Ummu Ayash Al-Zahra*: Jangan Bergeming Dari Fitnah Di Jalan Dakwah

Opini705 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Hati siapa yang tak bergejolak kala membaca kembali siroh nabawiyah tentang perjuangan Nabi SAW yang mulia saat berdakwah di Mekkah.

Begitu banyaknya kepahitan dan kesengsaraan yang menghimpit serta menyesakkan dada beliau, juga para sahabat saat berjuang di Mekkah.
Bukan hanya itu, kematian menjadi suatu keniscayaan saat itu.

Namun, apa yang dilakukan Rasululullah SAW? Beliau tak surut dan bergeming dari menyerukan Islam kepada penduduk Mekkah yang jahiliyah tersebut. Karena apa yang beliau perjuangkan adalah semata mata mencintai Allah dan Islam yang sempurna ini.

Allah SWT menyebutkan di dalam surat Ash-Shaff ayat 10-13 :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَـٰرَةٍ۬ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٍ۬ (١٠) تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٲلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ‌ۚ ذَٲلِكُمۡ خَيۡرٌ۬ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ (١١) يَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ وَيُدۡخِلۡكُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِہَا ٱلۡأَنۡہَـٰرُ وَمَسَـٰكِنَ طَيِّبَةً۬ فِى جَنَّـٰتِ عَدۡنٍ۬‌ۚ ذَٲلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ (١٢) وَأُخۡرَىٰ تُحِبُّونَہَا‌ۖ نَصۡرٌ۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَتۡحٌ۬ قَرِيبٌ۬‌ۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ (١٣)

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kalian perdagangan yang menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih di akhirat? Perdagangan itu adalah kalian beriman kepada Allah, beriman ke­pada Rasul-Nya dan kalian berjihad untuk membela Islam dengan harta kalian dan jiwa kalian.

Keimanan dan jihad itu adalah lebih baik bagi kalian, jika kalian benar-benar menyadari beratnya adzab akhirat. Allah akan mengampuni semua dosa kalian. Allah memasukkan kalian ke dalam surga-surga. Surga-surga itu di bawahnya mengalir sungai-sungai.

Allah memasukkan kalian ke tempat tinggal yang indah dalam surga ‘Adn. Itu semua adalah kemenangan yang besar. Hal lain yang kalian inginkan adalah pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Wahai Muhammad, berilah kabar gembira kepada orang-orang mukmin.“

Dakwah bagaikan meretas jalan baru yang dipenuhi onak dan duri, karena itulah sejatinya perjuangan, dan janji Allah begitu indah di sanubari para pengemban dakwah. Dia menjanjikan kemuliaan hidup dan surga Firdaus bagi kesyahidannya.

Kini, perjuangan dakwah kita tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, rintangan dan halangan dakwah menjadi makanannya, sekalipun begitu kita tak boleh bergeming dari jalan dakwah ini.

Ingatkah kita kisah tentang Zainab Al Ghazali dari negeri Mesir, seorang mujahidah sejati yang kisah perjalanan hidupnya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menyadari dahsyatnya kekuatan tawakkal kepada Allah. Ia lahir pada tahun 1917. Wanita ini merupakan seorang aktivis wanita dari Mesir.

Zainab Al Ghazali wanita yang tak takut menyuarakan kebenaran, hingga dinginnya penjara pernah ia rasakan dan dengan segala siksaan yang beliau terima disana.

Pahit dan perihnya tusukan onak tak membuatnya bergeming dari jalan dakwah sebagai pertanda kekuatan aqidah yang menghujam di hati seorang muslim yang mampu mengantarkan kita pada ridha-Nya, meskipun pengorbanan yang ada datang bertubi-tubi.

Haruskah kita merengek dan mengeluh? padahal baru sekedar menerima penolakan dan kebencian terhadap dakwah, belum luka menyayat di tubuh.

Seharusnya kita malu dengan kemurahan yang Allah SWT berikan kepada kita bahwa rintangan dan fitnah dakwah yang kita sekarang ini tidak seberat yang dialami para pendahulu.

Yakinlah, Allah SWT akan memudahkan jalan dakwah karena sesungguhnya kita sedang meninggikan kalimat Allah dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru bumi.

Kemenangan akan kita temui selama keyakinan masih terpatri di sanubari para pengemban dakwah.

Syaikhut Tarbiyah, almarhum Ustadz Rahmat Abdullah pernah menuliskan dalam butir- butir taujihnya gambaran tentang semangat perjuangan :

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.[]

Comment