Penulis: Luthfiah Jufri, S.Si, M.Pd | Anggota Dharmayukti Karini Cabang Polman
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA– Tak bisa dibayangkan bagaimana perasaan SA (36), Ayahnya ML (60) yang seharusnya memiliki tempat istimewa dihati anaknya justru menjadi ‘neraka’. Selama 22 tahun SA harus menutupi kejahatan seksual yang dilakukan ayahnya sendiri hingga diambang putus asa SA memberanikan diri melaporkan ayahnya ke Polres Empat Lawang Kecamatan Ulu Musi, Sumatera Selatan pada 16 Oktober 2024 lalu.
Dilansir dari kompas.com (14/12/2024), Kasat Reskrim Polres Empat Lawang AKP Alpian membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan bahwa ML menjamahi anak kandungnya sendiri sejak duduk di bangku kelas 1 SMP 2002 hingga kelas 2 SMA 2006 SA melahirkan seorang anak laki-laki yang telah diadopsi orang lain. Hubungan haram tersebut terus berlanjut hingga Oktober 2024.
Alpian menambahkan, ML melakukan itu karena bernafsu setiap kali melihat SA.
Mirisnya hubungan ayah dan anak ini menjadi pelajaran penting bagi setiap keluarga untuk memahami sistem pergaulan dalam Islam. Ayah adalah pemimpin keluarga yang bertanggung jawab menjaga dan mengurus keluarga.
Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung-jawabannya.
Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. “ (HR Bukhari).
Allah Swt. juga memperingatkan dalam firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS At-Tahrim: 6).
Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan orang-orang beriman agar menjaga diri dan keluarganya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan cara taat dan patuh melaksanakan perintah Allah.
Ayat ini diperuntukkan kepada setiap mukmin. Akan tetapi, dikhususkan kepada ayah karena ada kata ‘kum’ bermakna muzakkar/laki-laki. Jadi ayah sebagai Kepala keluarga wajib memastikan diri dan keluarganya selamat dari neraka. Bukan sebaliknya, Sungguh celaka.
Sekulerisme, pemisahan agama dari kehidupan yang diterapkan saat ini menjadikan individu dan masyarakat kehilangan nilai-nilai moral, rasa khauf (takut) akan adzab Allah tidak dimiliki lagi. Kapitalisme melahirkan ayah-ayah yang lemah iman dan akal, sehingga menjadikan mereka bebas berbuat semaunya meskipun itu kepada anak perempuannya sendiri.
Dalam Islam, hubungan ayah dan anak perempuannya sangat istimewa. Berikut hadits yang menjelaskan tentang keistimewaan hubungan antara ayah dan anak perempuannya.
Pertama, ayah adalah orang yang menikahkan anak perempuannya. Memilihkan suami saleh bagi anak perempuannya, sesungguhnya merupakan puncak dari tugas seorang ayah terhadap anak gadisnya yang berada dalam perwaliannya.
Rasulullah saw. bersabda, “Ia yang menjaga tiga anak perempuan (atau dua juga), kemudian ia mendidik dan menikahkan mereka, dan berbuat baik dengan mereka, maka ia akan mendapatkan surga.”(HR Abu Dawud).
Kedua, anak perempuan menjadi penghalang ayahnya dari api neraka. Dari Jabir ra.bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa memiliki tiga anak perempuan, ia mengasuh mereka (dalam rumahnya), mencukupi mereka, dan menyayangi mereka, maka tentu telah wajib baginya surga.” Maka ada salah seorang dari kaum berkata, “Kalau dua anak perempuan ya Rasulullah?” Nabi berkata,“Dua anak perempuan juga.”(HR Ahmad).
Riwayat lain ada tambahan, “Sampai-sampai kami menyangka kalau ada orang yang berkata, ‘Kalau satu anak perempuan?’” Nabi menjawab, “Satu anak perempuan juga.”
Ketiga, diharamkannya surga, jika ayah tidak peduli terhadap anak perempuannya. Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga orang yang Allah haramkan masuk surga yaitu pecandu khamar, orang yang durhaka kepada orang tua, dan dayyuts (orang yang tidak memiliki sifat cemburu yang menyetujui perkara keji pada keluarganya).” (HR Ahmad).
Padahal, tugas seorang ayah dan suami adalah menuntun, membimbing, dan bertanggung jawab atas istri dan anaknya agar selalu ke jalan yang Allah ridhai. Seorang ayah wajib memerintahkan anak perempuannya untuk menutup aurat. Berdosalah seorang ayah ketika tidak merasa cemburu atau menyetujui anak perempuannya tidak menutup aurat.
Inilah alasan seorang ayah tidak menanggung dosa anak perempuannya, tetapi berdosa karena membiarkan anak perempuannya tidak menutup aurat atau melakukan pelanggaran hukum Allah lainnya.
Di sinilah perlunya kedekatan spiritual, emosi, dan juga fisik dengan seorang ayah. Seorang anak gadis akan terarah kehidupan akhirat dan dunianya ketika ayahnya selalu dekat di hatinya. Wallahu ’alam bisshawab.[]
Comment