RADARINDONESIANEWS.COM, BANDAR LAMPUNG — Perkembangan teknologi digital membawa perubahan besar dalam dunia jurnalistik, termasuk di industri televisi. Kini, kerja seorang video journalist (VJ) yang mampu meliput, merekam, menulis, dan menyunting berita seorang diri kian jamak dijumpai.
Fenomena itu menjadi sorotan Juniardi, Pimpinan Umum dan Pemimpin Redaksi Sinar Lampung, dalam sesi kelima hari kedua Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 di Ballroom Hotel Horison Lampung, Minggu (19/10/2025).
Dalam paparannya bertajuk “Jurnalisme Televisi Dasar dan Video Jurnalis/Mobile Journalist Jawab Tantangan Era Digital 4.0”, ia menjelaskan bahwa disrupsi digital menuntut jurnalis untuk adaptif dan mandiri.
“Di era serba cepat ini, redaksi televisi tidak selalu punya waktu mengirim tim lengkap ke lapangan. Karena itu, peran video journalist yang bisa bekerja sendiri menjadi sangat penting,” ujar Juniardi.
Menurut dia, dengan dukungan teknologi sederhana seperti ponsel, tripod, atau stand holder, seorang jurnalis kini dapat merekam, mengedit, dan menayangkan berita tanpa harus bergantung pada tim besar maupun peralatan berat seperti Outside Broadcasting Van (OB Van).
Dalam pemaparannya, Juniardi menekankan pentingnya aspek human interest dalam karya jurnalistik video. Ia menayangkan dua video dokumenter yang mengangkat sisi kemanusiaan dan berhasil menyentuh emosi peserta.
“Video yang baik bukan hanya tentang sosok pimpinan atau kegiatan formal lembaga. Sisi-sisi humanis justru yang paling dirindukan publik,” tuturnya.
Lulusan Magister Hukum Universitas Lampung itu juga mengingatkan bahwa esensi jurnalisme tetap berpijak pada prinsip dasar 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How) dan struktur penulisan piramida terbalik.
Juniardi, yang pernah menjadi Ketua Komisi Informasi Provinsi Lampung (2011–2014), menjelaskan bahwa perubahan di era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 membuat dunia televisi harus beradaptasi cepat. Selain menuntut kecepatan dan efisiensi, media juga harus mampu mengolah konten dengan sentuhan narasi visual yang kuat.
“Media televisi memiliki keunggulan karena bisa menggabungkan suara, gambar, dan emosi. Namun, jika tidak beradaptasi dengan perkembangan digital, ia bisa tertinggal,” katanya.
Ia pun berbagi tips seputar teknik wawancara dan penyusunan berita televisi, mulai dari tahap peliputan, penulisan naskah, editing gambar, hingga penyusunan rundown dan evaluasi siaran.
Peserta kegiatan yang sebagian besar merupakan pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), admin media sosial, dan pranata humas dari berbagai lembaga pemerintah, BUMN, serta perguruan tinggi, disebut Juniardi sebagai pihak yang perlu memahami esensi jurnalisme digital.
“Sadar audiens. Tulis dan tampilkan apa yang publik butuhkan, bukan sekadar formalitas kegiatan,” pesannya.
Santiaji Jurnalistik dan Kehumasan Bongkar Post Group 2025 ini berlangsung dua hari, 18–19 Oktober 2025, dan diikuti oleh berbagai praktisi komunikasi. Selain Juniardi, turut hadir fotografer senior Syahroni Yusuf, dosen IIB Darmajaya Trufi Murdiani, serta sejumlah narasumber lain yang membahas digitalisasi kehumasan dan komunikasi publik.
Acara yang digagas Bongkar Post Group bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Lampung, PWI Lampung, dan BPC Perhumas Lampung ini mengangkat semangat #HumasLampungBerdaya menuju era komunikasi digital yang adaptif dan humanis.[]









Comment