Anak, Merupakan Aset Bagi Orang Tua di Akhirat

Opini50 Views

 

Penulis: Nelliya Azzahra | Novelis

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Memiliki anak bagi pasangan suami istri merupakan tujuan pernikahan. Jadi kalau ada pasangan yang memiliki pemikiran clild free setelah menikah sepertinya perlu berpikir ulang.

Menurut perspektif Islam, ada anjuran untuk memiliki anak sebagai generasi penerus keturunan yang tertuang dalam Al-Qur’an, yaitu Q.S Al-Furqan: 74 dan Q.S Al-Kahfi: 46. Jadi, lebih baik buang jauh-jauh pemikiran tersebut.

Orang tua pada umumnya pasti menginginkan segala yang terbaik bagi anaknya. Memberikan pendidikan, makanan, tempat tinggal, kasih sayang, dan semua kebutuhan anak tanpa terkecuali. Dengan begini harapan orang tua kelak anak-anak tumbuh dengan baik.

Menyaksikan fisik mereka sehat, cerdas, aktif, adalah kebahagiaan yang tak bisa ditukar dengan apapun. Apalagi jika anak-anak menjadi qurota a’yun bagi kedua orang tuanya. Ini akan menambah poin kebahagiaan tersebut.

Namun, itu semua adalah hasil. Untuk mencapai hasil tersebut tentunya ada proses dan usaha yang tidak main-main. Jika orang tua menginginkan anak-anak yang bukan hanya sehat secara jasmani, tapi juga menginginkan anak-anak solih-salihah. Anak-anak yang bersyaksiyah islamiyah. Berarti ada usaha yang harus dioptimalkan.

Lalu upaya apa yang dapat orang tua lakukan?

Didik anak-anak kita dengan pemahaman agama yang benar. Didikan ini bisa dimulai dari dalam kandungan.
Janin sudah bisa mendengar sejak berada di dalam kandungan, yaitu sekitar usia kehamilan 23–27 minggu.

Ketika mau salat, ajak. “Nak, kita salat, yuk.”

Ketika mau membaca Al-Qur’an, mengkaji Islam, dan ibadah lainnya jangan lupa lakukan juga hal demikian. Sering-sering juga perdengarkan bacaan ayat suci Al-Qur’an pada bayi dalam kandungan. Banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan oleh si bayi.

Saat lahir ini akan lebih mudah karena anak-anak bisa menggunakan fungsi inderanya. Sehingga orang tua dapat berkomunikasi secara langsung. Dengan lisan maupun gerakan memperagakan. Kemudian, satu hal penting ini jangan sampai dilupakan. Apa? Yaitu senantiasa mendoakan mereka. Karena bagaimanapun penggenggam hati setiap makhluk adalah Allah. Termasuk hati anak-anak kita.

Upaya-upaya demikian diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Jika pun belum, kita berserah kepada Allah. Karena kita hanya bisa mengupayakan semaksimal mungkin. Namun hasilnya tetap kita serahkan kepada Allah.

Semoga anak-anak kita kelak dapat menjadi aset akhirat kita. Yang saya maksud aset akhirat di sini adalah anak-anak kelak bisa menjadi amal jariyah bagi kedua orang tuanya. Dimana amal jariyah ini yang akan tetap mengalir saat orang sudah meninggal. Saat sudah terputus akan urusan dunia.

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: “Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim No. 1631).

Memiliki anak sendiri prosesnya tidaklah mudah. Dari mulai hamil. Ada gejala morning sickness, kram perut, ngidam dan lainnya. Kemudian saat melahirkan. Di mana rasa sakit luar biasa khususnya yang dirasakan olehpara bunda.

Tidak berhenti sampai di sana kan. Setelah lahir mereka harus dididik oleh kedua orang tua dan dijaga 24 jam. Proses ini melelahkan, pasti. Namun, selelah apapun itu kita orang tua tidak boleh menyerah. Kenapa? Karena Allah menyiapkan balasan pahala atasnya. Atas lelah, keringat, dan air mata kita orang tua.

“Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuan, lalu ia berbuat baik kepada mereka, niscaya mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen)” (HR. Muslim).

Wahai para orang tua, jadikan anak-anak kita sebagai ladang pahala untuk kita. Wallahu a’lam bishshawab.[]

Comment