Bayi Jadi Komoditas, Kapitalisme Renggut Naluri Kemanusiaan

Opini151 Views

 

Penulis: Faizul Firdaus, S.Si | Pemerhati Politik dan Kebijakan Publik

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Laman kompas (13/12/24) mengungkap dugaan seorang bidan menjual sekitar 60 bayi di Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Polisi tengah melakukan pendalaman terhadap kasus ini dan telah mengantongi 66 identitas orang tua bayi yang diketahui dari catatan milik pelaku. Polisi akan memanggil para orang tua bayi tersebut.

Kasus perdagangan bayi bukan terjadi kali ini saja. Kasus ini sudah kerap berulang dengan pelaku dan tempat yang berbeda. Berulangnya kasus sejenis itu, tentu membuat kita perlu mengoreksi sistem kehidupan yang diterapkan hari ini.

Bila kita perhatikan fenomena perdagangan bayi ini lebih dalam,  tidak lepas dari beberapa faktor seperti lemahnya iman, kemiskinan, dan pergaulan bebas.

Tidak dimungkiri bahwa masyarakat kita hari ini dibesarkan dalam atmosfer masyarakat sekuler yang memisah agama dari kehidupan sehari-hari. Atmosfer tersebut membuat masyarakat tidak dididik untuk taat beragama dalam segala hal. Agama hanya ditempatkan sebagai pemenuhan dahaga spiritual saja. Agama idak ditempatkan sebagai pengatur aktifitas kehidupan sehari-hari. Ini yang mengakibatkan level keimanan dan ketaqwaan masyarakat menjadi sangat rendah.

Pemahaman agama masyarakat sangat dangkal dan tidak lagi faham rambu-rambu halal haram. Inilah yang menyebabkan masyarakat kerap menempuh jalan yang diharamkan bila terhimpit masalah. Apalagi bila faktor ini kemudian bertemu dengan faktor kemiskinan.

Kemiskinan kerapkali membutakan mata. Alasan ekonomi seringkali membuat para pelaku kriminalitas berbuat melanggar hukum. Apalagi kemiskinan tersebut menimpa masyarakat yang minus iman.

Ketika kemiskinan ini merajalela,  artinya problem tidak hanya karena individu yang tidak giat bekerja tetapi  lebih dari itu, yaitu kemiskinan struktural.

Kemiskinan struktural adalah kondisi di mana masyarakat secara luas terbatas akses terhadap sumber-sumber ekonomi ini diakibatkan sumber-sumber ekonomi telah dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat.

Inilah tabiat sistem ekonomi kapitalis. Sumber daya alam secara legal diswastanisasi atau diserahkan kepemilikan dan pengelolaannya kepada swasta bahkan asing.

Dengan begitu, masyarakat umum tidak mendapat akses luas terhadap sumber-sumber ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan.

Kemiskinan struktural berkontribusi terhadap besarnya angka kemiskinan. Penduduk miskin itu tidak hanya karena mereka malas bekerja tetapi karena memang secara umum kondisi masyarakat itu minim akses terhadap sumber-sumber kekayaan atau sumber-sumber ekonomi.

Faktor ketiga adalah maraknya pergaulan bebas. Ketika berbicara tentang maraknya perdagangan bayi ini tidak lepas dari bayi-bayi yang lahir dengan kondisi kehamilan yang tidak diinginkan.

Penyumbang terbesar kehamilan yang tidak diinginkan adalah karena hubungan seksual di luar nikah. Pergaulan bebas menjadi salah satu pemicu terjadinya fenomena perdagangan bayi.

Pergaulan bebas di tengah masyarakat  terjadi akibat kehidupan sekuler kapitalistik.  Lemahnya Iman membuat mereka tidak lagi paham halal dan haram ketika melakukan perbuatan.

Perbuatan seringkali hanya didorong oleh keinginan nafsu bukan diatur dan distandarkan dengan dasar yang benar yaitu halal dan haram.

Hal ini dipengaruhi pula oleh sistem informasi yang melingkari masyarakat dengan informasi-informasi rendah dan hanya berputar pada aspek seksualitas yang semakin mendorong masyarakat berperilaku menyimpang.

Iklan-iklan dan tayangan hiburan di media apapun tidak luput dari menonjolkan aspek seksualitas. Pada akhirnya semua menjadi faktor tidak kunjung selesainya kasus atau fenomena perdagangan bayi.

Islam sebagai sebuah agama dan jalan hidup memiliki kemampuan menyelesaikan persoalan ini. Terkait keimanan dan ketakwaan, Islam menetapkan kurikulum dalam dunia pendidikan. Sebuah kurikulum yang menekankan pada pembentukan ketakwaan kepada Allah SWT. Masyarakat diedukasi dengan informasi-informasi yang salih yang  menghadirkan ketakwaan secara komunal.

Kemiskinan struktural ini diselesaikan oleh Islam yang mengatur bahwa sumber daya alam adalah milik umum yang tidak bisa diserahkan pada swasta apalagi asing. Hal ini sebagaimana yang Rasulullah sebutkan bahwa kaum muslimin itu berserikat pada tiga hal yaitu air api dan Padang gembalaan.

Para ulama mentafsirkan bahwa segala sumber daya perairan, energi dan vegetasi itu adalah aset milik umum yang tidak boleh diserahkan kepada swasta apalagi asing. Semua dikelola oleh negara dan hasilnya akan dikembalikan lagi untuk pemenuhan pemenuhan kebutuhan rakyat.

Ini membuat kemiskinan struktural itu menjadi hilang, karena rakyat akan terpenuhi segala kebutuhannya. Negara dalam kondisi sangat mampu memenuhi kebutuhan mendasar bagi rakyatnya. Harga bahan pokok murah atau bahkan gratis.

Terkait sistem informasi, negara menetapkan satu regulasi informasi yang boleh disiarkan dan beredar di tengah masyarakat adalah informasi yang salih. informasi yang kemudian akan semakin membentuk karakter ketakwaan warga negara. Bukan informasi hoax yang rendah dan cabul seperti yang hari ini beredar.

Peradaban masyarakat yang diatur oleh Islam itu akan menjadi peradaban yang tinggi, terhormat, bermartabat dan ketinggian kualitas. Hal ini tentu akan terwujud bila Islam itu diterapkan secara menyeluruh dalam semua dimensi kehidupan. Wallahu alam Bishawab.[]

Comment