RADARINDONESIANEWS.COM, PEKANBARU — Mubalighah dan Tokoh Muslimah Riau kembali berkumpul di Pekanbaru, Riau dalam agenda Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Hutanku Dimakan Sawit” di Ruang Sakura Fave Hotel, Pekanbaru, Ahad (24/11/24).
Pertemuan (FGD) kali ini bertujuan membuka cakrawala berpikir tokoh muslimah Riau dalam melihat fakta di balik musibah banjir ketika hujan dan suhu ekstrim ketika musim kemarau serta kian meningkatnya polusi udara sejak sebagian besar hutan di Riau kian marak ditanami sawit.
Acara tersebut juga dihadiri oleh 32 peserta di Sakura Room Meeting dan Hybrid di Room Zoom juga yang terdiri dari Tokoh Muslimah (asal Dumai, Rengat, Bengkalis, dan sekitarnya), aktivis dakwah muslimah Pekanbaru, para tokoh muslimah dari kalangan intelektual (dosen dari Kota Dumai, Universitas Islam Riau – UIR, Universitas Lancang Kuning Riau – UNILAK, Universitas Riau – UR, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau – UIN SUSKA), aktivis muda Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mahaputra Riau, serta jurnalis Riau.
Dibuka oleh MC, Ustadzah Kurnia Budiyanti, M.Pd (Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau) dengan kalimat pembuka bahwa kerusakan di muka bumi ini karena ulah tangan manusia, sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 41 yang dibacakan oleh Ustadzah Amiroh, S.Sy.
Selanjutnya, Kurnia Budiyanti memaparkan fakta bahwa perubahan iklim di Riau erat kaitannya dengan program deforestasi yang kian masif terjadi di Riau yang berdampak pula dengan pemanasan global. Dalam FGD ini dipertontonkan pula video singkat terkait data dan fakta dampak buruk deforestasi di Riau khususnya.
Untuk memperdalam fakta, hadir pula Ustadzah Melati, Kesbangpol dari Rengat dan menyampaikan testimoni tokoh melalui Zoom Meeting terkait keterlibatannya dalam penanganan hutan tanaman industri (HTI) yang memberi dampak buruk bagi lingkungan.
Selanjutnya, testimoni tokoh dari Mubalighah Dumai yang disampaikan oleh Ustadzah Siti. Ia memaparkan tentang dampak yang sangat luar biasa berupa kerusakan wilayah Dumai sepanjang pesisir pantai Dumai akibat hilangnya hutan mangrove yang berdampak pada banjir pasang di kota Dumai. Dalam momen ini, ustadzah Siti juga menyampaikan terkait keberadaan pabrik yang menambah polusi udara di kota Dumai.
Hadir dalam acara ini Ustadzah Noveri Yanti, S.Hut sebagai narasumber. Mubalighah Riau ini memaparkan beberapa fakta terkait deforestasi di Riau beserta dampak deforestasi bagi iklim di Riau.
Noveri Yanti memaparkan pula solusi tuntas untuk merubah tata kelola hutan menjadi lebih baik menurut cara pandang syari’at Islam.
Beliau berharap forum ini mampu menjadi opini umum di tengah masyarakat Riau bahwa kerusakan lingkungan ada solusi tuntasnya, bahkan solusi ini mampu mencakup skala global.
Dampak Buruk dan biang Masalah Deforestasi
Noveri Yanti mengatakan bahwa deforestasi secara harfiah diartikan sebagai kehilangan hutan, di mana tujuan deforestasi diperuntukkan sebagai lahan perkebunan, pertanian, pertambangan, dan sebagainya.
Highlight dari deforestasi yang diangkat Noveri Yanti terkait keberadaan perkebunan sawit yang kian invasif sejak 11 tahun kebelakangan ini (2011 hingga 2021) yang luasnya meningkat menjadi 49,07% sesuai data BPS. Secara nyata luas perkebunan sawit di Riau mencapai 3,3 juta hektar are dan paling luas di Indonesia.
Dampak deforestasi secara langsung dapat dirasakan masyarakat di antaranya pemanasan global, kerusakan ekosistem, banjir, tanah longsor, kerugian ekonomi, ancaman pangan, tercemarnya air laut, dan penyakit malaria serta demam berdarah.
Noveri Yanti juga menyebutkan bahwa biang masalah dari perubahan iklim (climate change) adalah sistem kapitalisme yang telah nyata melahirkan korporat atau oligarki rakus yang melakukan kongkalikong dengan penguasa dalam bentuk regulasi dan hak konsesi.
Solusi Tuntas Masalah Global
Noveri Yanti menyebutkan bahwa kekuatan global harus dilawan secara apple to apple dengan kekuatan global pula. Jika hari ini imperialis barat dengan sistem kapitalismenya yang serba rusak dan merusak, maka umat Islam perlu menghadirkan negara yang memiliki kekuatan setara dengan Amerika dan sekutunya.
Satu kepemimpinan dan kekuatan islam internasional perlu dihadirkan kembali untuk memelihara agama, akal, jiwa, harta, keturunan dan negara itu sendiri. Keberadaannya diharapkan mampu mengakhiri krisis ruang kehidupan generasi yang menjadi penyebab krisis iklim.
Keberadaan kepemimpinan umat islam internasional ini sebagai perisai dari segala kerusakan dengan menjadi garda terdepan dalam upaya mencegah segala perkara yang akan menjauhkan masyarakat dari tujuan penciptaannya.
Pemaparan materi dari Noveri Yanti disambut hangat dengan tanya-jawab oleh beberapa dosen di Riau, di antaranya Bu Ana dan Bu Gina (dosen UNILAK), Bu Gusma (dosen Pertanian UR) dan dari aktivis muslimah Riau lainya di Zoom Meeting.
Dilanjutkan pula closing statement dari Noveri Yanti yang menyatakan pentingnya kita dari kalangan muslimah untuk menyampaikan dakwah ini ke lingkungan sekitar kita. Upaya dalam menyadarkan umat untuk kembali menerapkan sistem Islam hendaknya tidak mengenal tempat dan waktu.
“Tentu tidak akan berhenti sampai di forum ini saja. Dakwah dari mulut kita akan menyebar ke sekian banyak orang, sekian banyak forum, dan seterusnya. Sehingga inilah yang akan membuat counter terhadap isu ini menjadi masif.” pungkasnya.
Agenda ditutup dengan pembacaan do’a oleh ustadzah Fermi Aresterina dilanjutkan dengan makan siang dan salat zuhur berjama’ah. [YS]
Comment