Agustina Amalia*: Pandemi Covid-19 Dapat Diredam Dengan Kinerja Gerak Cepat Dan Tepat

Opini724 Views

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA – Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan munculnya virus mematikan yang berasal dari Wuhan Cina dalam beberapa bulan ini.

Wabah pun kini meluas hampir di seluruh dunia dan menjadi pandemi yang begitu cepat sebarannya hingga ke seluruh dunia. Itulah pandemi covid-19.

Tak terkecuali Negara kita pun turut terkena imbas wabah ini. Terhitung pada tanggal 2 maret sudah ditemukan korban positif Corona di Indonesia.

Menanggapi hal tersebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam laman cnni, Jumat (13/3) telah menegaskan dirinya sebagai pemimpin langsung task force atau satuan tugas untuk menangani persebaran virus corona (Covid-19), yang disampaikan langsung oleh Presiden saat melakukan jumpa pers kala menginspeksi Bandara Soekarno-Hatta sebagai salah satu gerbang Indonesia dengan dunia.

Tak hanya langsung task force dalam menanganinya, Presiden Joko Widodo juga langsung menyerahkan status darurat di daerahnya kepada masing masinh kepala daerah.

Presiden menilai tingkat penyebaran corona Covid-19 derajatnya bervariasi di masing-masing daerah.

Presiden sebagaimana dilansir liputan6, Ahad (15/1/2020) meminta kepada seluruh gubernur, bupati, walikota untuk terus memonitor kondisi daerah dan terus berkonsultasi dengan pakar untuk menelaah situasi yang ada.

Menanggapi hal tersebut, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai bahwasanya tidak efektif bila dikembalikan kedaerah-daerah terkait status bencana terutama kasus corona tersebut, sebab dikhawatirkan berbeda pendapat.

Ali Sera seperti dikutip detik, Ahad (15/3/2020) mengatakan bahwa dalam kondisi pandemik, kebijakan yang berbeda-beda tidak efektif. Pola Pak Jokowi menyerahkan pada kepala daerah seperti lepas tanggung jawab. Mesti ada satu kebijakan nasional yang diikuti oleh seluruh pihak, termasuk seluruh kepala daerah. Pandemic ini tidak mengenal daerah.

Bila pemerintah pusat menyerahkan kebijakannya kepada masing-masing daerah akan muncul ketidaksinkronan antara kebijakan yang ada di pusat dan daerah. Bagi daerah yang tidak terlalu terdampak bisa saja mengambil keputusan biasa saja. Padahal hal ini sangatlah berpengaruh dan membuka peluang besar tersebarnya wabah tersebut.

Pemberian kebijakan seperti ini juga menunjukkan kurang cepat dan sigap pemerintah terhadap tanggung jawab pemerintah di tingkat pusat dalam menanggulangi wabah tersebut.

Seharusnya pemerintah sebagai pemilik otoritas di negeri ini dengan tegas dan penuh tanggung jawab menyampaikan kebijakannya secara Nasional yang kemudian dipatuh oleh masing masing pemerintah daerah dengan sikap yang sama.

Kita ketahui saat ini, pertanggal 22 Maret 2020 terdapat 514 orang dikonfirmasi sebagai positif corona, 437 Dalam Perawatan, 29 Sembuh, dan 48 Meninggal. Berdasarkan media Harian Covid-19,  dari data sebelumnya terus menunjukkan kenaikkan yang signifikan dan mengkhawatirkan.

Di sini terlihat sekali bagaimana pemerintah kurang cepat menangkal penyebaran virus tersebut sehingga mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang terus bertambah.

Bagaimana tidak bertambah, Joko Widodo selaku komandan satgas telah gagal membendung masuknya corona ke Indonesia dengan cepat dan tepat.

Adanya ketidaksinkronan antara kebijakan pusat dan daerah, menambah pelik masalah saat ini. Sebab resiko merebaknya virus itu ke Indonesia sudah diperingatkan berbagai pihak. Baik dari pakar medis, media massa, penelitian luar negeri, hingga badan kesehatan dunia (WHO) yang menyatakan corona sebagai pandemi pada 11 Maret lalu.

Namun, itu semua tidak digubris dengan baik oleh pemerintah Indonesia, justru pemerintah masih membuka peluang wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia dengan tiket murah, perjalanan domestik maupun luar negeri masih dibuka, serta menggelontorkan sejumlah dana yang besar untuk mengajak influencer memperkenalkan wisata Indonesia.

Sejak awal kasus itu merebak pun yang justru terlihat adalah bagaimana komunikasi publik tidak pantas disampaikan para pembantunya (dalam hal ini para pejabat tinggi).

Pernyataan yang buruk dan komunikasi yang tak sinkron disampaikan oleh para pembantu Jokowi kepada khalayak publik. Dimana seharusnya pencegahan lebih baik dari pada mengobati, kini hanyalah menjadi slogan semata.

Langkah pencegahan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia pun lamban di gerbang-gerbang wilayah Indonesia.

Seiring jatuhnya banyak korban, Rizal Ramli dalam cuitannya mengatakan Indonesia hari ini tidak punya pemimpin.

Lantas bagaimana saat ini? Nasi telah menjadi bubur. Oleh karena itu dibutuhkan gerak cepat pemerintah pusat terutama Sang Presiden Joko Widodo dalam mengambil keputusan dan kebijakan yang tepat. Tak terkecuali tetap memperhatikan dunia medis, koordinasi dengan pemerintah daerah, komunikasi dengan publik, hingga dunia.

Presiden selaku kepala negara harus melindungi warga negaranya tanpa terkecuali dan memastikan pula para anak buahnya agar tak lagi asal berbicara atau membuat pernyataan sembrono kepada publik yang justru menambah kekisruhan. Tidak boleh lagi menganggap sepele permasalahan ini, sebab sampai kapan masyarakat harus bertahan?

Pandangan Islam Terhadap Wabah Corona

Virus corona adalah makhluk sebagaimana makhluk-makhluk Allah lainnya, dan ia tidaklah bergerak kecuali atas izin Allah ta’ala yang menciptakannya.

Oleh karenanya, kita berlindung dari wabah ini kepada Allah sebelum kita berlindung kepada kemampuan diri kita sendiri atau kemampuan makhluk lainnya. Sebagaimana Allah berfirman:

“Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dialah Maha Penyayang di antara para penyayang”. (QS Yusuf, Ayat 64)

Di samping berlindung kepada Allah, tentunya kita sebagai seorang manusia juga harus berikhtiar dengan melakukan usaha pencegahan agar virus ini tidak menular kepada diri kita atau kepada orang-orang sekitar.

Ikhtiar dalam sekala individu dilakukan dengan cara-cara yang dianjurkan oleh para ahli, seperti rutin cuci tangan, menjaga kesehatan dan lainnya.

Adapun ikhtiar dalam skala berjamaah, dapat dilakukan dengan cara melakukan pencegahan-pencegahan agar virus ini tidak merambah ke skala yang lebih luas seperti mengisolasi diri / social distancing kepada mereka yang terkena virus atau mereka yang tercurigai terkena virus.

Ikhtiar ini hendaklah dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang serta masyarakat pada umumnya. Sebagaimana hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi:

“Apabila kalian mendengar tentangnya (wabah penyakit) di sebuah tempat, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, dan bila kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar daripadanya sebagai bentuk lari daripadanya”. (HR.Bukhari dan Muslim)

Setelah melakukan ikhtiar tersebut, maka pada akhirnya semua kita serahkan kepada Allah Swt. Bertawakkal kepada Allah. Karena hidup dan mati kita sebagai seorang hamba semua berada di tangan-Nya.

Penanganan corona butuh negarawan dan sistem yang benar. Penanganan terhadap Corona tidak mungkin dapat dilakukan sendiri-sendiri. Menangani Corona butuh negarawan dan petundangan yang Benar.

Penguasa yang bisa memimpin dengan benar haruslah yang bermental negarawan, bukan sekadar politisi karbitan.  Selain butuh pemimpin negarawan, Indonesia juga butuh sistem yang benar yakni Islam Kaffah sebagai solusi atas semua masalah, termasuk corona.

Ujian dan cobaan dihadirkan agar sadar kembali ke jalan Allah. Kembali ke jalanNya harus kaffah. Karena sempurnanya Islam pasti bisa menyelesaikan tiap masalah.[]

*Mahasiswi  IAIN Samarinda
Fakultas, f:arbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Comment