Antara Mencintai Rasulullah dan Mengambil Islam Sebagian

Opini156 Views

 

Penulis: Khaeriyah Nasruddin | Mahasiswi Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Rabiul Awal selalu ditandai sebagai bulan kelahiran Rasulullah. Pada bulan ini perayaan-perayaan seperti tabligh akbar, tausiyah, termasuk hiburan dibuat dalam nuansa islami. Stasiun TV pun tak mau ketinggalan menawarkan tema serupa untuk memperingati hari kelahiran Rasulullah.

Demikianlah umat bersuka cita merayakan hari kelahiran beliau. Namun apakah kelahiran beliau hanya sebatas dirayakan dalam bentuk seremonial belaka?

Apakah luapan kegembiraan ini bisa dikarakan sebagai bukti cinta kepada Beliau? Tentu tidak sebatas itu, sebab cinta kepada Rasulullah tidak hanya ditunjukkan dengan perayaan dan kata tapi meneladani Beliau dalam menjalani dan menata kehidupan juga satu bukti cinta yang besar kepada Beliau.

Rasululah sebagai utusan Allah tidak hanya menunjukkan diri sebagai nabi tapi juga sebagai pemimpin dalam negara. Beliau telah memberikan banyak contoh yang wajib diikuti dan pantas diterapkan dalam lini kehidupan, mulai dari persoalan akidah, ibadah, muamalah, ekonomi termasuk dalam hal pemerintahan.

Sebagai umat yang mencintai Beliau, sudah tentu kita arus mengambil semua yang dicontohkan dan diterapkan oleh Rasulullah tanpa pilah-pilih.

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS Al-Ahzab : 21)

Meneladani Rasulullah juga perlu dalam hal kepemimpinan karena tak ada role model kepemimpinan ideal selain Beliau. Beliau bahkan telah menunjukkan sikap bagaimana seharusnya pemimpin ketika negeri ini minus karakter pemimpin ideal dan santun.

Kemuliaan akhlak Beliau dalam upaya mengayomi rakyat tanpa ada pencitraan. Beliau mengurusi rakyat dengan adil tanpa condong pada satu golongan kaya saja. Beliau memenuhi kebutuhan rakyat tanpa memberi hak istimewa kepada keluarga juga tanpa kebal hukum.

Sekali salah dan melakukan pelanggaran syariat maka tak ada ampun apalagi sogokan, beliau bahkan mengatakan sendiri lewat lisannya dengan tegas,

“Sesungguhnya yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya. Sebaliknya jika orang rendahan yang mencuri, mereka tegakkan hukuman terhadapnya. Demi Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya!”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Inilah karakter yang beliau tunjukkan sebagai pemimpin dengan memberlakukan hukum secara adil termasuk kepada keluarganya. Tidak hanya itu beliau juga menerapkan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu sistem pemerintah dengan konsep islam.

Di bawah hukum inilah negara yang Beliau perintah mampu dan berhasil menciptakan peradaban mulia dan disegani oleh musuh.

Sepanjang Beliau menerapkan hukum ini tak pernah ada kompromi ataupun memilih aturan Allah berdasarkan keuntungan sebagian pihak, efeknya umat islam menjadi umat yang maju, kuat, berkarisma dan hidup di bawah kesejahteraan, karena mereka terus mendapatkan limpahan keberkahan dari pemilik semesta, Allah swt.

Demikianlah Rasulullah menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya sosok pemimpin dan bagaimana Beliau mengambil islam secara sempurna dan menerapkannya dalam sendi-sendi kehidupan, mulai dari level individu, keluarga, lingkungan bahkan sampai negara.

Semoga momentum maulid ini membuat kecintaan kita kepada beliau semakin besar dengan mencontoh apa yang beliau lakukan, termasuk menjadi bagian orang-orang yang memperjuangkan islam agar tegak dalam sebuah konstitusi.

Bila Rasulullah menjadikan islam sebagai aturan yang diterapkan dalam hidup, kenapa kita sebagai umatnya hanya mengambil sebagian? Sungguh cinta kepada Rasulullah bukan setengah-setengah tapi mencintainya secara penuh adalah kewajiban.[]

Comment