juga adil, yakni Islam. Karena Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam bi ash-shawwab. []

*ASN, Tinggal di Tangerang Selatan

Comment