Oleh: Sumiati, Pendidik Generasi dan Member Akademi Menulis Kreatif
______
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Bangsa ini ibarat sudah terjatuh tertimpa tangga pula. Sudah menderita dengan berbagai masalah negeri, ditimpa lagi ekonomi yang makin ketar-ketir.
Dikutip oleh ANTARANEWS.com, Rektor Universitas YARSI Prof dr Fasli Jalal, Sp.GK., Ph.D mengatakan enam juta anak Indonesia terancam kehilangan Intelligence Quotient (IQ) 10 hingga 15 poin akibat terkena kekerdilan (stunting) yang memberikan banyak dampak buruk pada masa depannya.
“Berdasarkan data SSGI tahun 2019, IQ poin anak-anak kita, berkurang 10 sampai 15 poin untuk setiap anak dari enam juta anak Indonesia,” kata Fasli dalam Webinar Peran Grand Parenting dalam Pencegahan Stunting di Jakarta, Jumat, 24 Juni 2022.
Nasib rakyat Indonesia yang terancam stunting tentu tidak masuk akal. Kekayaan alam yang dimiliki negeri ini sangat melimpah. Sayang, negeri ini tidak memiliki kekuatan untuk mengelola sendiri, karena lebih senang memberikannya pada asing yang mengelolanya. Sehingga kekayaan alam dikeruk oleh asing, dan pribumi ibarat ngontrak di negeri sendiri.
Tabi’at mementingkan para penguasa, tak peduli pada rakyat yang seharusnya menjadi tanggungjawab penguasa pengurusannya. Penguasa cenderung menganggap rakyat sebagai objek untuk mendapatkan pendapatan negara dari pajak. Bukan sebagai pengurus dan pelindung masyarakat. Yang terjadi, antara rakyat dan penguasa ibarat penjual dan pembeli.
Jangankan untuk memberi dengan harga murah, yang ada subsidi pun dicabut. Dengan alasan jadi rakyat jangan manja. Apakah mereka tak malu, hakikatnya mereka hidup dari pajak rakyat, lalu siapakah yang sesungguhnya manja? Tentu hal ini makin membuat hubungan antara rakyat dan penguasa tak ada harmonis.
Sangat berbeda dengan sistem pemerintahan Islam. Di dalam Islam, penguasa adalah perisai umat, pelindung dan pengurus umat. Mereka para penguasa, melayani umat dengan segenap kemampuan. Berupaya mandiri, mengelola sumberdaya alam sendiri. Semua diperuntukkan bagi rakyat, bagi kesejahteraannya dan kebahagiaannya. Tentu saja tak akan terjadi yang namanya stunting. Rakyat akan sejahtera tanpa kekurangan pangan.
Dalam hal mengurus rakyat, Rasulullah saw. kemudian para Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah yang banyak, telah memberikan contoh bagaimana menyejahterakan rakyat. Bahkan para penguasa begitu hati-hati dalam menggunakan uang negara. Mereka takut jika ada uang rakyat yang termakan. Bahkan untuk kebutuhan pribadinya pun sangat minim, khawatir jika akan tampak berlebihan hingga menyakiti hari rakyat.
Hal ini hanya terjadi dalam sistem Islam. Untuk itu, saatnya kini umat Islam kembali kepada Islam. Wallahu a’lam bishshawab.[]
Comment