Abu Bakar Sang Pembenar 

Opini669 Views

 

Oleh: Ratu Rianti, Penulis novel Merajut Cinta Hakiki

__________

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA— Pemuda saat ini sedang sibuk dengan dunianya masing-masing, terus digiring para kapital untuk menghasilkan karya dengan iming-iming materi dan ketenaran hingga begitu sulit menerima kebenaran yang telah sampai kepadanya.

Berbanding terbalik dengan pemuda di masa Islam. Sebut saja Abu Bakar Ash-sidiq salah satu sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam yang selalu membenarkan apa saja yang disampaikan Nabi.

Beliau lahir pada tahun 572 M dan wafat pada tanggal 21 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus 634 M, dengan nama lahir Abdullah bin Abi Quhafah. Namun lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Ash-Sidiq, beliu adalah salah satu pemeluk Islam masa awal dan salah satu sahabat utama Nabi. Beliau juga khalifah pertama sepeninggal Nabi Shalallahu alaihi wasallam sekaligus ayah mertua lelaki Agung Muhammad Saw.

Abu Bakar r.a. menjadi Khalifah selama 2 tahun, 2 bulan, dan 14 hari sebelum meninggal karena sakit. Beliau juga salah satu dari empat Khalifah yang mendapat gelar Khalifatu Ar-rasyidin (pemimpin yang diberi petunjuk).

Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memberikan gelar Ash Sidiq (yang berkata benar) setelah Abu Bakar membenarkan dengan adanya pristiwa Isra Mi’raj Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, sehingga Beliau lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Ash Sidiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan di Mekah dari keturunan Bani Tamim , dengan suku bangsa Quraisy. Beberapa sejarawan Islam mencatat Abu Bakar adalah seorang pedagang, seorang yang terpelajar, hakim dengan kedudukan tinggi.

Abu Bakar Ash-Shiddiq sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam sejak sebelum Islam datang, masuk Islamnya beliau kabarnya ajakan langsung dari Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Setelah masuk Islam Abu Bakar Ash-Shiddiq segera mendakwahkan Islam kepada sahabatnya Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqqas dan beberapa tokoh penting lainnya yang kemudian para sahabat tersebut memeluk Islam dan menjadi pelopor bagi perjuangan Islam hingga akhir hayatnya.

Abu Bakar Ash-Shiddiq paham betul bahwa agama yang dibawa oleh Muhammad Shalallahu alaihi wassalam adalah agama yang hak, karena bersumber dari Sang Pencipta oleh karena itu beliau menerima Islam dengan segenap jiwanya. Sementara istrinya yaitu Qutaylah binti Abdul Uzza tidak menerima ajaran Islam sebagai agama, sehingga Abu Bakar r.a. menceraikannya, dan istrinya yang lain, Ummu Ruman, memeluk Islam. Juga semua anaknya kecuali dengan ‘Abd Rahman bin Abu Bakar r.a, sehingga Abu Bakar r.a dan ‘Abd Rahman berpisah.

Abu Bakar As-Sidiq, beliaulah yang selalu mengatakan, ‘Benarlah Anda’ kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam tanpa ragu sedikitpun membenarkan semua perkara yang disampaikan olehnya. Beliau yang menemani Nabi Shalallahu alaihi wassalam di kala hijrah, walau beliau tahu betul orang-orang Quraisy akan mengerahkan segenap kekuatan mereka untuk melenyapkan Nabi Shalallahu alaihi wassalam.

Peranan apakah yang dipilihkan Allah SWT untuk sahabat mulia ini, lelaki yang bukanlah Nabi tetapi ia akan melanjutkan peranan yang dipegang oleh Nabi?

Beliau pengganti Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memimpin kaum muslimin dalam penerapan syariat Islam, Khalifah pertama Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Pemimpin umat yang tunduk dan taat sepenuhnya kepada syari’at yang telah diturunkan Allah SWT.

Ketika untuk kali pertama beliau melangkahkan kaki, penuh rasa malu sambil tak lepas menunjukkan pandangannya Ke arah mimbar Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, yaitu mimbar yang selama ini ditempati Nabi Shalallahu alaihi wassalam untuk menyeru Kaum Muslimin, mengajak mereka kepada petunjuk Allah SWT. Kini Abu Bakar r.a. yang menaiki mimbar tersebut sampai di anak tangga kedua lalu duduk, tak ingin mengizinkan dirinya untuk menaiki anak tangga berikutnya. Kini beliau tampil di hadapan Kaum Muslimin untuk membacakan ikrar:

“Hai Kaum Muslimin, saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian, tetapi itu tidak berarti bahwa saya adalah yang terbaik di antara kalian. Maka jika saya benar, bantulah dan jika saya salah, betulkanlah!

Ingatlah, orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat di sisiku, hingga aku serahkan haknya kepadanya!
Dan ingatlah, orang yang kuat di antara kalian menjadi lemah di sisiku, hingga aku ambil yang bukan haknya daripadanya.

Taatilah aku selama aku mentaati Allah dan Rasul-Nya! Dan jika aku tidak taat maka tak ada keharusan bagi kalian untuk mentaatiku!”

Dengan kalimat tersebut Abu Bakar r.a. telah meletakkan tanggungjawabnya sebagai seorang pemimpin yang dipercaya, dan mengungkapkan intisari setiap pemerintahan yang baik. Beliau menegaskan bahwa kepemimpinan itu bukanlah untuk suatu keagungan, melainkan tugas dan kewajiban.

Khalifah tersebut benar-benar membuktikan perkataannya, Abu Bakar r.a. memimpin umat dengan Rahmat, kesejahteraan dan ketentraman hidup.

Diawal kepemimpinannya muncul ujian berat, yaitu pemberontakan. Datang dari orang murtad, ini merupakan tantangan yang sengit, bersyukur Allah memberikan pertolongan dan memberi kemenangan gemilang padanya. Selanjutnya banyak orang menolak membayar zakat, tetapi semua bisa diatasi oleh pemimpin Kaum Muslimin ini.

Kesederhanaan Abu Bakar r.a. merupakan unsur terpenting dari kebesarannya, sebelum menjadi Khalifah beliau telah terbiasa memberikan pelayanan yang istimewa kepada penduduk yang mendiami lorong-lorong. Di antara tetangganya terdapat wanita-wanita tua yang telah menjadi janda disebabkan kematian suami mereka, atau gugur sebagai syuhada. Terdapat juga anak-anak yatim yang telah kehilangan ayahnya maka Abu Bakar r.a. biasa mengunjungi dan memerahkan susu domba untuk mereka, dan memasakkan makanan bagi anak-anak yatim tersebut.

Wanita-wanita tua tadi mendengar bahwa Abu Bakar r.a. sekarang telah menjadi Khalifah, mereka menduga tak akan mendapatkan pelayanan istimewa lagi darinya.

Tetapi dugaan mereka meleset, pada suatu hari Abu Bakar r.a mengetuk pintu sebuah rumah maka seorang anak perempuan membukakan pintu, lalu ia berseru, “Pemeran susu kita, wahai Ibu!”

Ketika ibunya datang, kiranya ia berhadapan dengan seorang Khalifah lalu berkata pada puterinya dengan rasa malu, “Hai dungu! Kenapa tidak kamu sebutkan Khalifah Rasulullah!”

Abu Bakar r.a menjawab, “Biar, tak apa! Sungguh ia telah memanggil namaku dengan perkataan yang paling aku sukai di hadapan Allah!”

Memang beliau adalah pemerah susu domba untuk wanita-wanita tua dan mengadon tepung untuk membuat roti bagi anak-anak yatim.

Sungguh kesederhanaan Abu Bakar r.a. yang gemar berbuat baik, sikap kasih dan santunnya merupakan hal yang luar biasa. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam telah bersabda, “Yang paling pengasih di antara umatku terhadap umatku adalah Abu Bakar.”

Abu Bakar r.a. memiliki hati dan perasaan yang peka terhadap kesengsaraan manusia, juga memiliki kemauan yang penuh berkah akan segera turun tangan untuk melakukan pesan-pesan hatinya yang lembut dan penyantun.

Begitulah seharusnya setiap pemuda muslim ketika diserukan Islam padanya. Bersegera untuk melaksanakan seluruh perintah Allah dan Rasul-Nya tanpa tapi dan tanpa nanti. Wallahu a’lam.-[]

*Sumber buku Khulafaur Rasyidin.

Comment