Penulis: Lilik Solekah, S.H.I. | Ibu Peduli Generasi.
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Miris, kondisi negeriku sedang tidak baik-baik saja. Terbukti dengan sejumlah RS/RSJ bersiap menangani caleg depresi akibat gagal terpilih. Dalam berita antara news psikiater menyebutkan bahwa caleg tanpa tujuan jelas akan rentan mengalami gangguan jiwa. Sehingga persiapan ini sebagai antisipasi berdasarkan pengalaman pemilu-pemilu sebelumnya. Fenomena ini membuktikan bahwa pemilu dalam sistem hari ini rawan mengakibatkan gangguan mental.
Wajar saja, pemilu hari ini berbiaya tinggi, pasti membutuhkan perjuangan besar bahkan dengan mengerahkan segala macam daya upaya untuk meraih kemenangan. Dari mulai yang mistis hingga upaya yang realistis mereka tempuh. Ada yang rela bayar dukun dengan mahal untuk nyuwuk jampi-jampi demi kemenangan ini.
Ada capres yang berjanji akan menaik umrohkan calon pemilih secara gratis. Bahkan sekelas caleg juga ada beberapa yang berani mengutarakan janji umroh gratis bagi pemilihnya. Serta memberikan undian selain umroh gratis, yaitu berupa sepeda motor, sepeda listrik, logam mulia, kulkas, mesin cuci, televisi LED, rice cooker, kipas angin dan hadiah hiburan lainnya.
Ada yang berani mempertaruhkan membangun jalan aspal sebelum pemilu asalkan penduduk di sepanjang jalan tadi mau bertanda tangan untuk memilihnya. Dari sini tentu tidak sedikit biaya yang dikeluarkan dari kantong sekedar buat mempertaruhkan dirinya agar terpilih dalam kancah pesta demokrasi ini.
Di satu sisi, saat ini jabatan menjadi sebuah impian beras, karena dianggap dapat menaikkan harga diri / prestise, juga jalan untuk mendapatkan keuntungan materi dan kemudahan / fasilitas lainnya. kekayaan akan terjamin ketika menjabat dalam demokrasi. Jika sebagai rakyat uangnya dikorupsi maka jika jadi pejabat bisa sebaliknya bisa mengkorupsi.
Sedangkan di sisi lain lagi kekuatan mental seseorang akan menentukan sikap seseorang terhadap hasil pemilihan didukung faktor pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap kekuatan mental seseorang. Faktanya, Pendidikan kini gagal membentuk individu berkepribadian kuat. terbukti dengan adanya data meningkatnya kasus gangguan mental di masyarakat dan rapuhnya mental generasi.
Inilah potret demokrasi yang lahir dari rahim sistem sekuler kapitalisme di mana tujuan hidup adalah materi duniawi dan mengesampingkan urusan akhirat yang diserahkan pada individu.
Sangat berbanding terbalik dengan Islam di mana memandang kekuasaan dan jabatan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, dan harus dijalankan sesuai ketentuan Allah dan RasulNya.
Selain itu dalam sistem Islam juga didukung dengan sistem pendidikan Islam yang mampu menghantarkan pada individu-individu muslim menjadi orang yang memahami bahwa kekuasaan itu adalah amanah.
Terakhir, islam mewajibkan individu agar beriman pada qadha dan Qadar yang telah ditetapkan Allah, sehingga mampu melahirkan individu yang selalu dalam kebaikan karena selalu bersyukur dan bersabar terhadap apapun yang menimpa manusia.
Ketika ikhtiar sudah dimaksimalkan dengan tidak keluar dari pakem hukum syara’ dan ketika Allah menghendaki yang lain maka manusia yang menyandarkan dirinya penuh pada Allah atas qadha yang terjadi terhindar dari gangguan mental.
Dari sini kita bisa simpulkan bahwa berbanding terbalik antara sistem islam dan sistem sekuler. Sehingga wajar jika dalam demokrasi mental masyarakat itu rapuh sedang dalam sistem islam mental masyarakat akan kokoh.
Maka pilihan itu tergantung kita. Mau memilih kapitalisme atau Islam yang konsekuensinya pasti akan dipertanggung-jawabkan kelak di hadapan Allah sesuai dengan firman-Nya dalam quran surat Al Insyiqaq ayat 13:
“Sebab Manusia Menerima Catatan Amal dari Sebelah Kiri. Apa-apa yang dicatat itu akan dipertanggungjawabkan mereka di akhirat”.[]
Comment