Cinta Berujung Maut: Moral Generasi Semakin Mengkhawatirkan

Opini650 Views

 

 

Penulis: Yani Mulyani, S.P | Aktivis Muslimah

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Warga Perumahan Made Great Residence, Desa Made, Lamongan, digegerkan dengan penemuan jasad membusuk di sebuah warung kopi yang sudah lama tutup, Rabu (15/1/2025). Jasad yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan ini akhirnya terungkap sebagai korban pembunuhan, dengan pelaku yang tak lain adalah teman korban sendiri. Laman kompas menyebut, motif pembunuhan tersebut adalah karena korban menolak cinta pelaku.

Sungguh sangat miris, karena ternyata pelaku pembunuhan tersebut masih remaja dan baru berusia 16 tahun, dan sangat disayangkan hanya karena perasaan cinta yang ditolak, berujung dengan kematian.

Seolah sudah tak punya rasa takut, saat ini anak yang masih berusia remaja pun banyak yang sudah bertindak sedemikian sadis dengan tindakan pembunuhan.

Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh seseorang bisa disebabkan banyak faktor, mulai dari lemahnya pengelolaan emosi, minimnya pendidikan moral, serta pengabaian terhadap kesehatan mental di kalangan remaja saat ini.

Lingkungan sosial yang kurang mensukung juga berkontribusi memperburuk kondisi ini. Demikian juga media yang hari ini menjadi ‘guru’ generasi yang rendah literasi. Berbagai kondisi yang melingkupi ini adalah dampak dari kehidupan yang diatur dan diterapkannya sistem sekularisme liberal.

Sekularisme membuat kehidupan semakin jauh dari agama sehingga lalai terhadap halal haram. Di sisi lain, kapitalisme membuat standar kebahagiaan hanya berdasarkan materi atau terpenuhinya keinginan seseorang. Sehingga untuk mencapai tujuan bisa menghalalkan segala cara.

Demikian juga emosi dilampiaskan sesuai hawa nafsu. Liberalisme juga menjadikan manusia berlaku bebas tanpa batas. Atas nama hak asasi manusia mereka melakukan apapun sesuka hati.

Maka sungguh, berbagai persoalan yang terjadi pada generasi tentsu membutuhkan solusi komprehensif untuk mengatasinya. Dibutuhkan sistem untuk menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang menimpa generasi. Sistem tersebut tak lain tentunya adalah  Islam.

Sistem pendidikan Islam bisa mencetak generasi terbaik, bukan malah menjadi seorang yang berperilaku sadis sampai bertindak menghilangkan nyawa manusia.

Islam tidak hanya menjadikan pendidikan berfokus pada aspek akademis dan berorientasi nilai belaka, tetapi juga pada pembentukan akhlakul karimah, pengendalian diri, dan pemahaman yang benar terhadap hubungan dengan sesama manusia, atau dengan kata lain membentuk kepribadian Islam, di mana pola pikir dan pola sikap berlandaskan pemahaman Islam.

Islam memiliki aturan yang jelas terkait hubungan interaksi antara lawan jenis untuk mencegah terjadinya fitnah dan perilaku di luar batas. Sistem pergaulan Islam menjaga pergaulan sesuai tuntunan syara.

Dengan aturan ini, hubungan antara remaja laki-laki dan perempuan diarahkan agar tetap dalam batas yang wajar, sehingga mencegah terjadinya hubungan yang merusak moral atau memicu konflik emosional.

Dengan dukungan penerapan syariat Islam dalam berbagai bidang lainnya (penerapan Islam secara menyeluruh) kasus tragis seperti pembunuhan ini dapat dicegah sejak akar permasalahannya.

Pelajar dapat mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal shalih, sehingga menjadi generasi hebat dan taat syariat.[]

Comment